MBMS 38 - Setelah Menikah

25.5K 2.1K 64
                                    

Kaget karena baru sadar terakhir update sebulan yang lalu HAHAHAHA


💻💻💻💻💻

Cecil dan Kafka sepakat untuk ngga ada bulan madu. Duit Kafka cukup terkuras karena acara dadakan itu butuh bayaran yang lebih mahal. Sebenernya keluarga emang ngebantu dalam hal biaya sih, tapi dibalikin sama Kafka karena tabungannya cukup buat bayar itu semua.

Oh iya, minggu lalu, tepatnya satu hari setelah keduanya menikah, mereka bangun kesiangan sampe ngga bisa nganterin Dendi ke bandara. Tau lah ya kenapa bangunnya bisa kesiangan, hehehe.

Cecil dan Kafka memilih tinggal di apartemen-nya Kafka. Alesan utamanya sih karena lebih deket sama kantor ya. Tapi alesan pendukungnya jauh lebih banyak. Cecil ngga mau tinggal di rumah mertua, meskipun Bunda-nya Kafka itu baik banget tapi dia tetep sungkan buat tinggal disana. Dia jadi ngga enak kalo mau bangun siang, ngga enak kalo ngeliat yang nyiapin sarapan itu ibu mertuanya, pokoknya serba ngga enak.

Kalo dulu, sebelum nikah mah Cecil santai aja dateng kesitu. Kan ceritanya dia tamu, ya walaupun tamu level jongos ya, karena dateng buat kerja, tapi kan tetep tamu. Kalo sekarang, serba ngga enak hati gitu. Dan untungnya Kafka juga setuju sama permintaan Cecil.

Kalo Kafka, alesan dia setuju buat ngga tinggal di rumah orang tuanya adalah dia menghindari ayahnya. Dia nikah dan mau manja-manja sama istrinya, tapi dia yakin ngga akan bisa manja-manja sama istrinya kalo ada ayahnya, karena ayahnya ngga suka sama laki-laki manja. Daripada dia nikah dan tertekan, mending dia keluar rumah.

"Ciiilll, ayo hidup sehat," ucap Kafka sambil menarik Cecil dari rak snack yang penuh dengan MSG. Mereka lagi di superemarket. Karena ngga ada bulan madu, mereka menghabiskan waktu di apartemen dengan marathon movie dan Cecil butuh asupan yang banyak.

Seperti biasa, Kafka dan Cecil belanja mingguan. Mereka bawa dua keranjang. Keranjang satu isinya ada yoghurt, susu kemasan, roti tawar, selai coklat, keju, cooking cream, lemon, brokoli, kangkung, bayam, toge, bawang merah, bawang putih, bawang bombay, cabe keriting, cabe merah, kunyit, kemiri, jahe, daun sereh, lengkuas, daun jeruk, tomat, edamame, kacang tanah, labu, minyak zaitun, jagung, wortel, jeruk, anggur, apel, alpukat, daging sapi cincang, dada ayam fillet, salmon fillet, telur. Keranjang satunya lagi berisi kebutuhan apartemen non-food.

Kafka lagi berusaha mengubah pola hidup istrinya dari yang bener-bener ngga sehat, jadi, ya minimal lebih sehat lah. Mereka mau cepet-cepet punya anak, ngga mau nunda sama sekali, karena umur Cecil yang udah menginjak 33 tahun. Ngga masalah sih sama umur segitu kalo hamil, tapi kan semakin berumur resiko kehamilan akan semakin besar, jadi itu yang cukup Kafka takuti. Kafka ngga mau Cecil kenapa-napa pas hamil.

Cecil manyun melihat Kafka. Udah sebulan dia ngga makan makanan bermecin tinggi. Iya, ngga salah kok, mereka udah sebulan menikah. "Kaa, aku udah sebulan loh ngga makan ciki, sekali-kali aja."

Kafka menggeleng. "Ciiiilllll..."

Dengan berat hati dan mulut yang masih manyun, Cecil meletakkan kembali ciki yang udah ada di tangannya. Padahal itu ciki tinggal masuk ke keranjang tuh, tapi apa daya ... sebagai istri yang baik, dia harus nurut perintah suami.

"Cari cemilan lain aja, yang lebih sehat."

"Mana ada sih cemilan sehat?" Cecil masih manyun, namun kakinya beranjak dari rak-rak cemilan penuh MSG itu.

"Banyak kok." Kafka menunjuk beberapa snack yang masih ada di rak. Rata-rata cemilan buat diet.

"Itu buat diet, tau," protes Cecil.

Kafka mengangguk. "Orang diet pasti makanannya sehat-sehat kan. Berhubung kaum ngga diet, kamu makannya yang banyak aja."

Ceci makin manyun mendengar ucapan laki-laki yang berstatus suaminya semenjak genap empat minggu yang lalu. Tapi, dia tetep ngambil cemilan itu dengan jumlah yang cukup banyak. Ya, daripada ngga ada cemilan sama sekali kan.

📝📝📝

Hari minggu, Kafka dari jam enam udah olahraga di sekeliling apartemen dan pulang-pulang langsung mandi karena keringetan. Cecil, jangan ditanya, dia baru setengah bangun setelah Kafka menoel-noel pipinya ngajakin sarapan.

Oh iya, dua minggu setelah pernikahan, Kafka memutuskan untuk pake asisten rumah tangga. Dia ngga nyari kemana-mana, karena di rumah orang tuanya banyak, jadi dia minta satu orang buat ikut ke apartemennya yang ngga gede-gede amat itu.

Kenapa harus ada asisten rumah tangga? Jadi mereka udah konsultasi ke salah satu temennya Cecil yang dokter kandungan. Awalnya tuh diketawain karena baru dua minggu nikah udah mau buru-buru punya anak, tapi setelah dijelasin kondisinya, akhirnya temennya Cecil itu menyarankan untuk calon ibu banyak makan makanan bergizi, istirahat yang cukup, dan lainnya. Pokoknya pola hidup harus sehat.

Kafka udah minta Cecil buat ngga kerja di kantor, tapi Cecil ngga mau. Katanya bisa bosen di apartemen doang. Akhirnya keputusan akhirnya, Cecil tetep kerja di kantor, tapi untuk rumah yang ngerjain asisten rumah tangga.

"Nanti dulu ah makannya, mau peluk dulu," ucap Cecil yang memeluk Kafka.

Cecil paling suka kalo Kafka abis mandi, karena wangi banget. Dia pernah nyoba pake sabun mandi suaminya, tapi di badan dia wanginya ilang setelah sabun itu disiram air.

Kafka tersenyum, memerhatikan wajah istrinya. Yang dia liat sekarang ini, Cecil dengan matanya yang tertutup tapi bibirnya tersenyum. Entah kenapa, setiap ngelit muka istrinya yang kaya gitu, selalu berhasil bikin dia jatuh cinta lagi.

Kafka mendaratkan bibirnya ke bibir Cecil yang masih tersenyum. "Aku ambil makanan, kita makan di kamar ya?"

Kafka berubah cukup banyak. Dia yang awalnya ngga suka makan di kamar, setelah menikah, mungkin tiap weekend mereka makan di kamar. Cuman weekend ya, kalo weekdays mereka makan di meja makan bareng sama Laina – asisten rumah tangga yang udah Kafka anggep adeknya sendiri.

Cecil menggeleng. Ia masih enggan melepas tangannya dari samping perut suaminya. "Ngga usah, nanti makannya bareng sama Laina aja di meja makan, tapi kalo sekarang mau pelukan dulu."

Kafka tertawa. "Udah hampir jam sembilan ini. Paling Laina juga udah makan."

Cecil membuka matanya. "Cium dulu, baru mau ke meja makan." Ia memajukan bibirnya.

Kafka memberikan kecupan di bibir Cecil, di kedua pipi, di kelopak mata, di kening dan terakhir di puncak hidung istrinya.

Cecil membuka mata dengan senyum merekah. "Gendong ya ke depan."

"Bayi, bayi," ucap Kafka sambil geleng-geleng kepala. Dia bener-bener ngga nyangka, ternyata istrinya semanja ini. Kan sebelum nikah tuh ngga nunjukkin sifat manja sama sekali ya.

Namanya juga Kafka, dia menuruti permintaan istrinya. Dia menggendong Cecil di pundaknya.

"I love you," bisik Cecil, lalu mencium pipi suaminya.

"I know."

💻💻💻💻💻

Coba gimana perasaan kalian abis baca part ini?

Pengantin baru, jadi masih gemes-gemesnya🤭😂

Dear Kafka...

Dear Cecil...

20/10/2020

Ta💙

PFS [2] : Mr. Boss & Ms. Secretary (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang