20 : PAMERAN

29 21 25
                                    

Area museum seni yang terletak di Seocho-gu dipenuhi oleh kendaraan yang hadir. Orang-orang pencinta seni baik dari kalangan manapun hadir untuk turut menyukseskan acara tersebut. Pameran seni yang disponsori oleh yayasan ternama di Seoul menggelarnya dengan begitu megah. Jalanan yang menyambut para tamu pun telah dihiasi oleh rangkaian bunga yang cantik. Dari pintu masuk museum, sorot lampu yang menawan telah menyambut dengan berbagai lukisan-lukisan hebat karya pelukis ternama. Selebaran berupa buku panduan dari karya seni yang terpajang pun tak lupa untuk dibagikan. 

Salah seorang pria tampak rapi dengan setelan jas berwarna abu-abu tua yang dipadukan dengan celana panjang warna senada dan kemeja putih. Tidak ketinggalan sepatu mengkilap berwarna hitam melengkapi penampilannya. Ha Seok menyapa para tamu yang datang dengan ramah. Sebagai kurator dalam pergelaran pameran seni ini, ia harus memastikan semuanya berjalan dengan lancar tanpa adanya suatu masalah.

Tak hanya tamu undangan dari yayasan yang hadir dalam pameran ini, melainkan juga terbuka untuk umum. Beberapa profesor jurusan seni di Universitas Myungil pun turut hadir untuk mendukung Ha Seok - alumni mahasiswa mereka yang telah sukses sebagai seorang kurator. Beberapa teman dekat termasuk Hae Jin pun datang mengunjungi pameran seni di museum tersebut.

"Terima kasih telah datang ke pameran ini," ucap Ha Seok berjabat tangan dengan Hae Jin.

"Tentu saja aku hadir. Ini pameran yang ditangani oleh temanku sendiri. Jadi aku harus memberikan dukungan," balas Hae Jin.

"Baiklah, selamat menikmati. Kau dapat berkeliling."

Pria itu terus berdiri di dekat pintu masuk untuk menyapa para pengunjung yang datang. Sebenarnya ia juga tengah menantikan sosok Eun Bi dari tadi. Namun, gadis itu belum juga tampak batang hidungnya.

Dari arah pintu masuk, seorang gadis dengan gaun berwarna hitam dilengkapi bando mutiara yang tampak seperti mahkota dan juga sepatu heels warna senada melangkah masuk. Rambut panjangnya yang tergerai sedikit bergelombang di bagian ujungnya menambah kecantikan pada gadis itu.

Ha Seok menangkap sosok gadis yang sangat mencuri perhatiannya itu. Pandangan matanya bahkan tak dapat lepas dari sosok gadis itu. Ketika tatapan keduanya bertemu, Ha Seok dapat merasakan debaran jantungnya yang menggila. 

Eun Bi tersenyum begitu melihat sosok Ha Seok tak jauh di depannya. Ia pun segera melangkah mendekat.

"Maaf jika aku tiba terlalu lama. Sulit sekali mendapatkan taksi tadi. Apakah aku terlambat?" tanya gadis itu.

"Tidak, kau tidak terlambat. Terima kasih sudah datang," ucap Ha Seok tak berhenti terpesona dengan penampilan gadis itu.

"Syukurlah. Ngomong-ngomong, acara ini sangat megah. Kau tidak memberitahuku jika yayasan terkenal yang mengadakannya. Apakah penampilanku bisa dibilang pantas? Aku takut jika akan mempermalukanmu," ucap Eun Bi sedikit berbisik karena tidak ingin orang lain mendengarnya.

Pria itu terkekeh mendengar penuturan gadis itu. "Tidak ada yang membuatku malu. Kau tampak cantik, Na Eun Bi. Sangat cantik," pujinya.

Gadis itu merasa tersipu mendengar sanjungan dari Ha Seok. "Ya, jangan memujiku begitu," balasnya sedikit menundukkan kepala karena malu.

"Aku mengatakan yang sebenarnya. Apakah kau mau berkeliling?" tawar Ha Seok.

"Boleh."

Kedua insan itu beralu untuk berkeliling ruang pameran. Tak jauh dari tempat keduanya berbincang tadi, ada seseorang yang senantiasa mengamatinya. Orang tersebut tampak senang dengan apa yang dilihatnya tadi. 

Lukisan wajah seseorang yang terlihat menunduk dengan goresan warna yang tegas terpampang jelas di hadapan Eun Bi. Ia mengamati lukisan tersebut dengan detail. Sebagai seseorang yang melukis dengan aliran ekspresionisme, tentu gadis itu tahu jika lusikan tersebut dilukis dengan aliran yang sama. 

Meeting You | 너를 만나다 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang