MBMS 8 - Calon Istri

47.9K 5.2K 184
                                    

Greet me on my instagram: chocodelette😊

800+ votes dan komen sebanyak-banyaknya yaaaa

Enjoy😉

💻💻💻💻💻

Cecil tau kenapa waktu itu Kafka nyebutin keuntungannya dia tinggal di apartemen bosnya itu dibanding nyebutin kerugiannya - karena menurutnya, kalo disebut kerugiannya bakalan ngga selesai semalam suntuk.

Salah satunya adalah hari sabtu pagi yang cerah ini, Cecil udah dibangunin secara paksa dan kasar untuk nemenin ke supermarket yang ada di mall - Kafka mah emang sombong, sukanya cari yang mahal - buat belanja isian kulkas. Padahal dia kira awalnya bosnya bangunin karena mau pamit ke rumah orang tuanya. Sebel.

Mana semenjak Cecil tinggal di apartemen itu, alamat si Kafka ngga bakalan balik ke rumah orang tuanya lagi. Katanya, kemaren tiap sabtu sama minggu pulang karena di apartemen ngga ada yang masakin jadi dia numpang makan di rumah orang tuanya.

"Jangan cemberut terus."

Ya gimana ngga cemberut sih. Ini masih pagi banget, man! Biasanya tuh Kafka nelpon dia jam dua belas atau jam satu siang buat ke rumahnya sore sampe malem. Ini masih jam sepuluh pagi - ya lewat dikit lah - dan udah sampe di mall. Karyawan supermarket juga masih sepi.

"Bapak mau makan apa hari ini sama besok?"

Kafka yang jalan di depan Cecil berhenti dan menoleh. "Kok hari ini sama besok doang?"

Cecil yang nyawanya masih setengah ke kumpul menundukkan dirinya supaya bisa bersandar ke troli. Iya, yang bawa troli dia bukan bosnya. Kampret banget kan.

"Ya emang mau kapan lagi?"

"Tiap hari lah kamu masaknya, sarapan sama makan malem."

Nyawa Cecil yang setengahnya lagi langsung dateng, membuat dia bisa membulatkan matanya secara sempurna. "Apa-apaan?"

"Kenapa?" Kafka bertanya, tapi dia langsung jalan gitu aja.

Cecil mengikuti sambil menggerutu. Awas aja ada yang ngeremehin dia ngga bisa masak, dia bisa masak kok secara Mamanya maksa dia ke dapur dari kecil. Mamanya memegang prinsip: se-sukses apa pun perempuan, harus tetep bisa masak. Masalahnya, dia ngga suka ke dapur. Dapur tuh panas, bikin keringetan, bikin ngga betah pokoknya.

"Kamu bisa masak apa?" Kafka berhenti dibagian ikan, ayam dan daging-daging beku.

"Apa aja bisa, tapi pak ... " Cecil memegang tangan Kafka. "Kalo beli protein gitu mending di pasar aja, lebih seger."

Kafka menegang beberapa detik. Hampir lima tahun bareng, ini pertama kali Cecil menyentuh tubuhnya. Percaya aa engga, Cecil ngga pernah menyentuh tubuhnya.

"I..iya boleh."

Setelah mengatakan itu, Cecil berjalan meninggalkan Kafka menuju kulkas. Dia mau beliin keju, mau beli yoghurt, susu, dan lain-lainnya. Lalu dia berjalan ke tempat sayur-sayur organik, abis itu dia jalan ke bahan-bahan kering. Kaya pasta, mie instan, cabe, bawang putih, bawang merah, bawang bombay, garem, gula, jeruk nipis, kayu manis bubuk, jahe bubuk, kunyit bubuk, krim dan lainnya.

Cecil menoleh ke belakang, dia mau nanya ke bosnya kira-kira ada makanan spesifik yang dipengenin apa engga, takutnya bumbunya belom masuk keranjang - tapi dia sadar bosnya malah ilang. Dia melanjutkan pencariannya, kali ini sasarannya adalah rak-rak snack. Dia mau beli coklat dan ciki-cikian yang banyak. Ini pasti dibayarin, kan.

"Waduh, udah penuh aja trolinya." Kafka dateng sambil makan eskrim yang mahal banget itu - yang punyanya artis.

Cecil ngeliat ke troli yang dia bawa dan baru sadar kalo trolinya emang lumayan penuh. Penuh sama cemilannya dia, kalo bahan makanan mah ngga seberapa. Dia cengengesan. "Iya."

PFS [2] : Mr. Boss & Ms. Secretary (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang