MBMS 7 - Apartemen

45.7K 4.9K 151
                                    

HIHIHI suka deh bacain komen kalian di part kemaren...

Gitu dong komen yang banyak😉

700+ votes boleh kali ya...

💻💻💻💻💻

"Kamu belom makan siang, Cil?"

Kafka baru balik ke kantor jam dua siang. Dia abis makan siang sama Mamanya - meninggalkan sekretarisnya yang harus makan di kantin. Dia yang disuguhi muka cemberut sekretarisnya langsung menghampiri meja sekretarisnya, meletakkan plastik transparan yang isinya bungkus makanan dari restoran tadi.

"Ini apa, Pak?"

"Dari Bunda, kamu disuruh makan yang banyak, katanya besok-besok dibeliin lagi."

Cecil menyunggingkan senyum lebar, membuat Kafka ikut tersenyum.

"Bilang makasih ya buat Bunda."

Iya, kalian ngga salah baca. Cecil juga manggil Bundanya Kafka itu Bunda. Jadi Cecil kan baru mulai dateng ke rumah Kafka karena diminta kerja di hari sabtu dan minggu itu semenjak dia tau suka sama sekretarisnya itu. Dan dia juga udah bilang ke Bundanya kalo dia suka sama sekretarisnya.

Bundanya welcome banget sama Cecil, walaupun tau kalo perempuan yang ditaksir bungsunya itu lebih tua. Saking baiknya, Bundanya Kafka minta dipanggil Bunda juga sama Cecil.

"Kamulah yang chat Bunda langsung."

"Iya deh."

Cecil langsung membuka ponselnya dan mengetikkan pesan terima kasih untuk Bundanya Kafka.

Kafka langsung ke mejanya dan membuka laptopnya. Dia penasaran apa yang ngebuat sekretarisnya tadi cemberut waktu ngeliatin laptop kerjanya. Kalo yang bikin cemberut kerjaan mah dia ngga peduli - itukan emang tanggung jawab sekretarisnya.

Walaupun Kafka bucin tingkat sultan, tapi kalo masalah kerjaan dia tetep professional kok.

Mata Kafka membulat waktu liat apa yang ada di laptop sekretarisnya. Laman pencarian yang isinya kos-kosan yang deket sama kantor.

Kafka bertanya-tanya dalam otaknya, sekretarisnya buat apa cari kos-kosan? Apa gara-gara dia selalu lembur jadi mau cari yang deket kantor? Tapi kan biasanya dia pulang sama adeknya - jadi kayanya ngga masalah deh kalo urusan lembur.

Jadi, Cecil kenapa?

Kafka mendongakan kepalanya, dan lagi-lagi ia melihat wajah sekretarisnya yang lagi masang mode 'jangan-kasih-gue-tugas-soalnya-lagi-kesel' membuat jiwa penasarannya Kafka memberontak.

"Kamu kenapa, Cil?"

"Bete Pak."

"Kenapa?"

"Ada om tante saya nginep di rumah gara-gara rumahnya lagi di renovasi." Cecil menopangkan dagunya dengan tangan kirinya karena tangan kanannya tetap sibuk dengan mouse laptopnya.

"Durhaka, masa ada om tante di rumah malah bête."

"Bukan itu, yang bikin bête itu mereka nanyain saya kapan nikah - boro, punya pacar aja engga."

Kafka terkekeh. Ia berjalan ke arah meja sekretarisnya, duduk di atas meja itu dan tangan kanannya mengambil kripik di meja sekretarisnya. "Pacaran sama saya aja kalo gitu."

Cecil mendongak dan memberikan tatapan galak. "Apa sih Pak, dari kemaren-kemaren ngomongnya gitu mulu."

"Ya abis dari kemaren-kemaren kamu belom nerima saya."

Cecil ngga menjawab, ia kembali fokus sama hal yang dia cari di laptopnya. Sambil itung-itung gajinya mampu buat bayar yang mana, soalnya kos-kosan ber-AC di Jakarta harganya paling murah satu setengah juta.

PFS [2] : Mr. Boss & Ms. Secretary (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang