Greet me on my instagram: chocodelette😊
1000+ votes dan komen sebanyak-banyaknya gimana?
💻💻💻💻💻
Kafka bangun pagi dalam keadaan bahagia. Gimana engga, dia inget semalem Cecil gedor-gedor pintu kamarnya kaya rentenir mau nagih utang, terus minta tidur bareng di kamarnya. Dia udah nolak semalem, tapi sekretarisnya itu maksa. Kan Kafka jadi ngga bisa nolak ya. Eh, sebenernya mah bisa tapi ngga mau nolak. Gila aja ada kesempatan emas masa disia-siain.
Terus yang bikin bahagia lagi adalah, pagi-pagi impiannya kewujud. Kafka punya impian yang sederhana banget tapi susah buat diwujudin. Dia pengen bangun tidur tuh yang dipeluk Cecil bukan guling. Dan untungnya kewujud pagi ini. Sedangkan guling yang biasa dia peluk, dipeluk sekretarisnya. Dulu dia pikir, yang kaya gitu baru bisa kewujuh setelah nikahin sekretarisnya ini.
Iya, Kafka tidur sambil meluk Cecil dan sekretarisnya itu tidur dengan nyenyak. Mana punggung sekretarisnya nempel banget lagi di dadanya. Kan jadi bikin dadanya anget.
Kafka tau sekretarisnya itu kalo udah tidur susah banget dibangunin alias kebo. Ngga bisa tuh cuma disentuh apa dipanggil, pasti ngga akan bangun. Jadi dia memberanikan diri untuk melakukan impiannya yang lain. Tenang, dia ngga akan kurang ngajar kok. Dia ngga bakal grepe-grepe sekretarisnya pas lagi tidur, toh suatu saat bakal dikasih dengan sukarela. Dia yakin.
Kafka memajukan wajahnya, untuk menghirup dalam-dalam aroma rambut Cecil. Dari tahun lalu, dia tau rambut sekretarisnya ini selalu wangi. Ini kali pertama dia berani nyium dari deket. Pernah sih beberapa kali di lift kalo lift lagi rame, tapi itukan ngga sengaja kecium. Yang sekarang, sengaja!
"Kok bisa wangi banget ya?"
Setelah puas menghirup rambut Cecil yang wangi, Kafka duduk di kasurnya yang kecil – dia memerhatikan wajah sekretarisnya dari samping.
"Kamu mimpi apa sih Cil? Kok senyum-senyum gitu?"
Kafka yakin sekretarisnya ngga akan jawab itu pertanyaan tapi dia beneran penasaran. Apa jangan-jangan Cecil tidur sambil senyum gitu karena mimpiin dia. Pikiran kaya gitu bikin dia jadi ikutan senyum-senyum.
Selesai senyum-senyum, Kafka langsung membangunkan sekretarisnya. Ini hari senin, jalanan pasti macet. Seperti biasa, dia ngga pernah bangunin sekretarisnya itu dengan lembut – karena pernah dibangunin lembut malah makin nyenyak tidurnya.
"CECIL BANGUUUUUNNNNN!!!!!"
Kafka meneriaki itu dengan sekuat tenaga. Dia ngga biasa teriak-teriak, tapi mungkin harus membiasakan diri untuk kaya gitu karena kalo mau nikah sama sekretarisnya pasti tiap pagi rutinitasnya bakal kaya gitu.
See! Udah diteriakin gitu juga, Cecil masih anteng tuh meluk guling, kaget sedikit pun engga. Mau disiram air ngga mungkin, itu kasur Kafka, yang ada nanti kasurnya yang basah.
Dengan kekuatan penuh lagi, Kafka menggucang tubuh Cecil keras-keras, kerasnya kaya guncangan gumpa bumi 7,2 SR. Engga deh lebay, tapi pokoknya kenceng.
"Kenapa sih Ka?"
Kenapa? Dia nanya kenapa? Bisa-bisanya. Sebenernya ini yang bos siapa sih.
"Bangun, lima belas menit lagi berangkat, saya ngga mau tau."
Cecil langsung membuka matanya, mulutnya yang dipinggir-pinggirnya ada iler kering pun terbuka. Ia langsung bergegas keluar kamar Kafka, tanpa lupa sebelumnya mencabut ponselnya yang dicharge.
"Kamu nyabut hape saya?! Ini belom penuh, Cecil!"
📝📝📝
Cecil bingung musti baikin Kafka kaya gimana. Bosnya sewot setengah hari – karena sekarang masih jam makan siang. Jadi subuh tadi hape Cecil udah mati total gara-gara dipake chattingan sama Andi, terus dia nyabut hape bosnya yang lagi dicharge, maksudnya mau numpang colok bentar doang nanti dituker lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PFS [2] : Mr. Boss & Ms. Secretary (On Hold)
RomanceAwalnya Kafka suka kinerja sekretarisnya yang teliti, rajin, punya inisiatif yang tinggi dan cekatan. Tapi, lima tahun kerja bareng, dia sadar kalau dia udah terlalu nyaman bahkan membutuhkan kehadiran sekretarisnya. Bukan cuma di kantor, tapi di hi...