22 : MAKAN MALAM

29 22 23
                                    

Suasana museum telah sepi. Gelap telah menyelimuti kota. Eun Bi berdiri di depan pintu masuk menunggu Ha Seok yang masih harus menyelesaikan beberapa hal setelah penutupan pameran hari ini. Angin dingin yang berhembus menerbangkan anak rambut gadis itu. Ia mendongakkan kepalanya menatap pekatnya langit hitam itu. 

Ha Seok melangkah keluar dari museum. Ia menghampiri Eun Bi yang menunggunya seorang diri. "Mianhaeyo. Kau pasti sudah menunggu lama," ucapnya.

"Tidak apa-apa. Semua urusannya sudah selesai?" tanya gadis itu.

"Ya, sudah selesai. Bagaimana jika kita makan malam dahulu setelah itu aku akan mengantarmu pulang?"

"Tentu," balas Eun Bi cepat. Sejujurnya ia pun telah merasa lapar.

Mereka melangkah menuju mobil Ha Seok yang terparkir di sana.

Setelah dua puluh menit berkendara, mereka sampai di sebuah restoran korea. Saat diperjalanan Eun Bi mengatakan jika ingin makan jajjangmyeon. Alhasil mereka pun berhenti di restoran ini yang terkenal menyajikan jajjangmyeon yang lezat.

Dua mangkuk berisi jajjangmyeon dengan tambahan telur mata sapi disajikan di atas meja. Kepulan uap dari dalam mangkuk menebarkan aroma yang nikmat. Perut yang telah meronta tak sabar ingin merasakan kenikmatannya.

Eun Bi segera mengambil sumpitnya. Ia mengaduk mie kacang hitamnya itu agar tercampur rata. Ha Seok pun turut melakukan hal yang sama.

Sluruupp!

"Woah, ini benar-benar lezat!" Gadis itu berkata setelah menelan satu suapan mie di dalam mulutnya.

"Apakah selezat itu?" tanya Ha Seok.

"Tentu saja. Bagaimana kau bisa menemukan tempat yang menjual jajjangmyeon selezat ini?" ucap gadis itu menatap takjub pria di hadapannya.

Ha Seok tertawa kecil. "Aku pernah makan di sini bersama temanku sewaktu kuliah dulu. Tempat ini memang terkenal dengan jajjangmyeon-nya yang lezat. Syukurlah jika kau menyukainya."

Gadis itu mengangguk-angguk. Ia kembali menyantap mie miliknya.

"Eun Bi-ya, kau sudah melihat hadiah dariku, kan?" tanya pria itu memastikan.

"Sebuah buku jurnal? Ya, aku sudah melihatnya," balas gadis itu terus sibuk dengan makanannya.

"Apakah kau melakukan perintah yang kutuliskan di selembar kertas?"

Gadis itu menelan dengan susah payah potongan mie dalam mulutnya. "Aku melakukannya."

Pria itu tersenyum senang. "Baguslah. Pastikan untuk tidak terlewat menuliskan keseharianmu dalam jurnal itu," ingat Ha Seok.

Keduanya kembali melanjutkan makan malam itu.

***

Pemandangan malam hari tergambar jelas di hadapan keduanya. Setelah selesai menyantap jajjangmyeon, kini mereka duduk di depan restoran sembari meneguk botol kecil berisikan yougurt.

"Ha Seok-ah, aku menemukan sesuatu hari ini," ucap Eun Bi dengan mata berbinar.

"Apa itu?"

"Aku menemukan impianku. Sepertinya aku ingin menjadi seorang pelukis. Aku ingin membagikan perasaan yang mungkin tidak dapat diekspresikan melalui kata-kata ke dalam sebuah kanvas putih. Lukisan tidak hidup, tetapi pesan yang ditorehkan sang pelukis akan terus hidup di mata penikmatnya," ucap gadis itu. Ia menoleh menatap ke arah Ha Seok.

Pria itu tersenyum takjub kepada gadis itu. Sebuah tangan terulur mengusap ujung kepala gadis itu.

"Kerja bagus. Aku yakin kau akan dapat meraihnya."

"Aku akan terus berusaha," ucap Eun Bi menguatkan tekadnya.

"Aku hari ini juga menemukan sesuatu yang baru." Kali ini Ha Seok yang berbicara.

"Apa itu?"

Pria itu lagi-lagi tersenyum sejenak sebelum menjawab. "Na Eun Bi baru saja memanggil namaku. Sepertinya ini kali ketiga ia memanggil namaku," ucapnya lantas tersenyum jahil.

Gadis itu tiba-tiba merasa kikuk. Ia tidak tahu bagaimana harus menanggapi hal tersebut. Debaran jantungnya yang menggila membuatnya tak kuasa berada pada posisi tersebut. Ia pun bangkit berdiri dan mengibaskan tangannya seolah tengah menghilangkan peluh di tengah teriknya matahari.

"Wah, cuaca mengapa menjadi begitu panas? Ah, benar saja. Musim panas akan tiba. Ya, lebih baik kita kembali sekarang. Malam semakin larut," ucap gadis itu spontan. Ia bahkan tidak tahu apa yang dikatakannya. Karena merasa malu, ia pun melangkah lebih dulu menuju mobil.

Ha Seok terkekeh melihat tingkah gadis itu. "Ya, aku yang membawa kuncinya. Tunggu aku!" teriak pria itu menyusul langkah Eun Bi.

***

Mobil sedan berwarna silver itu berhenti melaju tepat di depan rumah yang cukup besar. Na Eun Bi melangkah turun yang diikuti oleh Ha Seok. Lampu kuning yang menyala ketika gadis itu membuka gerbang menyambutnya. 

"Terima kasih telah mengantarku. Kalau begitu aku akan masuk. Berhati-hatilah dalam perjalanan pulang," ucap gadis itu.

"Baiklah. Aku juga ingin mengucapkan terima kasih karena telah datang ke pameran hari ini," balas Ha Seok sembari berusaha mengamati situasi di rumah gadis itu.

Eun Bi yang melihat tingkah pria itu menarik ujung bibirnya singkat. "Rumah dalam keadaan kosong. Kedua orang tuaku pergi menemani saudariku di rumah sakit. Ia akan keluar dari rumah sakit esok hari," jelas gadis itu.

"Ah, begitu rupanya. Baiklah, aku akan kembali. Sampai jumpa," balas pria itu pamit. Ia mengitari mobilnya dan kembali masuk pada sisi pengemudi. Mobil pun melaju pergi meninggalkan kediaman keluarga Na. 

Tangan gadis itu menekan saklar lampu yang berada di samping pintu begitu memasuki kamarnya. Penat yang dirasakan menjalar pada tubuhnya. Ia mendudukkan dirinya di tepi tempat tidur. Satu hari yang singkat kembali berlalu. Satu hari ini ia mendapatkan pengalaman yang berkesan. 

Sebuah tangannya meraih benda yang berada di atas nakas. Ia meraih buku jurnal yang sebelumnya diberikan oleh Ha Seok. Beberapa halaman depan telah ditulisnya. Ia terus membalik halamannya hingga menemukan halaman kosong. Diraihnya kembali pulpen yang juga berada di atas nakas. Ia mulai menuliskan kegiatan yang dialaminya hari ini, termasuk impian baru yang diperolehnya. 

Waktu telah menunjukkan tengah malam saat gadis itu selesai menorehkan perasaannya pada lembaran kertas. Ia menutup buku dan pulpen yang digunakan, lantas menaruhnya kembali ke tempat semula. Tanpa berganti pakaian yang lebih santai, gadis itu berbaring pada ranjangnya yang empuk. Matanya yang telah lelah pun terpejam dan mulai menjelajahi alam mimpi. 

- To be continue -

Yogyakarta | August 25th, 2022

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yogyakarta | August 25th, 2022. 

Meeting You | 너를 만나다 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang