28. TERIMAKASIH IBU

97 13 0
                                    


Sarang POV

Tak terasa sudah seminggu aku disini, aku tentu mengganti nomor ponsel ku agar mereka tak bisa menghubungiku perut ku mulai terlihat bagaimana jika ibu mengetahui ini? entah lah aku tak ingin memikirkan hal lain selain kesehatan anak ku.

~ ~ ~

Author POV

"Apa yang kau lakukan disini Gimyung? mau balas dendam?" Jonggun melempar bowlingnya dan berbalik melihat Gimyung, "harusnya, tapi lebih baik ditunda dulu, ada hal lebih penting yang harus ku selesaikan." Gimyung menghampiri Jonggun.

"Hal penting apa?" tanya Jonggun bingung. "Dimana dia? kau sembunyikan di mana?" Jonggun terlihat bingung, "siapa yang kau bicarakan?"

"Sarang, terakhir kau yang bersamanya." jonggun melepas kacamatanya, "memangnya Putri dimana?" tanya Jonggun membuat Gimyung kesal, "jika kau bertanya pada ku, aku bertanya pada siapa? katakan saja kau sembunyikan dimana!" 

Jonggun kembali memakai kacamatanya, "untuk apa aku menyembunyikannya?" tak mendapat jawabannya Gimyung meninggalkan Jonggun.

Jonggun menelfon seseorang. "Cari informasi Kim Putri, semua aktifitasnya 2 minggu terakhir ku tunggu kabarnya."

~ ~ ~

Sarang POV

"Anakku istirahat lah!" teriak ibu, "sedikit lagi selesai bu." 

Aku melanjutkan pekerjaan ku ibu hanya tersenyum melihat ku, setelah selesai aku menghampiri ibu dan istirahat sebentar, "aku akan menemani ibu ke pasar," tawar ku, "aigo putri ku ini pekerja keras, apa tak lelah?" tanya ibu dan aku menggeleng pertanda tidak.

Apa karna hari minggu pasar jadi sangat ramai? aku membantu ibu menjual ke pedagang hasil tani kami, saat memperhatikan sekitar mata ku tertuju pada 2 orang yang terlihat berdebat aku menghampirinya, pria ini marah-marah pada paman yang sedang berdagang ikan itu. 

"Maaf ada masalah apa ini?" tanya ku sopan, "hey nak sebaiknya jangan ikut campur, kau tidak tau orang itu siapa?" paman yang berjualan disebelahnya berbisik padaku, "memangnya siapa dia?" tanya ku, preman ini menatapku tajam.

"Siapa aku? kau tidak mengenalku?!" ah.. dia beraninya berteriak seperti ini membuat kami jadi pusat perhatian, ibu yang melihat hal itu terburu-buru menarik ku. 

"Maaf tuan, anak ku baru pindah ke sini, maaf kan anak ku..." Kenapa ibu takut pada orang macam ini, aku menepis tangan ibu pelan, "paman, apa orang ini mengganggu mu?" paman itu hanya tertunduk lesu, "saya belum ada pendapatan untuk menyetor hari ini jadi dia marah.."

Mendengar itu preman jelek ini mendorong paman itu hingga jatuh tak ada yang berani menolongnya.

Aku benci orang sok kuat seperti ini, aku melayangkan tinju membuat yang dipasar menatapku khawatir, "BANGS*T BERANINYA KAU!" terlalu mudah membaca pergerakannya, ku hajar saja sampai orang ini tak bisa berdiri.

Aku menatap nya tak suka. "Yang sopan pada orang tua, bangs*t!" baru ingin memukulnya lagi, jika bukan dihentikan ibu orang ini akan ku patahkan kakinya. "Kau... akan.. kulaporkan pada.. bosku!" orang itu berjalan pincang, aku tak menghiraukannya. 

"Paman baik-baik saja?" tanya ku, tiba-tiba semua yang di pasar tepuk tangan.

"Terimakasih, sungguh kami tak pernah bebas jualan karna para preman itu meminta uang terus-terusan, jika tidak dagangan kami akan dihancurkan dan kami dihajar." Paman itu berterimakasih pada ku. 

"Ini sayur segar untuk mu ambil lah." Aku kebingungan, "ini ikan segar dari paman, ambil lah terimakasih sudah menolong paman." Aku menolak nya, "aku tak bisa menerima ini, kalian kan berjualan, jika mereka datang aku akan sering ke pasar bersama ibu, jangan takut pada orang seperti itu."

...

Sepulangnya ke rumah, ibu tersenyum padaku, "putriku ini suka membuat khawatir tapi ibu juga bangga pada mu." Aku tersenyum, "ini bukan apa-apa bu." Wajah ibu terlihat cemas, "tapi mereka bisa kembali kapan pun, kau dalam bahaya." 

Aku menenangkan ibu, "semua akan baik-baik saja, ibu tak perlu khawatir."

~ ~ ~

Author POV

"Hey kenapa kau seperti orang frustasi begitu?" tanya Sinwoo yang sedang menikmati makanannya, "dia masih belum di temukan, bagaimana aku bisa tenang?" Sinwoo menghentikan suapannya, menatap Gimyung lekat, "hey, kenapa kau sekhawatir ini? apa hubungan mu dengannya selain kenalan?" 

Gimyung tak menghiraukan Sinwoo, "dia kan kenalan ku! jadi, aku mau membantunya maksudku jika dia ada masalah bisa menghubungi ku tapi dia malah tak bisa dihungungi terakhir kali aku melihatnya menangis seperti itu- ah! maksud ku dia itu..." Gimyung menghentikan omongannya, "kenapa melihatku begitu?" tanya nya.

"Apa yang kau bicarakan? bilang saja kau ada rasa untuknya, cih bocah!" Sinwoo kembali makan, "apa yang kakak bicarakan, mana mungkin aku... memangnya kakak tau apa tentang cinta? cinta dalam diam begitu, diam saja." 

Gimyung meneguk minumannya, "YA! itu kan dulu, sekarang cintaku terbalas~"

~ ~ ~

"Bos itu orangnya!" preman pasar itu kembali, aku yang sedang menemani ibu seperti biasanya di datangi, "kau yang menghajar bawahanku?" aku menatap orang ini tak suka, "jangan ganggu para pedagang disini, cari uang dengan cara yang lebih baik." 

Orang ini meremehkan omongan ku, "jika memang kau sehebat itu, apa kau bisa mengalahkan kami? jika bisa akan ku lepaskan para pedagang ini, jika kau kalah? akan kuhabisi..." aku mendengus pelan, "pegang omongan mu."

...

"Hanya segini? pergi dan tepati janji mu tadi!" para preman itu meninggalkan pasar dalam keadaan malu, "kau penyelamat kami anak muda!" teriak pedagang yang di sana, "jika masih ada yang mengganggu kalian beritahu aku..." ucap ku, saat menghampiri ibu, perut ku sangat sakit, saat bertarung tadi aku melindungi bagian perutku, tapi kenapa ini terasa sangat sakit. 

Aku terjatuh, mereka yang di sana mendekati ku sementara ibu terlihat khawatir, "putriku ada yang terluka?" ibu mengusap rambutku, "perutku... sakit.." ibu kebingungan, "apa ada dokter disini? tolong putriku!"

"Permisi mari bawa ketempat yang lebih aman, saya dokter di rumah sakit umum desa ini." 

Aku di bopong, lalu bu dokter itu memeriksa ku, sementara ibu masih setia mendampingi ku, dokter itu memeriksa perut ku, "ayo ke rumah sakit, saya butuh alat yang lebih lengkap, untuk lebih pasti." 

Dengan sigap para warga membantuku menuju rumah sakit terdekat.

...

"Ini kram yang biasa di alami para ibu hamil, tapi anda tidak bisa bertarung seperti tadi disaat mengandung begini, di usia kehamilan 5 bulan ini harus lebih berhati-hati." Ucap dokter itu, ibu yang mendengar nya ikut kaget. 

"Kalau begitu saya permisi." Tinggal lah kami berdua di ruangan ini, "ibu... maaf tak memberitahu mu lebih awal.." ibu mengusap tangan ku. 

"Pasti putriku kesulitan, kenapa tak beri tahu ibu? kau malah sibuk melindungi para warga sementara kau sendiri sedang mengandung cucu ku.." ibu memeluk ku. 

"Tidak apa, ibu tidak akan memaksa putri ku menceritakannya, istirahat lah."

"Terimakasih ibu."

Dear My Euntae Lee (Vasco)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang