Jangan lupa vote dan komen☺️
💻💻💻💻💻
Kalian tau kapan Cecil bikin pengakuan ke Kafka tentang masa lalunya? Senin, itu baru dua hari yang lalu. Dan kalian tau apa yang terjadi pada hari rabu ini? Kafka membawa Ayah, Bunda, kakak dan kakak iparnya ke rumah pacarnya untuk melamar.
Kalian tau, siapa yang paling merasakan efek dari lamaran dadakan ini? Cecil pasti, tapi ini selain perempuan itu. Udah ketebak lah ya, si Dendi. Sebenernya semua berefek, tapi cuman anak laki satu-satunya di keluarganya yang protes keras. Dia masih di kantor dengan kerjaan yang masih numpuk dan dua jam yang lalu ditelpon suruh pulang karena kakaknya mau lamaran. Maksudnya gini loh, kalo mau lamaran ya kasih tau dari beberapa hari sebelumnya dong, ini di hari H dan udah sore juga. Gila emang! Iya sih kemaren bilang secepetnya, tapi ngga dua hari juga dong. Bikin emosi aja.
Dendi nyampe rumah jam 6:50 – sedangkan acara lamaran jam 7:00. Kenapa dia datengnya mepet, karena dia ngga mau disuruh bantu beres-beres rumah. Toh pasti ada dua kakak iparnya yang bantu-bantu. Tapi yang bikin lebih emosi lagi adalah dia mau masuk rumah aja kehalang karena udah ada beberapa orang dan yang dia kenal cuman pacar kakaknya.
"Kamu yakin mau lamaran? Kalo belum yakin, kita pulang aja."
"Yakin, Yah."
"Inget ya, Kafka, di keluarga kita cuman boleh menikah satu kali. Kamu bener-bener yakin?"
"Iya, Yah, Kafka yakin."
Dendi melihat pembicaraan itu. Keliatan bapaknya si Kafka super galak. Sedangkan Kafka juga takut banget sama bapaknya. Ia mengeluh dalam hati, semoga laki-laki penakut kaya gini bisa jadi pemimpin rumah tangga dan bisa mengarahkan kakaknya ke jalan yang lebih baik dan lebih normal.
"Permisi," ucap Dendi supaya diberi jalan. Dua menit ngga masuk ke rumah, dia yakin bakal diamuk kakaknya yang mau dilamar itu. Emang kakaknya itu hobinya marah-marah sama ngabisin uang. Tapi untung deh kalo nanti dia menikah, seenggaknya sasaran marah sama yang dimintain duit bukan dia lagi. Untung juga calon suaminya kaya, jadi kakaknya bisa minta duit tanpa drama lagi.
Semua menengok ke tangga paling bawah. Rumah orang tua Cecil dan Dendi ini lantai satunya cuman garasi. Bagian rumah yang ada ruangan-ruangannya di lantai dua. Daerah rumahnya ini emang rawan banjir, makanya rata-rata rumah di komplek ini design-nya kaya gitu. Ditambah di komplek ini juga ada satu gedung yang isinya kaya tempat parkir mall, jadi kendaraan-kendaraan ditaro disitu waktu banjir.
"Yah, Bun, kenalin ini adeknya Cecil," kata Kafka.
Ayahnya Kafka yang pertama kali menjulurkan tangan. "Ayahnya Kafka, ini Bundanya Kafka, yang ini kakaknya Kafka dan ini suaminya." Tunjuk laki-laki paruh baya itu menunjuk satu per satu keluarga yang ia bawa.
"Dendi Paramayoga, adiknya Cecil," jawab Dendi sambil menjabat tangan Ayahnya Kafka. "Masuk-masuk." Ia melepas sepatunya terlebih dahulu, baru membuka pintu rumahnya. Abisnya kalo pake sepatu ke dalem rumah diomelin karena kotor. Padahal sepatunya juga ngga nginjek yang macem-macem.
"Yoga, kok lo baru da-eh, Bunda, Pak, masuk-masuk," ucap Cecil panik melihat kedatangan adik satu-satunya yang diikuti kedua orang tuanya Kafka.
Bundanya Kafka tersenyum, lalu jalan mendahului Dendi. Ia langsung memeluk Cecil. Sedangkan Ayahnya Kafka hanya tersenyum kecil.
📝📝📝
Keluarga besar Kafka dan keluarga besar Cecil berkumpul di ruang tamu. Dendi juga ada, udah ganti baju dan mandi bebek – yang penting seger aja. Semua disini keliatan biasa aja, kecuali Cecil, Kafka dan ayahnya yang mukanya tegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
PFS [2] : Mr. Boss & Ms. Secretary (On Hold)
RomanceAwalnya Kafka suka kinerja sekretarisnya yang teliti, rajin, punya inisiatif yang tinggi dan cekatan. Tapi, lima tahun kerja bareng, dia sadar kalau dia udah terlalu nyaman bahkan membutuhkan kehadiran sekretarisnya. Bukan cuma di kantor, tapi di hi...