8. SARANGHAE (18+)

806 40 5
                                    


Aku mengambil kotak P3K yang sangat lengkap, "bagaimana bisa luka di sini?" aku melihat lukanya yang memang belum kering sepertinya masih baru sementara dia tak menjawab, "untuk apa juga aku bertanya." Aku yang bertanya aku yang menjawab dasar gila.

...

Setelah selesai aku meletakkan P3K itu. "Sudah, aku pergi." Tangan ku di tahannya, sudah ku duga ini akan terjadi. "Tidak akan ku lepas begitu saja, duduk lah dulu." 

Aku menduduk kan bokong di sisi nya, "Terakhir bertemu, kamu mengobati luka ku seperti ini lalu menangis dan menghilang apa aku buat salah?" tanya Vasco membuat ku bungkam, "pikir saja sendiri!" 

Vasco terdiam,  ekspresinya benar-benar mengatakan bahwa dia tak tau salah nya di mana, ya ini memang bukan salahnya, tapi salahku yang sudah mencintai dia. "Aku tak tau jika begini..." aku menatapnya banyak yang ingin ku katakan, "luka ini kapan di dapat?" aku mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Kemarin aku membantu seorang nenek yang di ganggu preman yang membawa senjata tajam." Ujar nya santai sementara aku menghela nafas berat, "lagi-lagi kamu tak memikirkan diri sendiri? lihat! kamu menolong orang boleh tapi juga harus peduli dengan diri mu sendiri ppabo!" 

Aku semakin kesal melihat wajah nya yang tersenyum, "kekuatan ada untuk melindungi yang lemah, untuk apa aku kuat tapi tak digunakan dengan benar?" jawabnya santai membuat ku gila. "Bagaimana hal yang tidak diinginkan terjadi? hanya karna kamu terlalu baik pada orang? aku takut melihatmu terluka, aku takut terjadi hal buruk pada mu..." 

Membayang kan nya saja aku tak sanggup. "Kamu khawatir hal buruk terjadi pada ku?" pertanyaam macam apa itu? apa kepalanya harus dipukul biar sadar?!

"Tentu saja ppabo! sudahlah tak ada untungnya menjelaskannya pada mu!" aku melangkah kan kaki, dengan cepat Vasco menarik lenganku hingga tubuhku menabrak nya, jantung ku berdegup kencang, dia menarik pinggang ku hingga tersisa sedikit jarak, tangannya menahan pinggangku agar tak bisa mencoba mundur lagi, aku mendongak melihat wajahnya sedekat ini.

"Apa yang..." Mulutku seakan terkunci, Hangat... benda kenyal itu menempel di bibirku ada apa ini aku tidak bisa menggerakkan tubuh ku sendiri kini! dia menciumku?!  

"Terimakasih sudah khawatir pada ku." Aku masih terdiam, "apa yang kamu lakukan.."

"Saranghae..." ujar nya membuatku terdiam, percayalah otak ku tak bisa berfikir kini, apa aku tak salah dengar bahwa dia juga mencintai ku?

Author POV

Vasco merapikan rambut Sarang yang sedikit berantakan. "Maaf membuat mu khawatir.." kedua nya saling bertatapan, tak sadar dengan sekitar nya tanpa tau ada yang mengintip mereka dari luar UKS.

"Kita tak seharusnya melihat ini ayo pergi!" Haneul menghalangi mereka semua.

Sarang POV

"Nado... saranghae." Aku menciumnya singkat, "berjanjilah jangan terluka?" aku membuat janji kelingking, Vasco tersenyum dan menerima janji itu, aku memeluknya yang ku rasakan adalah nyaman. Aku menyentuh luka di perutnya tadi, "apa masih sakit?" tanya ku, "lumayan, ayo ke kantin masih ada waktu~" ajak nya, aku tersenyum, Vasco menggenggam tangan ku, kami pun menuju kantin.

Saat aku dan Vasco menikmati makanan kami, tiba-tiba saja Bumjae, Hyungseok dan Zin muncul menatap kami berdua dengan aneh terutama wajah Zin yang sangat ingin ku pukul. "Apa?!" tanya ku karna merasa risih. "Wah sepertinya terjadi sesuatu?" ujar Bumjae menikmati sosis nya, "ayo traktir kami makan~" ucap Hyungseok, membuat ku dan Vasco saling berpandangan.

"Apa yang kalian..." ucapan Vasco terpotong, "lain kali kalau mau berbuat mesum jangan di UKS aku mau muntah melihatnya." Ujar Zin Dengan santainya mengambil minuman milikku, "setelah main petak umpet akhirnya jadi juga ternyata~" Hyungseok menggoda ku, menyebalkan. "Pergi sana jangan ganggu." Ucap ku yang tidak bisa makan dengan tenang.

"Baiklah kami tidak akan ganggu kalian, ayo anak-anak kita pergi~" Bumjae menarik Hyungseok dan Zin  meninggalkan kami berdua, aku mencoba menahan tawa melihat hal itu.

"Mau traktir mereka apa bagusnya..." Vasco terlihat berfikir keras, kenapa dia menganggap serius ucapan mereka? "kasih susu coklat aja." Ujar ku bercanda.

"Jangan..  kayanya itu kurang,  gimana kalau makan di tempat biasa aku dan teman-teman ku makan disana porsinya banyak trus bisa refill!" mata Vasco berbinar menjelaskannya aku ikut senang, "ya udah disana aja." Vasco terlihat senang, "baiklah, ayo makan sebentar lagi bel masuk."

...

Saat aku masuk kelas meja ku dan Jay sudah di penuhi mereka yang sepertinya sudah melihatnya langsung, memalukan. "permisi aku mau duduk" Haneul dan Mijin menatapku dengan mata berbinar, "apa kalian jadian?" tanya Mijin tersenyum jail, "setelah main petak umpet?" Haneul menopang dagunya sementara aku menghela nafas, "sebenarnya siapa saja yang lihat itu?" aku mengusap wajahku frustasi.

"Hanya kami dan beberapa dari jurusan arsitektur" jawab Mijin, "kita akan di traktir, benar kan Sarang shi~" ucap Zin yang tersenyum jail di belakang Mijin, "tanya Vasco sana..." Tak lama guru masuk ke kelas.

Dear My Euntae Lee (Vasco)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang