Oke karna lebih banyak yg minta Cecil update, doi update duluan deh daripada Deanaa
✅Greet me on my instagram: chocodelette😊
✅Sebelum baca, jangan lupa follow ya!
✅ Budayakan vote sebelum baca, dan comments juga pas lagi baca ya, it makes me happy😘
Enjoy!
💻💻💻💻💻
Bahan makanan di kulkas Kafka udah abis, tapi Cecil semales itu buat ngasih tau bosnya. sebenernya ngasih tau doang mah ngga capek, yang bikin males itu pasti mereka bakal pergi ke supermarket yang ada di mall.
Pasti kalian mau ngehujat Cecil kan, udah tinggal gratis, belanja dibayarin, tapi ke supermarket aja males. Silakan hujat, caci maki, silakan. Kan netizen maha benar.
Tapi Cecil punya alesan dibalik rasa malesnya itu. Jadi, chattingannya sama Andi itu berlanjut. Terusssss kalo diluar apartemen sama kantor itu, dia ngga punya paket internet. Jadi dia males deh keluar apartemen ini. Lagian udah malem juga - kan kalo malem justru Andi balesnya lagi cepet.
"Kamu goreng ikan asin?"
Cecil kaget waktu denger suara Kafka yang udah persis ada di belakangnya. Bahkan hembusan nafas bosnya pun kerasa di lehernya. Iya, Cecil kalo di apartemen lebih suka kuncir rambutnya ke atas, kalo di kantor ngga bisa begitu. Bosnya menjunjung tinggi penampilan karyawan musti enak diliat, dan Cecil ngga boleh ngiket rambutnya apalagi kalo ada klien.
Ngga jelas emang.
"Iya." Cecil memiringkan badannya sedikit.
"Ngga ada lauk lain?" tanya Kafka.
Cecil menunjuk sawi putih dan tahu kuning yang udah dipotong kecil dengan codetnya. "Itu, ada sawi sama tahu nanti mau ditumis."
"Ayam, telor, atau daging-daging gitu ngga ada?"
Cecil menggeleng pelan lalu memberikan cengiran lebar pada Kafka. "Harusnya masih ada Ka, tapi..."
Alis Kafka terangkat. "Tapi?"
"Tapi kan saya kalo malem suka kelaperan, jadi suka dimasak lagi ayam, telor sama dagingnya, kadang makan pake nasi, kadang juga pake mie," Cecil menunduk malu. Tiap malem tuh dia makan nasi jam tujuh, tapi jam sebelas pasti dia laper lagi.
Kafka menghembuskan nafasnya pasrah. Dia melihat jam yang melingkar di tangannya. "Potongin saya pepaya deh kalo gitu."
Lagi, cengiran lebar Cecil berikan. "Abis juga."
"Kamu makan?" Kafka menatap Cecil sangsi.
Cecil menggeleng. "Saya kasih burung yang suka mampir di balkon."
Kafka memijit pelipisnya, memandang Cecil galak. "Saya makan apa dong malem ini?"
Cecil menuangkan sambal diatas teflon kecil, lalu menyampurkan itu dengan ikan asin yang baru ditiriskan. "Ada ikan asin, ada sawi, bisa dimakan kan."
Kafka melotot, tapi ngga bisa ngapa-ngapain juga. Akhirnya dia berjalan ke meja makan menunggu makanan itu dihidangkan.
Ngga lama, kurang dari sepuluh menit, Cecil selesai masak dan menghidangkan makanan di meja makan. Dengan senyuman manisnya, ia meletakkan lauk pauknya.
"Ka, ikan asin tuh lagi hits tau."
Kafka mengambil nasi sedikit - karena makan ikan asin ngga mungkin kenyang - dan sayur. "Hits gimana?"
"Ih, ngga pernah ngikutin infotainment apa? Lagi ada kasus ikan asin tau Ka, ada tiga artis yang ketangkep."
Kafka mendongak, alisnya terangkat. "Saya ngga perlu ikutin infotainment, infotainment yang ngikutin saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
PFS [2] : Mr. Boss & Ms. Secretary (On Hold)
RomanceAwalnya Kafka suka kinerja sekretarisnya yang teliti, rajin, punya inisiatif yang tinggi dan cekatan. Tapi, lima tahun kerja bareng, dia sadar kalau dia udah terlalu nyaman bahkan membutuhkan kehadiran sekretarisnya. Bukan cuma di kantor, tapi di hi...