Masih ada kah yang baca cerita ini?
Masih ada kah yang nungguin kelanjutan cerita ini?
Oh iya, jangan lupa follow instagramku ya di @/chocodelette
💻💻💻💻💻
Selesai makan udah sekitar sepuluh menit yang lalu, tapi suasana meja itu sejak sepuluh menit itu sepi banget. Kafka ngga berani buka omongan, padahal Cecil udah nge-chat nyuruh pacarnya buka omongan. Sedangkan daritadi Dendi fokus ke ponselnya karena dia lagi kerja. Sebenerya tadi sore waktu diajak makan juga Dendi udah nolak karena kerjaannya belom selesai, tapi ilmu ratu dramanya Cecil langsung keluar dan pura-pura nangis, jadilah adeknya mau ikut.
Dendi menyeruput es lemonnya, dan meletakkan ponselnya di meja. Kafka pun ikut naro ponselnya di meja karena takut sama Dendi. Dendi bingung kenapa suasananya awkward banget. Ini dia ngga disuruh bayarin makan kan? Awas aja ya kalo beneran dia disuruh bayar, ini kan dia dipaksa buat dateng dan ikut makan. "Abis ini mba sama mas mau kemana?" tanya Dendi sambil memasuki ponsel ke kantong celananya.
Cecil langsung memberi pelototan ke Kafka supaya dia yang jawab. Kan rencananya hari ini Kafka mau ngajakin dia sama adeknya nonton juga. Awas aja kalo ngejawab yang satu ini juga gelagapan. Selama tiga detik pacarnya yang super pinter malah keliatan bego di depan adeknya, satu tendangan di bawah meja mampir ke tulang Kafka. "Jawab!" ucap Cecil tanpa suara tapi pake pelototan galaknya.
"Bebas sih kalo gue mah," jawab Kafka. Sumpah di otaknya tuh udah ada rencana yang disusun mateng-mateng, tapi ngga tau kenapa yang dikeluarin dari mulutnya beda. Seumur-umur, dia ngga pernah segrogi ini. Bahkan mimpin rapat atau presentasi di depan petinggi-petinggi perusahaan aja dia santai loh.
Cecil langsung menoleh ke adeknya. Dia tau banget jawaban gantung adalah salah satu hal yang dibenci adeknya. Mampus lah hubungannya sama Kafka kalo pacarnya malah bikin kesan yang ngga disukain sama adeknya. "Nonton aja yuk!"
Dendi menoleh ke Cecil dan Kafka bergantian. Jangan kalian pikir dia ngga tau apa yang terjadi sekarang ini. Dia tau banget pacar kakaknya lagi grogi banget, sama kaya pertama kali dia ketemu sama mama papa dan abangnya Dinda waktu dia baru lulus kuliah dulu. Dia juga tau banget usaha kakaknya buat mencairkan suasana yang menurutnya ngga tegang-tegang banget, tapi ngga bisa dibilang cair dan juga asik. "Yoga kayanya musti balik ke kantor deh, Mba."
Cecil langsung manyun. Dia harus mengeluarkan kemampuan aktingnya lagi tiap ngomong sama adeknya. Itu senjata satu-satunya, karena Dendi selalu luluh - walaupun dia yakin banget adeknya tau kalo dia cuman drama-drama mau nangis. "Masa kamu rela mba nonton berdua sama Kafka?"
Lah, Kafka di tempatnya bingung dan cuman bisa bengong doang kaya kambing ompong. Satu tendangan di kakinya menyadarkan dia untuk ikut ngebujuk calon adek iparnya. Kan hari ini rencananya dia mau narik perhatian dan simpati adeknya Cecil. Kafka baru tau susahnya ngedeketin orang tuh kaya gini, bahkan lebih susah dibanding ngedeketin pacarnya yang sekarang. "Iya Yoga."
Dendi reflek menoleh ke Kafka. Dengan alis yang naik dan kening berkerut, ia melemparkan tatapan bertanya. "Iya apa?"
Astaga, Cecil gemes sama Kafka. Otak pintarnya tiba-tiba menguap apa gimana sih. Masa cuman ngomong iya tanpa jelas mau ngomong apa. Ini tuh kaya dia gitu loh yang mau pdkt sama adeknya, bukannya Kafka.
"Iya ... iya ... iya, ngga asik kalo nonton cuman berdua, mending ikut aja yuk." Kafka bisa bernafas lega setelah mengatakan itu.
Dendi tersenyum miring. Bukan, dia bukan seneng karena merasa dibutuhkan. Justru dia menemukan kesalahan dari kalimat yang keluar dari mulut pacar kakaknya. Ia menyipitkan mata sebentar, lalu membuka matanya dengan lebar dan melemparkan tatapan tajam ke laki-laki yang lagi gelagapan mendapat tatapannya. "Jadi maksudnya mba saya ngga asik gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PFS [2] : Mr. Boss & Ms. Secretary (On Hold)
RomanceAwalnya Kafka suka kinerja sekretarisnya yang teliti, rajin, punya inisiatif yang tinggi dan cekatan. Tapi, lima tahun kerja bareng, dia sadar kalau dia udah terlalu nyaman bahkan membutuhkan kehadiran sekretarisnya. Bukan cuma di kantor, tapi di hi...