Eun Bi melangkah memasuki rumah dengan lesu saat malam telah menyapa. Seharusnya ia tidak pernah lagi menginjakkan kaki pada bangunan yang disebut rumah ini. Seharusnya ia tengah mengapung pada dinginnya air di Sungai Han.
Semua ini karena pria itu.
Saat melangkah melalui ruang tamu, lampu yang sebelumnya telah padam tiba-tiba menyala.
"Pergi kemana kau seharian ini?! Mengapa jam segini baru pulang?!"
Sebuah suara berat yang menggelegar itu mengalihkan atensi gadis itu menuju sumber suara. Ia menatap malas pemilik suara berat tersebut.
"Apakah saat ini appa sedang mengkhawatirkanku?"
"Na Eun Bi!"
"Aku akan pulang atau tidak, bukankah appa tidak peduli dengan hal tersebut? Tolong bersikaplah seperti biasanya," balas Eun Bi lantas berlalu memasuki kamarnya.
Suara bantingan pintu yang menutup rapat membuat pria tersebut menghela napas.
***
Di tempat lain seorang pria melangkah memasuki kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk yang nyaman.
"Huft.. Hari yang panjang dan melelahkan," gumam pria tersebut.
Sekelebat bayangan seorang gadis yang hendak bunuh diri tadi menghampirinya. Pria itu bangkit menegakkan tubuhnya.
"Apakah gadis itu akan baik-baik saja? Mengapa ia selalu tampak marah saat aku menyelamatkannya?"
Tok. Tok. Tok.
"Masuklah."
Suara decitan pintu yang terbuka terdengar. Dibaliknya muncul seorang pria yang berusia delapan tahun lebih muda dari sang pemilik kamar. Wajahnya yang dingin dengan anting dan kalung perak membuatnya tampak seperti seorang preman. Namun, itu hanya kesan luarnya saja. Pria itu memiliki hati yang lembut seperti kakaknya, meskipun ia selalu gengsi dalam menunjukkannya.
"Ha Seok hyung. Hari ini kau pulang terlambat," ucapnya menyapa.
"Oh, benar. Ada apa kau kemari?"
"Aku ingin meminjam motormu. Milikku tengah dalam perbaikan di bengkel."
"Apakah kau akan melakukan balap motor kembali? Jung Min-ah, tolong berhenti melakukan itu. Hal itu bisa membahayakan dirimu sendiri," ucap Ha Seok menatapnya khawatir.
"Tolong berikan saja kunci motormu. Aku akan mengembalikan tanpa lecet sedikitpun," ucap Jung Min tidak memedulikan perkataan kakaknya itu.
Dengan amat berat hati, Ha Seok melemparkan kunci motornya dan disambut riang oleh Jung Min. Setelahnya, adiknya itu melangkah pergi keluar dari kamarnya.
****
Denting sendok yang beradu dengan mangkuk berisi nasi terdengar mengisi suasana di meja makan tersebut. Seperti biasanya keluarga Na sarapan bersama dengan tenang di pagi hari.
"Eun Bi-ya. Bagaimana dengan kuliahmu? Semua berjalan dengan baik, bukan?" ucap Na Hae Jun dengan suara lembutnya.
Pergerakan tangan Eun Bi yang hendak menyendok nasi terhenti. Ia tidak perlu melihat kemana pandangan mata Ayahnya itu ditujukan. Dengan nada yang halus dan lembut tentu saja pria itu tengah berbicara kepada saudarinya.
"Oh? Ya, semuanya baik-baik saja, appa," balas Eun Ji dengan sedikit perasaan tidak enak hati. Ia takut-takut menatap ke arah Eun Bi yang berada di samping kanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meeting You | 너를 만나다
Teen FictionSial, seseorang datang dalam hidupku. Seseorang yang tak diundang, tanpa permisi mengetuk pintu yang telah kututup rapat. Ia orang yang selalu menggoyahkan diriku. Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus mendengarkan perkataan orang itu, bahwa...