Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.Meeting berjalan dengan lancar, walau ada sedikit perdebatan mengenai operasi yang akan berlangsung esok lusa. Mulai hari ini pasien akan mulai menginap diruang VVIP untuk menjalani beberapa test serta pemeriksaan sebelum prosedur operasi dilakukan.
Kaivan dan Shera yang akan menjadi dokter penanggung jawabnya. Dan saat ini Kaivan dan Dani sang Direktur rumah sakit sedang membahas lebih lanjut mengenai serangkaian test yang akan dilakukan sebelum operasi.
Sebentar lagi adalah waktu makan siangnya. Shera melangkahkan kakinya menuju loby rumah sakit. Shera berdiri didepan pintu keluar rumah sakit. Bersandar pada dinding dekat pintu keluar sambil memainkan ponselnya. Shera menunggu seseorang yang akan segera keluar dari sana.
Berapa saat kemudian orang yang ditunggu Shera melangkahkan kaki keluar dari rumah sakit hendak menuju tempat parkir.
"Lain kali jika ingin memberikan makanan, jangan jadi pengecut dengan bersembunyi." Ucapan Shera membuat orang tersebut tersentak kaget lantas memutar tubuhnya menghadap Shera. Shera memiringkan sedikit kepalanya menatap orang tersebut. "Kevin."
Kevin membeliak kaget, tidak menyangka dia akan ketahuan secepat ini. Biasanya Kevin akan menyuruh orang suruhannya untuk mengirimkan makanan pada Shera. Tapi tadi pagi ketika dia tidak mendapati Shera di apartemen, dia berinisiatif untuk mengantarnya sendiri. Dia yakin Shera pasti melupakan sarapannya.
"T-tidak. Aku tidak.." Kevin mencoba untuk menyangkal. Rasanya malu mengakui jika dia yang melakukan itu.
Shera tersenyum sekilas, lalu mengedikkan bahu. "Besok aku mau menu makan siangnya masakan timur tengah. Ka...." Shera menjeda kalimatnya sejenak. "Kak." Lanjutnya seraya beranjak pergi meninggalkan Kevin.
Bahu Kevin merosot lemah. Ketahuan, dia ketahuan.
Sial!
Awalnya Kevin tidak berniat demikian. Walaupun hubungannya dengan Shera sedikit membaik, tapi tak lantas membuatnya langsung menyayangi Shera begitu saja. Namun bayangan Shera saat menghabiskan jatah makannya selama dirumah sakit selalu terngiang dalam benaknya. Shera selalu terlihat bahagia ketika berhadapan dengan makanan enak. Seolah olah raut yang selama ini dia tunjukkan hanyalah topeng semata.
Setiap Kevin membeli makanan dia selalu teringat dengan Shera.
Awalnya Kevin hanya iseng iseng saja mengirimkan makanan pada Shera. Lama lama tanpa sadar dia jadi terbiasa. Tapi biasanya dia meminta orang suruhannya untuk mengantarkannya kerumah sakit tanpa sepengetahuan siapapun. Dan ini adalah pertama kalinya dia sendiri yang mengirimkannya, tapi langsung ketahuan. Kevin menjadi kesal dengan dirinya sendiri. Tapi tadi apa, Shera memanggilnya kakak? Walau terdengar seperti terpaksa, tak urung membuat hatinya berbunga.Sejak awal Shera sudah menduga jika yang selalu mengiriminya makanan adalah Kevin. Dan dugaannya diperkuat dengan laporan yang disampaikan oleh Marten. Shera tidak pernah meminta Marten untuk menyelidiki siapa pengirim makanan tersebut, namun Marten merasa dia harus tetap waspada dengan segala hal yang menyangkut nonanya.
🍁🍁🍁
Sebenarnya Shera sedikit tidak nyaman dengan perlakuan beberapa dokter, perawat serta staff rumah sakit padanya. Hanya Kaivan, suster Rima serta Risa yang berlaku biasa. Sementara yang lain nampak sungkan dan seakan merasa takut jika berhadapan dengannya.
Bahkan ketika ada suatu keadaan darurat dan semua dokter sedang sibuk, tak satupun perawat yang berani memanggilnya. Hal ini dikarenakan rumor tentang dia yang menjadi calon istri pemilik rumah sakit ini semakin beredar luas.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE CHOICE "SHERA"
Ficção GeralHidup kembali setelah kematian membuat Shera tidak mau meyianyiakan kesempatan kedua yang Tuhan berikan padanya. Bagai mimpi buruk bayangan itu terus terngiang dalam ingatannya. Shera terbangun dalam keadaan yang sangat berantakan. Tubuhnya terus me...