4. TEMANI AKU

276 38 2
                                    


Rasa kantuk ku menghilang, sementara Vasco berdiri di sana sambil menenteng kantong plastik. Aku tak mengeluarkan sepatah kata pun, "kamu sakit?" tanya Vasco lembut, membuatku gemas melihat wajah polosnya.

"Umm, iya cuma kurang enak badan." Ucap ku kaku, "Ini aku tadi beli roti isi dan roti berbagai macam rasa, makan lah." Vasco meletakkan kantung yang dia pegang tadi di meja kecil disebelah ranjang UKS ini, Apa dia langsung membeli itu saat tau aku sakit? apa apaan ini? aku semakin gugup suhu tubuh ku bisa semakin tinggi.

"Terimakasih," ucapku canggung, "Maaf kalau aku bikin  kamu ga nyaman, aku cuma mau antar ini.. kalau gitu aku pergi." Ucap Vasco.

Baru akan pergi, aku seperti tidak tega jika melihat wajah sedihnya itu, aku melakukan hal bodoh lagi, entah setan apa yang merasuki ku kali ini. Aku menahan tangannya! Vasco kembali menatap ku, aku mulai tertunduk malu. "Jika boleh, temani aku.." ucap ku tak berani menatapnya, aku hanya memperhatikan tangan ku yang masih memegang nya. 

Vasco tak bicara membuat ku gugup, "baiklah akan ku temani, tapi aku mau ambil kursi yang disana dulu." Ucap Vasco melihat tangannya yang masih ku tahan, dengan sigap aku melepaskannya.

Wajahku rasanya hampir meledak saking panasnya, aku membatalkan niat untuk tidur dan memilih duduk, Vasco kembali membawa kursi. "Duduk di sini..." aku menepuk tempat yang masih cukup luas untuknya. Jujur saja aku tau dia mengatakan, "kenapa ga ngomong dari tadi goblok!" yah itu lah yang ada di pikiran negatif ku.

Dia menurut seperti anak kecil, aku mengambil kantung yang berisi banyak roti yang di belikan Vasco itu, "bantu aku menghabisinya," ucap ku mengeluarkan semua roti itu, "tapi itu untukmu."

"Aku tak bisa menghabiskan semua sendiri." Tak menolak lagi Vasco mengambil roti isi lalu membukanya aku pun mengambil roti coklat, aku terdiam saat Vasco memberi potongan roti isi itu pada ku apa dia memang orang yang perhatian seperti ini? jangan bersikap manis aku bisa mati karna salting!

Aku menerima potongan itu dan memakannya, aku bosan tidak ada pembicaraan di antara kami. "Kenapa kamu berfikir aku tak nyaman disekitar mu?" aku memecah keheningan sambil menikmati roti coklat yang sangat enak ini- karna rasanya atau karna orang yang membawakannya?

"Kamu terus kabur saat bicara dengan ku, saat jam istirahat lalu tadi berpapasan kamu juga pergi gitu aja." Vasco kembali melahap roti isi nya.

Aku jadi merasa bersalah padanya, "maaf, aku bukannya ga nyaman hanya saja tadi sedang buru-buru," ucap ku menatap nya. "Jadi bukan karna ga nyaman?" dan aku mengangguk pertanda iya. 

Senyuman terukir di bibir nya, aigoo kenapa manis begitu senyumnya?! "bagus lah, tapi itu kamu makan coklatnya malah kemana mana~" ucap Vasco jail, dengan cepat aku membersihkan bekas coklat yang menempel entah kemana. 

Vasco tertawa melihat tingkah ku, dia mengambil tisu membersihkan tangan ku, "tangan mu jadi kotor," Dasar tak sopan aku bisa pingsan jika dia begini terus tak adil dengan mudahnya dia  membuatku jatuh hati.

Tepat saat itu juga tirai UKS terbuka ternyata Hyungseok dengan Haneul, aku spontan menarik tangan ku yang masih di bersihkan Vasco, Hyungseok dan Haneul terdiam melihat aku yang mendadak canggung. "Oh Hyungseok kau sakit juga?" tanya Vasco polos, "ah.. tidak Vasco aku kira Sarang sendiri ternyata ada kau, kalau begitu aku dan haneul pergi dulu~" Hyungseok menarik Haneul, "hei aku mau bertemu Putri!" Tolak Haneul.

"Sudah ada Vasco ayo kita pergi." Hyungseok menatap ku seperti mengetahui rahasia terbesar ku. Dia ini sangat mencurigakan, meninggalkan aku dan Vasco, "kayanya aku udah sehat, Vasco udah masuk pelajaran terakhir kamu juga bolos kelas karna aku.." ujar ku merasa bersalah, "gapapa, aku suka..." ucap nya membuatku salah tingkah, "benaran udah sehat?" tanya Vasco memastikan, "iya udah, gomawo rotinya enak."

"Iya sama-sama, mau ku antar?" Vasco menawari diri, "ga perlu aku bisa sendiri." Tolak ku lembut, dia malah tersenyum. 

"Gapapa, ayo ke kelas." Aku tak bisa menolak lagi, kami jalan berdua menuju kelas fashion, setibanya di depan kelas. 

"Gomawo Vasco padahal aku bisa sendiri." Ucap ku tak lupa berterima kasih. "Aku yang nawarin, biar lebih aman kan, ya udah aku ke kelas dulu, kamu masuk lah," aku kembali ke kelas begitupun Vasco.

Aku duduk dan dihampiri Hyungseok, Zin, Mijin dan Haneul, Jay menyentuh keningku yang sudah tidak panas lagi, "kata Jay sudah sembuh~" ucap Hyungseok.

"Hanya kau yang mengerti bahasa Jay..." Ujar Zin yang tidak mengerti bahasa Jay dan Hyungseok. "Sarang tadi kata Haneul kamu sama Vasco?" tanya Mijin penasaran, "iya tadi kebetulan ketemu di UKS." Jawab ku singkat pandangan ku menatap Hyungseok yang mencurigakan. 

"Ayo semua kembali ke meja masing masing!" jam pelajaran terakhir pun di mulai, pikiran ku yang hanya tertuju pada Vasco yang tidak bisa membuat ku fokus.

Dear My Euntae Lee (Vasco)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang