Dua orang pemuda duduk bersisian di salah satu bangku. Kendaraan dan orang-orang yang melintas menjadi pemandangan keduanya. Eun Bi telah selesai menangis dan tengah mengatur napasnya yang masih sedikit sesenggukan. Sementara Ha Seok hanya terdiam di tempat mengamati sekeliling.
"Kau bukankah yang kemarin menarikku dari jembatan dan saat hendak menyebrang jalan?" tanya Eun Bi mulai membuka suara. Ia mengingat jelas wajah seseorang yang menggagalkan rencana bunuh dirinya itu.
"Oh? Ah, iya. Ternyata kau gadis kemarin," balas Ha Seok terasa sedikit canggung. Ia sebenarnya hanya merasa tak enak hati jika akan dianggap mencampuri urusan gadis itu kembali.
"Aku tidak menyangka jika kita akan bertemu kembali. Kau selalu saja melihat sisi rapuhku," ucap gadis itu.
Ha Seok menolehkan kepalanya menatap sosok gadis yang selalu terlihat murung dalam pandangannya.
"Maaf karena telah membentakmu kemarin. Terima kasih juga atas kejadian tadi karena telah membantuku untuk menenangkan diri," ucap Eun Bi kembali. Ia balas menoleh dan beradu pandang dengan manik mata pria itu.
"Sepertinya kau tidak mengindahkan perkataanku kemarin. Aku mengatakan agar kau menjadi lebih bahagia. Dari kejadian tadi aku bisa melihatmu yang seperti kembali melalui hari yang berat," ucap Ha Seok masih memandangi gadis itu.
Eun Bi tersenyum getir. "Bahkan hal itu tidak pernah terlewat sedikitpun dalam hidupku. Setiap hari adalah hari yang berat untukku," gumamnya.
"Waeyo?"
Gadis itu mengubah ekspresi wajahnya. Ia sedikit menarik sudut bibirnya ke atas. Ia menampilkan ekspresi tersenyum, tetapi tidak benar-benar tengah tersenyum. Ia tampak seperti tersenyum dengan terpaksa untuk menutup luka yang dirasakannya.
"Siapa namamu?"
"Jung Ha Seok. Kau?" Pria itu menyebutkan nama aslinya. Ia tidak bermaksud untuk membohongi gadis itu, hanya saja ia ingin seseorang mengetahui nama aslinya. Entah mengapa ia seperti memiliki firasat sendiri jika pertemuan ini tidak hanya berakhir hari ini.
"Aku Na Eun Bi. Apakah aku boleh bertanya, mengapa kau menyelamatkanku waktu itu?" tanya gadis itu serius. Ia menatap lekat wajah pria di sampingnya itu.
"Semua orang layak untuk hidup. Saat melihatmu di jembatan kemarin, aku merasa jika kau tidak benar-benar berniat untuk bunuh diri. Kau hanya menyalahkan takdir yang begitu kejam untukmu, bukan?" ucap Ha Seok menebaknya.
Gadis itu hanya terdiam. Ia kembali menundukkan kepala menatap ujung sepatu yang dikenakannya.
"Takdir terkadang memang memberikan cobaan bagi kita. Tidak jarang cobaan itu terasa begitu berat. Aku yakin kau adalah orang yang kuat. Kau pasti dapat melaluinya. Apakah kau tahu? Kehidupan ini sangat luas. Ada banyak hal indah di luar sana. Kau hanya perlu menggeser pikiran buruk sejenak untuk menerima hal indah di luar sana," lanjut pria itu.
Ha Seok terus mengamati gadis itu. Samar-samar ia seperti mendengar suara isakan kecil.
"Apakah kau juga tahu? Kau benar-benar menyebalkan. Semua perkataanmu terasa seperti menamparku," ucap gadis itu mendongakkan kepalanya. Rupanya ia telah menangis kembali. Eun Bi sendiri tidak tahu sejak kapan ia menjadi begitu cengeng hanya dengan kalimat penghibur sederhana seperti itu.
"Hei, kau menangis kembali?" ucap Ha Seok sedikit tertawa melihat tingkah gadis itu.
"Mengapa kau tertawa? Apaka aku tampak lucu?" rengek gadis itu di tengah tangisnya.
Bukannya berhenti, pria itu kembali tertawa dibuatnya. "Ya, kau memang lucu."
"Apa kau bilang?"
"Apakah kau membutuhkan pelukanku kembali? Kemarilah. Aku dengan senang hati akan memelukmu kembali," ucap Ha Seok seraya melebarkan kedua tangannya.
"Dasar mesum."
Perkataan tersebut sukses membuat kedua mata pria itu terbuka lebar. Ia tampak terkejut dengan penuturan gadis itu.
"Wah, aku sedang berusaha untuk menghiburmu. Tetapi apa kau bilang? Mesum? Sudah lupakan saja. Aku tidak jadi menghiburmu," balas pria itu yang berpura-pura marah.
Tidak ada niat untuk meminta maaf, Eun Bi justru tertawa di tengah tangisnya. Kehadiran pria itu benar-benar menghiburnya. Ha Seok yang melirik ke arah gadis itu turut menyunggingkan senyumannya. Ia senang melihat gadis itu yang sedikit terhibur.
Eun Bi menghapus jejak air mata di wajahnya. Ia kini telah benar-benar menenangkan diri.
"Ngomong-ngomong, apakah kau memiliki keperluan mendesak? Kau tadi tampak begitu terburu-buru hingga menabrakku," ucap gadis itu yang seketika mengingatkan keperluan Ha Seok.
Pria itu menepuk keningnya. "Astaga! Aku melupakannya! Aku harus menemui adikku."
"Sepertinya kau begitu dekat dengan adikmu," ucap Eun Bi.
"Eun Bi-ya. Aku harus segera bergegas pergi. Ini sangat mendesak. Ia tadi menghubungiku jika tengah berada di rumah sakit," ucap Ha Seok mendesak.
"Apakah ia sedang sakit?"
"Tidak. Sepertinya ia sedikit mengalami kecelakaan."
"Astaga. Baiklah. Kau cepatlah pergi menemuinya," ucap Eun Bi.
Dengan sedikit perasaan ragu, pria itu bangkit berdiri. Ia mulai mengambil beberapa langkah menjauh meninggalkan gadis itu seorang diri. Entah mengapa terdapat sebuah perasaan yang mengganjal untuknya. Ha Seok pun segera berputar balik dan mengambil langkah berlawanan. Ia kembali ke hadapan gadis itu.
Eun Bi yang tengah menatap pijakan tanah mengangkat kepalanya tatkala melihat sepasang sepatu berhenti tepat di hadapannya. Ia dapat menemukan wajah ceria pria itu yang mengenakan kaca mata hitam tengah tersenyum lebar ke arahnya.
"Tetaplah hidup. Seperti perkataanku jika dunia ini sangat luas dan indah. Jika kau bertahan sedikit lagi, aku rasa kau juga akan dapat menemukan kebahagiaanmu. Tidak ada seorang pun yang diciptakan untuk bersedih di dunia ini. Semua orang memiliki kebahagiaannya masing-masing. Himnae," ucap Ha Seok.
"Bagaimana jika aku tetap tidak dapat menemukan kebahagiaan itu? Bahkan setelah aku hidup lebih lama lagi."
"Aku akan menciptakannya. Aku akan membuat kau merasakan kebahagiaan."
Eun Bi menatap sorot penuh keyakinan di mata pria itu. Wajahnya yang tersenyum lebar seperti itu sejenak terasa menyilaukan bagi Eun Bi. Ia tidak melihat sedikitpun celah keraguan dalam tatapan pria itu.
Apakah aku bisa memercayainya?
Gadis itu melemparkan tatapannya ke arah lain. Lantas ia bangkit berdiri dan menatap kembali pria itu.
"Bagaimana kau bisa begitu percaya diri? Kita bahkan baru saja bertemu dua kali."
"Dua pertemuan kita terjadi secara kebetulan. Jika kita bertemu satu kali lagi secara kebetulan, aku yakin jika takdirlah yang memertemukan kita," balas Ha Seok penuh percaya diri.
"Dan pada saat itu, aku yakin jika aku mampu membuatmu lebih mencintai kehidupan ini. Tidak. Aku akan berusaha membuat kau mencintai kehidupan ini," sambungnya.
- To be continue-
Footnote
*Waeyo : Kenapa?
*Himnae : SemangatYogyakarta | May, 20th 2022.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meeting You | 너를 만나다
Teen FictionSial, seseorang datang dalam hidupku. Seseorang yang tak diundang, tanpa permisi mengetuk pintu yang telah kututup rapat. Ia orang yang selalu menggoyahkan diriku. Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus mendengarkan perkataan orang itu, bahwa...