Pameran amal itu berjalan dengan lancar. Eun Bi telah kembali lebih dulu sebelum acara penutupan sebab tubuhnya sangat lelah. Kini ia tengah duduk di balkon kamarnya sembari menikmati malam yang penuh dengan bintang. Tak lupa sekaleng soda telah menemaninya sejak tadi.
Di tengah keheningan malam, tiba-tiba ia mendengar suara lain selain deburan ombak. Pintu balkon kamar sampingnya terbuka dan menampakkan seseorang yang keluar dari sana. Kang Ji Eun berdiri di sama menatap sumringah sosok Eun Bi yang juga berada di balkon samping.
"Eun Bi-ssi, rupanya kau belum tidur," sapa Ji Eun sembari ikut duduk pada kursi balkon tempatnya berada.
"Ne, aku belum mengantuk. Apakah kau baru saja kembali, eonni?" tanya Eun Bi sopan sebab bagaimana pun Ji Eun lebih tua darinya.
"Sekitar sepuluh menit yang lalu. Aku juga baru saja selesai membersihkan diri. Acara hari ini sangat padat dan melelahkan, tetapi juga mengasyikkan," balas Ji Eun kemudian membuka kaleng soda yang juga dibawanya dari dalam kamar.
Eun Bi menyalakan layar ponselnya. Tidak ada notifikasi apapun di sana. Ji Eun yang sepertinya dapat menebak apa isi pikiran gadis itu pun berkata, "Sepertinya Ha Seok sangat kelelahan. Mungkin saja ia langsung pergi tidur dan tidak sempat memeriksa ponselnya."
Gadis yang menjadi lawan bicaranya itu hanya terlihat mengangguk-angguk lantas meletakkan kembali ponselnya. Ji Eun yang memang telah memerhatikan beberapa kali kebersamaan dua orang itu merasa penasaran dengan hubungan mereka.
"Eun Bi-ssi, apakah aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Ji Eun seraya mencondongkan bandannya menghadap ke balkon milik Eun Bi.
"Ne, tentu. Silakan bertanya."
"Apakah kau dan Ha Seok berkencan?"
Uhuk!
Eun Bi yang tengah meneguk sodanya pun tersedak begitu saja. "Berkencan? Tidak. Tidak. Kami tidak berkencan," sanggah gadis itu.
Ji Eun tergelak melihat Eun Bi yang tampak seperti salah tingkah dengan pipi merona. "Aku hanya bergurau saja sebab kalian tampak begitu dekat."
"Aku hanya berharap kau tidak akan salah paham dengan kedekatan kami," ucap Eun Bi yang entah mengapa ia merasa seperti tidak nyaman.
Kang Ji Eun mengernyitkan dahinya. "Mwo? Salah paham? Untuk apa aku salah paham dengan hubungan kalian?"
Hening beberapa saat.
"Oh, tidak! Tolong jangan berpikir yang seperti itu. Aku dan Ha Seok hanya teman dekat saja. Tidak lebih. Jeon Ha Seok adalah salah satu teman terbaikku," sambung Ji Eun cepat.
Eun Bi tersenyum canggung karena telah berpikir berlebihan. Namun, perkataan terakhir Ji Eun membuatnya teringat kembali mengenai hal yang ingin ditanyakannya tadi sewaktu di museum.
"Eonni, mengapa kau selalu memanggilnya Jeon Ha Seok? Bukankah namanya Jung Ha Seok?" tanya Eun Bi mengutarakan keingintahuannya.
"Oh?! Kau juga mengetahui nama aslinya? Namanya memang Jung Ha Seok, tetapi hanya sebagian orang saja yang tahu. Ia diadopsi oleh keluarga Jeon sewaktu berusia 7 tahun," jelas Ji Eun.
Eun Bi hanya terdiam mendengarkan hal tersebut. Selama satu bulan lebih ini ia tidak pernah mengetahui kehidupan dari pria itu. Sepertinya ia belum begitu mengenal pria itu dengan baik. Padahal Ha Seok selalu memerhatikannya di saat rapuh. Aku rupanya memang tidak tahu apa-apa mengenai dia.
"Jika kau ingin mengetahui hal lebih lanjut, sebaiknya kau tanya kepada Ha Seok saja. Aku merasa tidak berhak untuk menceritakannya," ucap Ji Eun kembali.
"Tentu. Terima kasih telah mengatakannya," balas Eun Bi.
Malam itu menjadi malam terakhir mereka di Pulau Jeju. Esok mereka sudah harus pergi ke bandara untuk kembali ke Seoul. Pada malam yang tenang ini, Eun Bi dan Ji Eun menikmatinya bersama dengan sekaleng soda, suara deburan ombak yang mengisi ketenangan dan juga malam yang bertabur bintang.
Kenangan yang tercipta selama di Pulau Jeju ini sangat berkesan. Eun Bi pun telah berhasil mengambil data untuk laporan yang akan dibuat nantinya. Ia mendapatkan teman baru, pengalaman baru dan kenangan baru selama berada di Pulau Jeju ini.
Sebelum menutup malam ini dengan beristirahat, gadis itu juga menyempatkan untuk mengisi buku jurnal yang selalu dibawanya. Ia menorehkan kalimat-kalimat ungkapan perasaannya ke dalam beberapa halaman kertas. Setelah selesai, ia pun beranjak tidur agar tidak kesiangan.
- To be continue -
Yogyakarta | October 30th, 2022.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meeting You | 너를 만나다
Teen FictionSial, seseorang datang dalam hidupku. Seseorang yang tak diundang, tanpa permisi mengetuk pintu yang telah kututup rapat. Ia orang yang selalu menggoyahkan diriku. Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus mendengarkan perkataan orang itu, bahwa...