WAW WAW WAW, AKU KEMBALI!
Maafin aku ya, cerita ini ku-hold 1,5 tahun karena aku ngelarin ceritaku yang lain eh malah keburu punya ide untuk cerita lain hahahhah, semoga cerita ini masih ada yang baca ya. Hope you enjoy!
Btw mau 200+ komen baru lanjut😂
💻💻💻💻💻
Cecil memeluk suaminya yang daritadi silent treatment karena marah. Tadi dia naro kecoa mainan di sebelah pasta gigi karena dia tau suaminya itu geli sama hewan satu itu. Geli ya, bukan takut atau sampai phobia. Maksudnya dia tuh baik, buat ngelatih suaminya supaya ngga geli sama benda apapun, masa dia yang cewek aja kalau ada kecoa ngga kabur, sedangkan suaminya ngumpet, kan ngga lucu kalau dia lebih maco dari suaminya.
"Ka, kamu jangan marah lagi dong, aku kan niatnya baik," ucap Cecil, kali ini mengencangkan pelukannya. Lalu kepalanya ia naikan ke bahu kanan suaminya karena posisi tidur, dia dipunggungin sama suaminya ini.
"Hmm..."
"IH KAFKAAA," gemas Cecil.
Kafka menoleh sedetik mendengar suara istrinya yang mengeras. Dia bener-bener lupa kalau perempuan yang dia nikahin ini ½ preman. Ada sih anggunnya, tapi dikit banget.
"Cil, kalo tadi aku jantungan gimana?" tanya Kafka serius.
"Ya ngga lah," jawab Cecil santai.
"Kan aku nanya, 'kalo', Cil.." Kafka sudah mulai menurunkan suaranya. Lagi-lagi ia harus ingat kalau wanita yang ia nikahi ini adalah wanita yang paling santai yang pernah ia temui semasa hidupnya.
Sebenernya bagus karena ia menikahi Cecil wanita yang super santai, berbanding terbalik dengan dirinya yang lumayan kaku. Ini dia mulai lunak juga semenjak naksir istrinya, dulu mah waktu di kantor boro-boro santai, senyum aja jarang. Maklum, tekanan dari orang Ayahnya yang mengharuskan dia belajar untuk jadi penerus perusahaan dari kecil, dia ngga punya banyak waktu untuk bersantai, jangankan bersantai, untuk istirahat aja waktunya kurang. Tapi semenjak Cecil menjadi sekretarisnya, perempuan santai namun cekatan ini mengambil peran penting di hidupnya. Banyak hal yang Kafka lupa – termasuk klien yang dia temui – namun Cecil membuatkan rangkuman singkat, bahkan sering dibisikin nama kliennya itu. At least, sejak kehadiran Cecil, Kafka memiliki waktu sedikit lebih longgar untuk mengurus diri dan hatinya.
"Ya tapi kan engga, Kafkaaa, sekarang baik- baik aja kan?" tanya Cecil retorik.
"Jangan gitu lagi ya," ucap Kafka. "Nanti kalo aku jantungan terus mati muda gimana?"
Cecil melirik sebal. Orang niat dia baik, malah kaya diomelin gini. "Tau ah, aku sebel sama kamu, ngga bisa chill banget." Lalu ia mengangkat tangannya dari perut suaminya, dan memunggungi suaminya.
"Tuh kan, masa gitu aja ngambek," ucap Kafka, baru ia ingin memeluk istrinya dari belakang, mengulangi posisi yang barusan istrinya lakukan, namun gerakan Cecil lebih cepat. Yap, istrinya menaruh guling di antara mereka berdua, dan yang pastinya guling ringan itu dengan mudah Kafka singkirkan. Kafka melingkarkan tangannya di perut Cecil. Ia menyanyangi perempuan ini, ia mencintainya.
"Jangan peluk-peluk," ucap Cecil dengan nada galak, namun badannya tak bergerak sedikitpun.
Kafka tau istrinya senang dipeluk begini dan dia juga tau kalau istrinya ngga semarah itu, karena kalau dia semarah itu pasti istrinnya menyingkirkan tangannya untuk ngga dipeluk. Alih-alih melepas pelukannya, Kafka malah semakin mengeratkan pelukannya dan sedikit menarik tubuh istrinya untuk mendekat sampai-sampai punggung istrinya mengenai dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PFS [2] : Mr. Boss & Ms. Secretary (On Hold)
RomanceAwalnya Kafka suka kinerja sekretarisnya yang teliti, rajin, punya inisiatif yang tinggi dan cekatan. Tapi, lima tahun kerja bareng, dia sadar kalau dia udah terlalu nyaman bahkan membutuhkan kehadiran sekretarisnya. Bukan cuma di kantor, tapi di hi...