23 : WELCOME HOME

29 20 23
                                    

Gemericik air yang mendidih terdengar. Gadis itu segera berlalu mematikan kompor. Ia menyeduh teh melati yang nikmat dalam teko kaca dengan air panas yang baru saja direbusnya. Setelahnya, ia kembali pada daging yang baru dirisnya setengah. Ia memasukkan telur ke wajah penggorengan yang telah panas. Lalu dua potong roti di masukannya dan dibalik di atas telur yang masih setengah matang itu. Ia menambahkan selada, daging ham potong, tomat dan keju di atasnya. Ia melipat bagian telur yang keluar dari sisi roti. Lantas roti satunya di tumpuk pada bagian atas tomat. Sebuah toast yang dibuatnya pun telah siap. 

Eun Bi mengiris toast menjadi dua bagian. Lalu ia menyajikan dengan tatanan rapi di atas piring. Semua sudah siap. Semenjak Ha Seok mengutarakan beberapa hal yang perlu dilakukan gadis itu, ia mulai mencoba melakukannya. Gadis itu mencoba membuat sebuah perubahan dalam dirinya. Ia tidak tahu apakah hal tersebut akan berhasil atau tidak. Namun, setidaknya ia telah mencobanya. Ia selalu ingin melakukan hal ini dari dahulu. Hanya saja ia tidak yakin sebab tak ada orang yang mendukungnya, apakah tindakannya tepat atau tidak?

Tepat selesai mencuci peralatan yang kotor, suara mobil yang berjalan memasuki pekarangan rumah terdengar. Tak berapa lama, pintu utama pun terbuka menampilkan Hae Jun, Hye Na dan Eun Ji. 

"Oh, kalian sudah datang," sapa Eun Bi kikuk. Ini pertama kalinya ia berbicara lebih dulu. Biasanya ia hanya akan mengabaikan orang-orang di rumah ini.

Eun Ji yang merasa seperti salah mendengar mengedipkan matanya berulang kali. Sosok yang berada di balik meja bar besar dapur adalah saudarinya. Ia tidak salah melihat, lalu apakah ia juga tidak salah mendengar? Saudarinya itu baru saja menyambutnya?

"Geurae, Eun Bi-ya. Eun Ji sudah diperbolehkan pulang jadi kami langsung mengurus kepulangannya," ucap Hye Na yang menanggapinya. 

Pria paruh baya yang tengah membawa berbagai perlengkapan Eun Ji selama di rumah sakit berlalu menuju tempat mencuci baju. Wanita yang merupakan ibu tirinya itu juga pamit ingin membantu sang suami jikalau mengalami kesulitan. Tinggallah dua bersaudari yang terasa canggung itu.

Eun Ji tersenyum imut sembari melangkah maju. Ia mendudukkan diri pada kursi tinggi meja bar. Ia terperangah menatap toast lezat yang telah tersaji di atas meja. "Woah! Apakah ini semua kau yang membuatnya?"

Eun Bi turut mendudukan dirinya. "Tentu saja."

"Apakah aku boleh memakannya? Aku belum sarapan dari rumah sakit tadi," ucap gadis itu yang menampilkan puppy eyes-nya. 

"Makanlah. Aku pun membuat cukup banyak."

Eun Ji bersorak senang. Ia mengambil sepotong toast dan melahapnya. Sementara itu Eun Bi menuangkan teh panas ke dalam cangkir kaca dan memberikannya kepada Eun Ji. Tak lupa ia juga menuangkan teh untuk dirinya sendiri.

Perbedaan suasanya tentu dirasakan oleh dua saudari itu. Suasana yang sedingin es dan terasa sekali jarak yang membentang di antaranya terasa terkikis. Eun Bi yang biasa mengacuhkan Eun Ji kini duduk diam memandangnya yang tengah melahap potongan besar toast di tangan. Eun Ji yang biasanya hanya melihat punggung Eun Bi karena selalu diabaikan kini dapat melihat jelas wajah saudarinya. Meskipun kecanggungan tetap terasa, tetapi perasaan hangat yang menjalar jauh menyentuh keduanya. 

"Eun Bi-ya, apakah kau tidak ada kuliah hari ini?"

"Ada satu kelas. Dua jam lagi."

"Kalau begitu kau harus bersiap."

"Bagaimana keadaanmu?"

Mulut yang tengah asyik mengunyak daging ham yang lezat itu perlahan berhenti. Ia menatap lurus mata Eun Bi yang berbalik memandangnya. Tampak rasa khawatir yang tercipta dari iris mata hitam itu. 

"Aku baik-baik saja. Aku sudah cukup beristirahat beberapa hari. Sekarang aku sungguh merasa lebih baik," balas Eun Ji meyakinkan.

"Mianhae. Aku tidak menjengukmu di rumah sakit kemarin."

Eun Ji mengingat perkataan Jung Min kepadanya. Pria itu berkata melihat keberadaan Eun Bi di rumah sakit saat dirinya pingsan. Gadis itu pun menyunggingkan senyumnya. "Tidak apa-apa. Aku tahu kau benci rumah sakit."

Hening sejenak. Suara kursi yang didorong ke belakang terdengar. Eun Bi bangkit dari duduknya. 

"Kalau begitu aku akan bersiap pergi ke kampus. Kau bisa makan semua toast ini." Gadis itu pun berlalu menuju kamarnya. 

***

Selesai dari kelasnya, Eun Bi melangkah dengan buru-buru. Ia harus pergi ke perpustakaan untuk mencari buku referensi tugasnya mendatang. Karena sibuk memerhatikan ponsel untuk membalas pesan Ha Seok, gadis itu menabrak seseorang yang melangkah dari arah berlawanan dengannya. 

"Mianhaeyo." Gadis itu berucap sembari membungkukkan badannya. Lantas kembali berlalu.

"Jeogiyo!"

Langkah gadis itu kembali terhenti. Ia membalikkan badannya menatap orang yang tadi memanggilnya. Mata itu menyipit seolah meneliti rupa orang di hadapannya. Ia tampak mengenali wajah itu. Seseorang yang tadi memanggilnya pun tampak mengenalinya.

"Bukankah kau gadis di rumah studio waktu itu? Teman Ha Seok hyung?"

"Lalu, apakah kau pria yang suka balapan itu?"

"Ya, benar. Namaku Jung Min."

"Ah! Jung Jung Min? Namaku Na Eun Bi. Salam kenal." Gadis itu membalas sembari menunjukkan rasa hormat.

"Tunggu! Kau salah menyebut namaku. Bukan Jung Jung Min, melainkan Jeon Jung Min," koreksi pria itu.

Gadis itu tampak mengernyitkan dahi. Bukankah ia adik Ha Seok?

Belum sempat untuk menanyakan hal yang menganggunya, pria itu telah lebih dulu bersuara. 

"Bagaimana keadaan Eun Ji?" tanya Jung Min pada inti pembicaraannya. Ia sebenarnya menghentikan langkah Eun Bi hanya ingin bertanya kondisi dari Eun Ji.

"Kau mengenal Eun Ji?"

"Ya, kami satu sekolah dahulu. Aku mendengar jika ia telah pulang dari rumah sakit hari ini."

"Ya, itu benar. Keadaannya baik-baik saja. Ia akan menghadiri kelas kembali mulai besok," terang Eun Bi.

Pria itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. "Ne, arraseoyo. Kamsahamnida," pamitnya lantas berlalu begitu saja.

Gadis itu terus mengawasi sosok Jung Min yang menjauh selama beberapa saat. Setelahnya, ia pun melangkah kembali menuju perpustakaan.

- To be continue -

FootnoteGeurae : BenarJeogiyo : Permisi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Footnote
Geurae : Benar
Jeogiyo : Permisi


Yogyakarta | August 30th, 2022.

Meeting You | 너를 만나다 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang