05 : TAKDIR

75 63 52
                                    

"Sudah aku katakan jika pertemuan kita adalah takdir," bisik Ha Seok tepat di telinga Eun Bi.

Eun Bi dapat mendengar deru napas Ha Seok yang terasa memburu. Gadis itu memberontak. Ia berusaha melepaskan diri dari pelukan pria itu. Namun, semakin ia memberontak, maka semakin erat pula Ha Seok memeluknya.

"Lepaskan aku! Aku ingin pergi!"

Ha Seok memejamkan kedua matanya. Sekali lagi ia bernapas lega karena dapat menyelamatkan gadis itu. Ia berusaha menenangkan gadis itu yang terus berusaha melepaskan dirinya.

"Eun bi-ya, tetaplah hidup. Aku mohon," bisik Ha Seok yang mampu meredakan tingkah gadis itu.

Tubuh Eun Bi perlahan menenang. Cekalan kedua tangannya pada kemeja pria itu sedikit mengendur. Detik selanjutnya ia kembali terisak.

"Aku lelah. Entah apa yang salah dari kehidupan ini. Aku lelah. Aku ingin berhenti," ucap gadis itu di tengah isakannya.

Ha Seok sedikit melonggarkan pelukannya. Ia mengusap lembut ujung kepala gadis itu.

"Menangislah. Kau boleh menangis jika memang itu yang diperlukan," ucap Ha Seok dengan kalimat andalannya.

Tak beberapa lama setelah puas menangis, Eun Bi merasakan tubuhnya lemas. Pandangannya pun menjadi gelap seketika.

Ha Seok yang melihat Eun Bi tiba-tiba pingsan dibuat bingung bukan kepalang. Ia berusaha menopang tubuh gadis itu yang telah tak sadarkan diri.

"Eun Bi-ya. Eun Bi-ya. Na Eun Bi!"

***

Ha Seok terus memandangi wajah gadis itu yang tampak tenang ketika terlelap. Saat melihat Eun Bi yang jatuh pingsan, Ha Seok segera saja membawanya menuju rumah sakit universitas terdekat. Kini gadis itu tengah terlelap dengan infus yang terpasang guna memberikan cairan imun dan vitamin pada tubuhnya.

Tangan kekar pria itu menyentuh salah satu pipi Eun Bi yang terlihat sedikit memerah. Ia mengusapnya lembut agar tidak membangunkan gadis itu.

"Apa yang sebenarnya terjadi kepadamu? Mengapa kau begitu ingin mengakhiri hidup ini?" lirihnya menatap sendu gadis di atas ranjang rumah sakit itu.

Waktu terus berlalu. Ha Seok yang senantiasa menemani gadis itu terlelap di tepi ranjang Eun Bi. Pria itu dapat merasakan adanya sebuah gerakan lemah. Ia pun lantas terbangun dan mendapati gadis itu yang telah tersadar.

"Oh, kau sudah bangun."

"Di mana ini?" tanya Eun Bi mencoba bangkit dari tidurnya.

"Rumah sakit. Kau tiba-tiba pingsan begitu saja. Sepertinya kau kelelahan," jelas Ha Seok yang membantu gadis itu untuk mendudukan diri.

Sontak gadis itu berusaha melepaskan jarum infus yang masih tertancap di punggung tangannya. Namun, gerakan Eun Bi yang hendak melepas jarum infusnya itu berhasil di cegah oleh Ha Seok.

"Lepaskan. Aku ingin keluar. Aku tidak menyukai rumah sakit. Aku sudah merasa lebih baik," ucap gadis itu.

"Aku akan memanggilkan suster untuk melepasnya. Kulit tanganmu bisa terluka jika kau mencabutnya begitu saja," ucap Ha Seok.

***

Kegelapan telah menyapa saat kedua insan itu melangkah membelah padatnya Kota Seoul. Sorot cahaya dari lampu gedung dan lampu kendaraan menerangi kegelapan yang tercipta. Keheningan telah menyelimuti sejak mereka melangkah meninggalkan rumah sakit.

Eun Bi senantiasa tenggelam dalam pikirannya. Sementara Ha Seok melangkah tepat di belakang gadis itu untuk menjaganya. Saat tubuh Eun Bi terlihat goyah, pria itu akan dengan sigap membantu menopangnya.

Sudah cukup lama keduanya melangkah tanpa arah. Lebih tepatnya Ha Seok terus mengikuti Eun Bi yang tidak tahu kemana tujuannya.

Tangan pria itu meraih salah satu pergelangan tangan Eun Bi untuk menghentikan langkahnya. Kemudian ia melangkah ke hadapan gadis itu.

"Eun Bi-ya, kemana tujuanmu? Kita sudah berkeliling sejak tadi. Malam sudah semakin larut. Biarkan aku mengantarmu ke rumah ya," ucap Ha Seok.

Saat hendak menarik tangan gadis itu untuk melanjutkan langkah, Eun Bi justru menahan dirinya di tempat. Ia menatap kedua mata Ha Seok saat pria itu berbalik menatapnya. Gelengan lemah ditunjukkan dengan raut wajah memohonnya. Ha Seok menatap prihatin gadis itu. Ia memahami apa maksud dari gelengan kepala gadis itu.

"Aku akan pergi ke sauna saja," balas Eun Bi.

"Jangan. Kalau begitu ikuti aku saja," ucap Ha Seok menolak membiarkan gadis itu bermalam di sauna.

Sempat ada keraguan dalam hati Eun Bi untuk mengikuti permintaan tersebut. Namun, setelah melihat Ha Seok yang meyakinkannya, ia pun akhirnya menurut kemana pria itu akan membawanya pergi.

Sebuah bangunan minimalis yang tampak luas berdiri kokoh di hadapan Eun Bi. Ha Seok mengeluarkan kartu kunci rumahnya dan menempelkannya pada mesin yang akan membaca kartunya. Begitu pintu pagar terbuka, ia mengajak Eun Bi untuk melangkah masuk. Halaman rumah itu sangat luas. Terdapat pula pavilion yang berada di samping bangunan utama.

Ha Seok membuka pintu rumah. Ia menekan salah satu tombol lampu hingga menerangi seluruh ruangan tersebut. "Kau bisa tinggal sementara di sini. Di luar sudah semakin larut dan kau membutuhkan tempat untuk beristirahat. Tenang saja, tempat ini lebih aman daripada sauna. Kamar tidur ada di sebelah sana. Kau bisa memilih ingin tidur di kamar yang mana," jelas Ha Seok sembari menunjuk dua pintu yang merupakan kamar tidur di rumah tersebut.

Eun Bi mengangguk paham dengan penjelasan yang dikatakan pria itu. Ia tidak ada tenaga untuk bertanya apapun saat ini.

"Kalau begitu aku permisi. Aku akan pulang dan beristirahat di rumah orang tuaku. Jangan pergi kemana pun sampai aku datang esok hari," pesan Ha Seok.

"Baiklah," balas gadis itu lirih.

Setelah memastikan keadaan gadis itu, Ha Seok pun melangkah keluar. Ia yakin jika gadis itu akan baik-baik saja di sana.

Sepeninggalan pria itu, Eun Bi berjalan menjelajahi seisi ruangan. Ia di sambut oleh dapur yang begitu luas, tetapi tampak kosong. Gadis itu terus melangkah menjelajahi rumah tersebut. Seperti perkataan pria itu, terdapat dua kamar tidur di rumah ini. Lalu di bagian belakang rumahnya terdapat sebuah taman yang dapat memandang langit dengan bebas.

"Rumah yang unik," ucap gadis itu setelah puas berkeliling.

Ia membuka kamar tidur pertama. Sepertinya kamar ini yang biasa di tempat oleh Ha Seok. Ia melihat kamar ini satu-satunya ruangan yang terlihat hidup. Banyak benda-benda milik pria itu yang menghiasinya. Eun Bi pun menutup kembali pintu kamar tersebut.

Gadis itu berlalu menuju kamar satunya. Ia melangkah masuk dan mengedarkan pandangannya. Kamar ini terasa sangat luas karena kosong dari benda-benda yang biasa menghiasi kamar. Ia mendudukkan dirinya di atas ranjang empuk.

"Mengapa ia begitu baik kepadaku? Ia satu-satunya orang yang bersikap begitu tulus kepadaku," ucap gadis itu sembari mengingat sosok Ha Seok yang selalu membantunya sejak mereka bertemu.

Tidak ingin berpikir lebih jauh, gadis itu pun membaringkan tubuhnya. Ia telah merasa begitu lelah seharian ini. Tak memerlukan waktu lama, gadis itu telah terlelap ke dalam alam mimpinya.

-To be continue-

Yogyakarta | May, 30th 2022

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yogyakarta | May, 30th 2022.

Meeting You | 너를 만나다 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang