Maafin aku suka ngilang, aku suka bingung ngelanjutin cerita ini WKWKWKWK makanya nunggu idenya lamaa. I'm so sorryyyy....
Part ini kudedikasiin buat Queenbenov terima kasih karena komen di cerita ini😉
Buat yang lain yang mau didedikasiin part-part berikutnya, komen yang banyak ya, kalo bisa di tiap line hheehhhe❤❤❤
Masih ada yang baca kan ya?😉
💻💻💻💻💻
"Ngunyah mulu," ucap Kafka setelah selesai bercerita tentang klien yang menyebelkan dan ngga mendapat respon apa-apa dari Cecil kecuali bunyi krauk-krauk.
Cecil yang sadar Kafka ngatain langsung menoleh dan tersenyum lebar. Ia menyodorkan plastik yang berisi kerupuk bunga-bunga dengan bubuk cabe yang daritadi dia makan ke pacarnya. "Kalo mau, ambil."
Kafka menggeleng. "Ngga doyan."
"Doyannya apa?" tanya Cecil sambil menoleh ke Kafka, tak lupa tangan kanannya tetap memasukan kerupuk bunga itu ke mulutnya.
"Kamu."
Cecil menyipitkan mata. Hidungnya kembang kempis. Lalu ia memalingkan wajahnya dari Kafka ke jendela di sebelah kirinya. "Pret."
Kafka terkekeh melihat reaksi yang keluar pacarnya. Tangan kirinya yang ada di setir bergerak untuk mengacak rambut Cecil yang tergerai. "Kita nonton yuk, midnight."
"Males ah kalo nontonnya di bioskop, ayo kita beli kado buat Mamaku aja," ajak Cecil.
Kafka tanpa pikir panjang langsung meng-iya-kan permintaan Cecil. Dia mau beliin calon mertuanya – ehem, aminin dulu aja – kado yang istimewa. Biasanya ibu-ibu kan sukanya antara tas atau ngga sepatu, tapi kayanya hari ini dia mau beliin tas aja deh.
"Besok kamu pake baju apa? Biar aku nyesuaiin," ucap Kafka.
Cecil menoleh langsung. Sumpah, dia ngga kepikiran sama sekali buat ngajakin Kafka ke ulang tahun Mamanya. Dan emang udah lima tahun terakhir tiap mama, kakak-kakak ataupun adeknya ulang tahun kalo dirayain dia ngga bawa siapa-siapa selain muka cemberutnya karena bakal ketemu keluarga besar dan bakal dapet pertanyaan yang selalu sama. "Mana pasangannya?"
Sekarang gilirang Cecil punya pasangan, dia malah ngga kepikiran sama sekali buat ngajakin pacarnya. Gimana ya, dia masih belom yakin-yakin amat hubungannya sama Kafka bakalan lama sih. Males juga kalo udah ngenalin ke keluarga besar kaya waktu mantannya dulu taunya ngga jadi nikah. Lagipula dia yakin banget dia ngga akan nikah sama Kafka.
"Kamu besok jangan ikut dulu ya," kata Cecil dengan pelan – dia ngga enak hati buat ngomong itu sebenernya.
Kafka dengan mulut terbuka langsung menoleh ke Cecil. Alis matanya terangkat tanda ia bertanya. "Kenapa?"
Cecil menelan ludahnya. Dia bingung musti ngomong apa. Kan ngga mungkin dia bilang ke Kafka tentang keyakinannya tentang dia ngga akan langgeng sama Kafka, dia ngga mau nyakitin pacarnya.
"Acaranya cuman buat anak-anaknya Mama," bohong Cecil. Tiap tahun Mamanya ngerayain ulang tahun minimal semua keluarga diundang, dari keluarga kakak mamanya sampe keluarga adek mamanya sampe yang udah punya cucu pun cucunya pada ikut.
"Bagus dong, kan jadi bisa ngenalin aku kakak sama adek kamu," ucap Kafka santai. Dia mikir mumpung ada acara keluarga, bukannya bagus ya jadiin ini kesempatan buat ketemu.
Cecil lagi-lagi menelan ludahnya. Dia mengalihkan pandangannya ke jendela sebentar, lalu kembali menoleh ke Kafka yang sepertinya masih menunggu jawaban di tengah kemacetan Jakarta ini.
"Aku besok ngomong dulu ke mama, kakak sama adek aku kalo aku punya pacar – terus nanti aku aturin jadwal buat ketemunya," putus Cecil.
"Oke," jawab Kafka pasrah – males maksa Cecil lagi.
📝📝📝
"Ini kartu ucapannya mau atas nama siapa?" tanya Kafka.Cecil yang lagi ngeliatin tas-tas mewah yang dipajang dengan tatapan kepengen langsung menoleh. "Nama kamu aja, kan itu dari kamu."
Kafka mengangguk. "Aku sebagai?"
"Sebagai apa maksudnya?" tanya Cecil bingung.
Sebenernya Cecil lagi ngga fokus. Dia lagi kepengen banget beli tas gara-gara ngeliat ada tas yang mewah dan keren banget tapi dia tau harganya mahal. Dan dia juga sadar ngga mungkin minta beliin tas itu ke Kafka soalnya barusan aja pacarnya abis ngegesek kartu kreditnya buat kado Mamanya.
"Bos atau pacar?" tanya Kafka. Dia sadar keluarganya Cecil ngga ada yang tau hubungin dia sama Cecil – makanya dia nanya itu. Kalo dia egois mah dia bakal langsung nulis: With Love, Cecil's Future Husband. Tapi itu ngga mungkin dilakuin, bisa digaplok sama Cecil.
"Bilang aja pacar aku."
Kafka tersenyum. "Oke."
Setelah selesai belanja, Cecil dan Kafka keluar. Mereka memilih makan di restoran vegetarian berkedok restoran steak karena Kafka lagi mau maksa dan ngebiasain pacarnya buat makan makanan sehat. Tapi dia tau pacarnya ngga akan suka dipaksa kaya gitu, makanya dia ngajakin ke restoran yang masak makanan dari sayur-sayuran tapi dalam bentuk daging-daging gitu. Cecil ngga tau itu restoran vegetarian.
Cecil memicingkan mata waktu ia mengunyah makanannya. "Ini bukan daging, kamu nipu!"
Kafka lagi-lagi tersenyum. "Kamu musti makan makanan yang sehat Cil, abis itu nyemil mecin juga ngga apa-apa tapi musti diimbangin sama yang sehat."
"Kamu kaya ibu-ibu tau ngga bawel banget nyuruh anaknya makan sayur," dumel Cecil – namun ia tetap memakan makanan yang di depannya.
"Kan aku sayang kamu, makanya aku bawel."
💻💻💻💻💻
Coba gimana perasaan kalian abis baca part ini?
Dear Kafka...
Dear Cecil...
Kira-kira kapan Kafka ketemu keluarganya Cecil ya?
12/11/2019
Ta💙
KAMU SEDANG MEMBACA
PFS [2] : Mr. Boss & Ms. Secretary (On Hold)
RomanceAwalnya Kafka suka kinerja sekretarisnya yang teliti, rajin, punya inisiatif yang tinggi dan cekatan. Tapi, lima tahun kerja bareng, dia sadar kalau dia udah terlalu nyaman bahkan membutuhkan kehadiran sekretarisnya. Bukan cuma di kantor, tapi di hi...