16 : PENYEMBUHAN

35 25 30
                                    

Na Hae Jun muncul dari balik pintu. Pandangannya menatap sosok asing yang telah berdiri di samping ranjang putrinya. Keduanya saling melempar tatapan. Pria itu pun memutuskan untuk melangkah maju.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Hae Jun dengan nada dinginnya seperti biasa. Ia meletakkan kantung belanjaan yang berisi bubur hangat ke atas nakas.

"Saya berniat untuk menjenguk Eun Ji. Bagaimana keadaan Eun Ji?" tanya Jung Min.

"Ia baik-baik saja. Dia sudah sadar semalam dan saat ini tengah tertidur," balas Hae Jun.

"Syukurlah kalau begitu," ucap Jung Min lega mendengar kabar baik kondisi gadis itu.

Hae Jun mengamati pandangan pria di hadapannya yang mengarah kepada putrinya. "Apakah kau masih memiliki keperluan di sini?"

"Ne?"

"Eun Ji tengah tertidur. Saya berharap kau tidak keberatan untuk memberinya ruang," ucap Hae Jun seraya tidak langsung meminta pria itu untuk pergi meninggalkan ruang rawat inap Eun Ji.

Jung Min yang memahami perkataan tersebut pun mengangguk sekilas. "Baik, kalau begitu saya permisi," pamitnya.

Pria itu pun melangkah menuju pintu ruang rawat inap. Ia membukanya dan melangkah keluar.

Dering ponsel Jung Min berbunyi. Ia lantas mengangkat panggilan masuk tersebut.

"Jung Min-ah, apakah kau akan ikut nanti malam?"

"Ada acara apa?"

"Biasa, kita akan melakukan balapan."

"Tidak. Aku tidak ikut," balas Jung Min menatap kembali pintu ruangan Eun Ji.

"Ah, kau tidak seru. Mengapa akhir-akhir ini kau tidak pernah ikut balapan kembali?"

"Aku sedang tidak berminat. Kemungkinan aku juga tidak akan pernah mengikutinya kembali."

"Waeyo?"

"Kalian bersenang-senanglah," ucap Jung Min mengakhiri panggilan telepon tersebut.

Ia pun lantas melangkah pergi dari rumah sakit tersebut.

***

Taman di Kota Seoul terlihat sangat indah. Cuaca yang hangat, matahari yang bersinar lembut dan semilir angin menemani orang-orang yang tengah duduk di sana. Ha Seok dan Eun Bi yang baru saja sampai turut menggelar tikar dan menaruh keranjang piknik di tengah-tengah. Keduanya melepas alas kaki dan duduk di atas tikar yang baru saja dibentangkan.

Eun Bi terdiam menikmati sapuan lembut angin yang berhembus di wajahnya. Ia mengedarkan pandangannya ke kanan dan kiri. Pada hari libur seperti ini banyak orang yang juga melakukan piknik di taman. Lagi pula cuaca cerah seperti ini memang pas untuk pergi menikmati hari di luar.

Gadis itu beralih menatap Ha Seok. "Apa yang sebenarnya hendak kau lakukan?"

"Pergi menikmati hari dengan piknik bersama di taman. Bukankah hari ini sangat indah?"

"Kau tidak perlu menghiburku. Aku yakin kau pasti memiliki banyak pertanyaan. Tanyakan saja. Lagi pula kau juga sudah melihat sisi diriku yang rapuh beberapa kali," ucap gadis itu.

"Aku memang memiliki banyak pertanyaan. Namun, aku akan menyimpan pertanyaan itu. Aku tidak ingin menanyakan apapun saat ini. Aku hanya ingin kau menikmati hari yang indah di luar rumah, daripada bergelung dalam selimut di ruangan yang gelap," balas Ha Seok.

"Aku pernah mengatakan kepadamu, bukan? Jika dunia ini sangat indah. Dunia ini memiliki beragam warna-warni kehidupan. Kau harus lebih sering pergi keluar untuk menikmati hari seperti ini," lanjut pria itu.

Lagi. Ia terlihat seperti tengah berusaha menghiburku. Anehnya, hatiku selalu merasa hangat saat mendengarnya berbicara.

Gelembung-gelembung sabun yang tercipta dari pistol mainan seorang anak turut menghiasi pemandangan di sana. Semilir angin menerbangkan gelembung-gelembung sabun itu sebelum akhirnya pecah.

Ketika ada gelembung sabun yang mendekat, Eun Bi mengangat tangannya dan menyentuh gelembung itu dengan jari telunjuknya.

PLUK!

Gelembung itu pecah dan menerbitkan senyuman di wajah Eun Bi. Gadis itu sepertinya merasa senang melihat gelembung sabun yang mengambang di udara.

Diam-diam Ha Seok mengabadikan momen itu dengan mengambil gambar menggunakan ponselnya. Ia membidik objek Na Eun Bi yang tengah tersenyum indah menatap gelembung sabun. Gadis itu benar-benar terlihat cantik. Bahkan Ha Seok dapat melihat aura tenang dan bahagia yang terlukis jelas di wajahnya.

Ha Seok meletakkan ponselnya. Ia membuka keranjang piknik yang tadi di bawanya. Dikeluarkannya beberapa makanan yang telah disiapkannya.

"Eun Bi-ya, aku tidak tahu apa makanan kesukaanmu, tetapi aku menyiapkan beberapa bekal ini," ucap pria itu.

Eun Bi memokuskan pandangannya menatap makanan yang tersaji. Terdapat sandwhich, chicken gojuchang, tteokbokki, kimchi mandu, dua kaleng soda dan dua botol air mineral. Mata gadis itu terlihat berbinar menatap semua makanan lezat itu.

"Aku menyukai semuanya," balas gadis itu.

"Syukurlah jika begitu. Ini makanlah yang ingin kau makan," ucap Ha Seok memberikan sepasang sumpit kepada gadis itu.

Eun Bi menerimanya dengan senang hati. Ia meraih satu kimchi mandu dan memakannya. Setelahnya, ia menyuapkan tteokbokki ke dalam mulutnya.

Jujur saja, perasaan gadis itu kini benar-benar membaik. Ia yang pada awalnya hanya ingin bergelung dalam selimut seharian, tidak menyesali keputusannya untuk menuruti permintaan pria itu.

Seorang anak kecil yang bermain pisol gelembung berlarian di sekitar Eun Bi dan Ha Seok. Dua anak kecil itu saling menembakkan pistol gelembung satu sama lain. Sementara Eun Bi tertawa riang sembari meletuskan gelembung-gelembung sabun di udara.

Tak terasa waktu baik selalu berlalu dengan cepat. Matahari yang mulai pamit menyisakan goresan warna jingga di langit. Kedua insan berbeda jenis kelamin itu membereskan perlengkapan piknik mereka. Lantas keduanya melangkah menuju di mana mobil sedan hitam terparkir.

Selama perjalanan pulang, Eun Bi lebih banyak menandang keluar kaca jendela mobil. Ia ingin menghabiskan sisa hari ini dengan menatap pemandangan kota yang semakin menawan tatkala sinar lampu-lampu mulai bermunculan. 

Tuhan, hari ini sangat indah sekali. Untuk pertama kalinya aku dapat merasakan gejolak membara dalam hati ini. Rasanya perasaan bahagia ini terus meledak dalam diriku. Aku merasa senang dapat mengalami ini semua. Sepertinya perkataan ia benar. Jika dunia ini memang indah.

Tetapi...

Akankah aku dapat terus merasakan keindahan dan kebahagiaan yang kurasakan ini?

Gadis itu menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi penumpang. Ia melirik sekilas ke arah Ha Seok yang fokus menyetir. 

Gomawo, karena telah menyelamatkanku waktu itu.

Gomawo, karena telah menciptakan kebahagiaan seperti yang aku impikan.

Gomawo, karena telah hadir dalam kehidupanku.

- To be continue - 

Yogyakarta | July 25th, 2022

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yogyakarta | July 25th, 2022.

Meeting You | 너를 만나다 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang