MBMS 39 - Tiket Liburan

28.1K 1.9K 134
                                    

Kenapa ya aku update cerita ini tuh sebulan sekali? Perasaan kayanya baru update deh WKWKWKWK

Btw mau 100+ komen baru lanjut😂

💻💻💻💻💻

"Ka ... aku ngga makan siang bareng ya, mau ketemu temen." Cecil langsung berlari meninggalkan Kafka. Dia ngga mau suaminya ngikutin atau bahkan sampe tau dia kemana. Untungnya suaminya bukan tipe protektif yang masang aplikasi buat ngelacak keberadaan dia.

Cecil menunggu mobil online di depan kantornya. Dia udah janjian sama sahabatnya buat makan siang bareng, sekalian katanya ada yang mau diobrolin.

Kehidupannya setelah menikah ngga jauh beda sama kaya sebelum menikah, sejujurnya. Suaminya masih mengijinkan dia pergi-pergi sendiri, atau nongkrong sama temen-temennya sepulang kerja atau di akhir pekan juga masih boleh. Asal, pulang ke apartemen maksimal jam sepuluh. Seringnya sih kalo nongkrong sama temen di hari kerja, Kafka ikutan juga, entah di meja yang sama atau beda meja karena dia masih lanjut kerja.

Cukup lima belas menit untuk Cecil sampai ke restoran tempat dia dan temennya janjian makan siang. Mereka janjian di salah satu chinese restaurant yang cukup terkenal.

"Ndaaaa," teriak Cecil.

Gyanda, sahabat Cecil melambaikan tangan. Kalian semua masih inget Gyanda, kan? Ituloh, yang waktu itu hampir ingetin Cecil tentang siapa itu Andi tapi Cecil ngga mau dengerin sama sekali.

Cecil duduk di depan Gyanda. "Udah pesen?"

Gyanda mengangguk. "Udah kok. Buat lo juga udah gue pesenin."

Cecil tersenyum dan berterima kasih pada sahabatnya itu. Selera makanan mereka hampir sama sebenernya. Apa yang dia suka, pasti sahabatnya suka, begitu pun soal makanan yang mereka ngga suka. Mungkin karena sering bareng-bareng daridulu, jadi nular kali ya suka sama ngga sukanya.

"Gimana menikah?" tanya Gyanda.

"It's great," senyum manis tersungging di bibir Cecil. "Kaya yang waktu itu gue ceritain ke lo."

Gyanda menganggukkan kepalanya, sambil ikut tersenyum juga. "Kirain waktu itu lo ngomong manis-manis begitu karena ada Kafka."

Cecil menggeleng. "Engga kok. Kehidupan pernikahan gue sejauh ini emang masih semanis itu. Gue aja kaget Kafka mau ladenin kemalesan dan kemanjaan gue."

Gyanda tertawa. "Ini kaya happy ending banget ngga sih buat kisah cinta lo, Cil. Ini kali ya yang dibilang Rencana Tuhan tuh terbaik. Coba aja kalo lo dulu ngga mergokin mantan lo selingkuh, jadi kali lo nikah sama mantan lo. Ngga dapet Kafka lo."

Cecil ikut tertawa. Kalo diinget-inget, kehidupan cintanya itu kaya roller coaster. Pernah saling membahagiakan sama seseorang, mencurahkan segala waktu, tenaga dan cinta buat satu orang, terus dikhianatin gitu aja. Sedih berkepanjangan, pernah ada niat bunuh diri juga, tapi untungnya dia punya sahabat kaya Gyanda dan punya keluarga yang menjadi support system-nya selama ini. Bahkan watu awal-awal putus dulu, dia mikir dia ngga akan mau menikah karena semua cowok tuh bangsat yang cuman bisanya nyakitin.

Terus kerja selama lima tahun di kantor Kafka, ngga pernah kebayang kalo bakal bisa dicintain sama bosnya yang emang daridulu udah terkenal baik, ganteng, wangi dan digilai banyak orang. Tapi tiba-tiba tantenya harus tinggal di rumahnya, dia males setiap hari dinyinyirin tante ditanya kapan nikah, dan akhirnya tinggal satu apartemen sama bosnya.

"Gue kapan ya, Nda, mulai jatuh cinta sama Kafka?" tanya Cecil tiba-tiba.

Gyanda diam, ia mau menyimak apa yang akan keluar dari mulut sahabatnya. Dia tau, sahabatnya itu belum selesai berpikir.

"Sebelum atau pas tinggal di apartemennya ya?" tanya Cecil lagi.

Iya, satu-satunya orang yang saat itu tau kalo Cecil tinggal bareng Kafka ya Gyanda ini. Tadinya Cecil mau numpang sehari dua hari di rumah Gyanda, tapi tiba-tiba Kafka nawarin tempat, makanya dia batalin nginep di rumah Gyanda. Oh iya, sahabatnya ini udah berkeluarga, jadi ngga mungkin banget dia numpang tinggal di rumah sahabatnya lebih dari satu-dua hari.

"Kata gue sih, setelah tinggal bareng deh. Kayanya setelah masalah Andi-Andi itu."

Cecil mengangguk. "Bisa jadi sih, Nda. Setelah masalah itu, Kafka tuh jauh lebih baik sama perhatian ke gue. Mana tiba-tiba dia bawa gue buat ketemu keluarga besarnya kan waktu itu."

Gyanda tertawa. Ia ingat betapa sahabatnya itu marah-marah karena kaget campur malu waktu diajak bos yang kini udah jadi suaminya ketemu keluarganya. Karena perkiraan dia itu, yang dimaksud keluarga itu Ayah, Bunda, Kakak dan Kakak Iparnya Kafka waktu itu. Ternyata ini adalah keluarga besar dari Bundanya Kafka.

"Nekat ya Kafka, mana ada lagi coba cowok yang berani ngenalin cewek yang bukan pacar ke orang tuanya?" tanya Gyanda sambil tertawa.

Cecil ikut tertawa. "Kafka doang noh."

Makanan yang Gyanda pesan datang. Keduanya berdoa untuk menyantap makanan itu.

"Amin," ucap Cecil dan Gyanda setelah berdoa.

"Eh iya, Cil, bentar." Gyanda mengeluarkan amplop dari dalam tasnya. "Ini buat lo."

"Apa nih?" Cecil yang penasaran langsung ingin membuka. Namun dicegah oleh Gyanda.

"Tiket liburan, tapi bukanya nanti aja, makan dulu."

Cecil mengangguk. Ia langsung menyantap makanan dihadapannya. Dia lapar, selalu lapar.

📝📝📝

Sudah jam sembilan malam, Kafka dan Cecil berada di kamar. Tadi setelah makan malam jam tujuh, keduanya memilih menonton film bergenre misteri. Genre yang Cecil suka, tapi Kafka ngga suka. Kafka males nebak-nebak suatu film, karena biasanya kalo film misteri itu suka ada plot twist endingnya.

Kafka sukanya jalan cerita yang gampang ketebak. Kaya film romantis, meskipun di tengah banyak lika-likunya, tapi dia yakin endingnya pasti bahagia. Kalo film misteri, udah ditengah-tengah rumit banget, endingnya juga bikin bingung. Tapi, demi Cecil apa sih yang ngga dilakuin.

"Mau lanjut nonton apalagi?" tanya Kafka, kebetulan besok Hari Sabtu, jadi Cecil boleh tidur agak sedikit lebih malem sama Kafka.

"Gantian, kamu maunya nonton apa?" tanya Cecil.

"Romance, yang ringan-ringan aja, gimana?"

Cecil mengangguk. "Boleh."

"Aku sikat gigi dulu ya, biar kelar nonton langsung tidur," ucap Kafka yang udah siap-siap turun dari kasurnya.

Tapi secepat kilat, Cecil menarik suaminya. "Aku dulu."

Cecil langsung berlari ke kamar mandi dengan membawa tisyu di kantongnya. Dan langsung mengunci pintu kamar mandi dari dalam.

Kafka geleng-geleng di kasurnya. "Kan padahal bisa bareng ya. Mandi aja kadang suka bareng," ucapnya. Lalu ia memilih film apa yang mau dintonton dari laptop istrinya.

Setelah Kafka selesai memilih film, ia memencet tombol play. Saat itu istrinya keluar dari kamar mandi sambil cengengesan. Ia menekan tombol pause lalu masuk ke kamar mandi. "Jangan di-play dulu, tunggu aku. Aku kepo sama film itu, jangan tinggalin."

Cecil melihat laptopnya. "Iya."

Cecil rebahan di kasurnya. Ia lagi cengengesan sekarang. Ia lagi nunggu suaminya teriak dari kamar mandi karena sesuatu yang dia taro. Dia berhitung dalam hatinya, satu, dua, ti...

"Ceciiiiilllll, ini apaaa?!"

Kafka membuka pintu kamar mandi dengan wajah merah padam, sedangkan Cecil tertawa di kasur.

💻💻💻💻💻

Coba gimana perasaan kalian abis baca part ini?

Tebak, Cecil naro apa sih di kamar mandi..🤭😂

Dear Kafka...

Dear Cecil...

21/11/2020

Ta💙

PFS [2] : Mr. Boss & Ms. Secretary (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang