MBMS 13 - Lamborghini

34.4K 3.9K 104
                                    

Greet me on my instagram: chocodelette😊

✅Sebelum baca, jangan lupa follow ya!

✅ Budayakan vote sebelum baca, dan comments juga pas lagi baca ya, it makes me happy😘

💻💻💻💻💻

Cecil janjian sama sahabatnya dari jaman kuliah dulu di salah satu kafe di kotanya. Udah lama ngga ketemu. Sebenernya ngga ketemunya bukan karena sempet berantem gitu, tapi gara-gara jam kerjanya yang super sibuk. Pada tau kan, Kafka super nyebelin dan sok sibuk.

Ketemuan sama sahabatnya – Gyanda – ini aja repot banget ijinnya. Padahal, bukan jam kerja. Ini jumat malem loh! Katanya Kafka nanti susah pulangnya lah, apa lah, repot banget pokoknya.

Oh iya, yang ngajakin ketemuan ini Gyanda. Gara-garanya beberapa hari yang lalu Cecil baru cerita tentang Andi dan langsung banyak banget ceritanya.

"Tapi Cil, waktu lo cerita itu kan gue nyari tau ya tentang Andi Prasetya itu, terus yang gue temuin ngga enak."

Iya, Cecil tau kok resiko cerita sama Gyanda ini pasti bakal diselidikin banget. Dulu waktu awal-awal dia kerja di tempat Kafka juga dia cerita dulu ke sahabatnya, sampe akhirnya sahabatnya ini yang cari tau detil tentang bosnya.

"Yang lo temuin apa emang?"

Cecil udah ngga peduli sebenernya tentang apa yang ditemuin Gyanda. Dia udah yakin banget sama Andi, mau dibilang cowok yang dia taksir playboy kek, pengangguran kek, apa kek, selama dia tetap Andi orang yang sama, it's okay.

"Ngga enak gue ngomongnya," Gyanda menatap Cecil dalam. "Pokoknya saran gue, lo jangan suka lagi deh sama dia."

Cecil memundurkan kepalanya, dia bingung, selama dia sahabatan sama Gyanda, ngga pernah sahabatnya langsung minta dia mundur waktu naksir orang. Iya, kan terakhir naksir orang itu mantannya. Pacar pertama dan terakhir. Orang pertama dan terakhir yang dia taksir selama 33 tahun hidupnya.

"Kenapa emangnya?"

Gyanda menarik nafasnya perlahan. "Pokoknya jangan deh, nanti lo nyesel."

Cecil mengangguk perlahan. Dia bukannya mengaggukan iya dan setuju, tapi emang males bahas itu jadi dianggukin aja biar cepet.

"Bahas yang lain aja yuk." Cecil memutus pembicaraan.

Akhirnya, selama pertemuan berlangsung, Cecil cuma dengerin cerita Gyanda tentang keluarganya. Suami dan anaknya yang berumur enam tahun, yang lagi sering ikut lomba sana-sini, pokoknya yang lagi aktif-aktifnya deh.

Sebenernya selama dengerin cerita Gyanda, pikiran Cecil bercabang. Dia mikir umur berapa dia bakalan nikah, umur berapa dia bakalan punya anak, apa dia bisa punya anak, jangankan anak, suami aja belom ada nampaknya. Mikirin Andi lagi, dia bingung kenapa sahabatnya ngelarang tapi dia ngga mau tau lebih lanjut lagi, takut jadi sedih sendiri.

"Eh, bentar Nda," Cecil merasakan getaran dari ponselnya yang ada di tasnya. Telpon masuk dari Andi – dia mendongak ke Gyanda lalu tersenyum, takut ketauan, lalu memasukan ponselnya lagi ke tas.

"Kok ngga diangkat?"

Cecil menggigit bibir bawahnya. "Bos gue, males angkatnya."

Gyanda menganggukan kepalanya. Lalu melanjutkan lagi cerita tentang anaknya yang kedua, yang baru masuk TK – yang lagi heboh belajar sempoa.

Ponselnya bergetar lagi, pesan masuk dari Andi. Dia membuka pesan itu.

Besok aku ke Jakarta, malemnya ketemu yuk.

PFS [2] : Mr. Boss & Ms. Secretary (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang