Malam hari di Kota Seoul, seperti biasa Keluarga Na tengah menyantap makan malam di meja makan. Keheningan menyelimuti seperti biasa. Hanya saja saat itu terasa lain, sebab satu orang anggota keluarga tidak ada bersama mereka di sana. Satu bangku di samping Eun Ji kosong.
"Tumben sekali anak itu tidak terlihat? Apa ia pergi kembali dari rumah?" Suara berat Hae Jun yang tengah mengunyah japchae dalam mulutnya terdengar. Rupanya pria itu menyadari kekosongan yang ada di sekelilingnya. Meskipun berusaha terlihat acuh pada Eun Bi, sepertinya naluri seorang Ayah tetap ada pada dirinya.
Eun Ji yang telah menelan habis makanannya pun menjawab, "Ah, Eun Bi saat ini sedang pergi ke Pulau Jeju. Sepertinya ia mendapatkan semacam tugas kuliah di sana."
Pria itu berdeham dan melanjutkan makannya.
Malam yang semakin larut telah membuat Eun Ji beranjak memasuki alam mimpinya. Sementara itu di meja makan Hae Jun masih berada di sana seorang diri dengan sebuah cangkir seloki dan dua botol soju yang telah terbuka. Temaram lampu ruangan yang menyala mendukung sekali bagi pria itu untuk merenung.
Akh~
Satu tegukan pahit dari minuman keras itu membasahi kerongkongannya. Pria itu sedikit mengernyit. Ia kembali menuangkan soju pada gelasnya yang telah kosong dan meneguknya kembali.
Sebuah pintu kamar terbuka. Hye Na melangkah keluar dan menghampiri suaminya itu.
"Yeobo, mengapa kau minum sendirian?" tanyanya sembari mendudukkan diri pada kursi di hadapan pria itu.
"Hanya sedang ingin minum saja," balas pria itu. Walaupun telah meneguk cukup banyak minuman berakohol itu, kesadaran pria itu masih ada. Ia bisa dibilang sangat kuat minum.
Saat hendak menuangkan kembali minuman berakohol itu pada gelasnya, Hye Na merebut botol hijau itu. Lantas ia yang menuangkannya pada gelas Hae Jun.
"Apakah kau memikirkan Eun Bi?" tanya wanita itu lirih.
Akh~
Satu tegukan minuman berakohol kembali lolos. Pria itu meletakkan gelasnya kembali di atas meja. Ia menghela napas. "Untuk apa aku memikirkan anak itu? Ia saja tidak memikirkan keluarganya."
Jeda sejenak yang hanya diisi oleh keheningan.
"Anak itu selalu saja pergi dari rumah. Entah di mana pun ia berada aku juga tidak memedulikannya," ucap pria itu kembali.
"Yeobo. Apakah kau ingat dengan pertemanan kita dahulu? Aku, kau dan Mi Ra," ucap wanita itu membangkitkan kenangan lama.
Na Hae Jun, Lee Hye Na dan Go Mi Ra merupakan tiga sekawan pada masa sekolah dulu. Persahabatan mereka terjalin sangat erat hingga perkuliahan. Ibarat sebuah keberuntungan, mereka bertiga kembali berkuliah di kampus yang sama, walau berbeda jurusan. Seperti kata orang, tidak ada yang namanya persahabatan antara laki-laki dan perempuan tanpa adanya sebuah rasa. Sepertinya hal itu berlaku pula bagi mereka. Hae Jun mulai memendam rasa kepada Mi Ra.
Di sisi lain, Hye Na yang menyadari perasaan Hae Jun kepada Mi Ra tak merasakan marah sedikit pun. Meskipun gejolak rasa cemburu itu dirasakannya. Lee Hye Na memang telah menyukai Hae Jun sejak duduk di bangku sekolah dahulu, hanya saja ia tidak berani menyatakan perasaannya.
Sampai akhirnya mereka lulus dan Hae Jun pun menikahi Mi Ra. Dari pernikahan yang bahagia itu, Na Eun Bi hadir sebagai malaikat kecil mereka.
"Saat itu, aku bisa melihat cintamu kepada Mi Ra yang begitu besar. Setiap kali melihatnya, kau seolah-olah berbinar-binar," ucap Hye Na membayangkan kembali kenangan masa lalu itu.
Pria itu hanya memutar-mutar gelas selokinya yang kosong. Sudut bibrinya terlihat sedikit tertarik, meskipun wajah itu berusaha menahan ekspresinya.
"Saat kalian menikah dan Eun Bi lahir di dunia, aku merasa jika itu adalah hari paling bahagia untuk kalian. Aku pun turut senang dengan hal itu," lanjut wanita itu.
Hae Jun meraih botol soju pada tangan Hye Na. Lantas ia menuangkan minumannya sendiri dan kembali meneguknya.
"Astaga, kau sudah minum cukup banyak. Hentikanlah!" pinta wanita itu kembali merebut botolnya.
"Aku masih kuat untuk minum lagi," ucap Hae Jun.
Wanita itu tampak menghela napas sembari memandangi wajah suaminya yang telah memerah karena alkohol.
"Kau dulu tidak pernah sedingin ini. Kau orang yang ceria dan selalu tersenyum. Sepertinya kenangan tragis itu masih membebani hatimu. Kau bahkan terkesan mendorong Eun Bi untuk keluar dari hidupmu."
Pria itu bergeming. Ia terus memandangi gelasnya yang kosong.
"Yeobo. Kau tahu bukan jika mulut dan hati itu sering kali bertentangan? Aku tahu jika yang keluar dari mulutmu saat ini bukanlah apa yang benar-benar kau rasakan. Aku tahu jika kau sangat peduli dengan putrimu itu, apalagi kalian satu darah. Rasa kasih sayang seorang Ayah akan selalu ada untuk putrinya. Jika kau tidak bisa melupakan kenangan tragis itu, maka ingatlah kenangan indah di antara kalian. Aku yakin jika Eun Bi pun membutuhkanmu. Ia pasti juga kesulitan untuk keluar dari kenangan tragis tersebut."
Satu bulir yang telah berhasil lolos membasahi pipi pria paruh baya itu. Dengan cepat ia menghapusnya menggunakan punggung tangan. "Tidak ada yang saling membutuhkan. Anak itu sangat merepotkan. Akan lebih baik jika ia tidak ada seperti ini," sanggah pria itu.
Ia mendorong gelas kosongnya menjauh. Pria itu berdiri sehingga membuat kursinya terdorong mundur. "Sudah malam lebih baik tidur," ucapnya seraya melangkah menuju kamarnya.
Hye Na masih setia duduk di tempatnya. "Kau hanya semakin meninggikan dinding yang membentang di antara kalian. Kau hanya belum bisa melupakan kejadian tragis itu, Na Hae Jun. Kau pasti takut jika Eun Bi akan berakhir serupa dan merasakan kehilangan kembali untuk kedua kalinya," lirih wanita itu.
Setelah terdiam beberapa saat, ia pun bangkit dan menyusul Hae Jun ke kamar.
- To be continue -
Yogyakarta | October 15th, 2022.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meeting You | 너를 만나다
Teen FictionSial, seseorang datang dalam hidupku. Seseorang yang tak diundang, tanpa permisi mengetuk pintu yang telah kututup rapat. Ia orang yang selalu menggoyahkan diriku. Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus mendengarkan perkataan orang itu, bahwa...