20. KAMU YANG PALING PENTING

118 15 0
                                    




Sarang POV

Hari terasa begitu cepat berlalu. Vasco kini sudah di perbolehkan pulang, kondisinya sudah stabil kini, namun aku masih tidak mau jika dia melakukan banyak aktifitas.

Setelah mengantarnya pulang bersama teman-teman yang lain aku kembali ke rumah, dingin dan sepi aku tak suka. Aku merasa ngantuk tapi tak bisa tidur dan memilih ke mini market sekedar minum dan makan Ramen, "hai Hyungseok." Sapa ku pada teman sekamar Hyungseok besar, "hai Sarang, hanya ini saja akan ku hitung."

"loh Putri?" Aku beralih dan melihat Haneul di sana, "Haneul? ngapain disini?" tanya ku, "oh aku menemani Seok, aku sedang bosan di rumah lagi pula ini belum terlalu malam," Mendengar itu aku mengangguk mengerti, "bagaimana kabar Vasco?" tanya Seok kecil , "oh iya Vasco udah pulang dari rumah sakit kan?" tanya Haneul aku mengangguk.

"Iya dia udah mulai pulih tapi masih harus istirahat, kalian tau kan Vasco itu tak bisa diam? harus di paksa dulu." Ucap ku tersenyum. "HAHA itu betul, untunglah Vasco baik-baik saja~"

"Kalian mau menemani ku makan?" tanya ku, Haneul mengiyakannya sementara Hyungseok tak langsung menjawab, "ayo lah Seok lagi pula minimarket sepi." Ajak ku dan Seok kecil akhirnya  mau.

Kami berbincang bertiga sambil makan, makanan ku sudah habis tapi masih ingin mengobrol dengan mereka, ini menyenangkan.

...

"Hey siapa yang jaga kasir?!" suara teriakan pembeli membuat Hyungseok terburu-buru kembali bekerja aku jadi merasa bersalah.

Author POV

"Maaf, ini saja kan, akan saya hitung." Pembeli itu menatap Hyungseok kesal, "totalnya 5.200 won." Pembeli itu menatap Hyungseok lama, "YA! ini hanya 5000 won apa kau korupsi 200 won?!" Sarang mengintip membuat cewek itu muak melihatnya.

"Ini sekalian harga plastiknya pak.." ucap Seok sopan Sarang dan Haneul masih memperhatikan hal itu, "bangs*t plastik saja dihitung! aku tak mau bayar 200 won nya!"

"Maaf tapi ini kebijakan toko kami."

Sarang POV

"Wah si babi ini minta di hajar ya?" Pembeli itu hampir melayangkan pukulan pada Seok, aku terburu-buru menahannya, dia menatap ku tak suka, "YA! siapa kau lepas tanganku!" ucap orang ini, aku tak mengerti kenapa Seok dan Haneul terlihat tegang begitu?

"Patuhi kebijakan toko, hanya 200 won, kalau kau miskin jangan beli disini tua bangs*t." Orang itu menatap ku kesal, lalu dengan cepat menyerahkan 5.200 won.

"Apa orang seperti itu sering datang kesini seok?" tanya ku dan Hyungseok mengiyakannya, "kau keren juga aku suka gayamu yang berani, ya sudah aku mau pulang, bagaimana dengan mu Haneul?" tanya ku "aku sebentar lagi pulang, hati-hati Putri, sampai jumpa di sekolah besok."

Kami berpisah disana, saat menyalakan ponsel 18 panggilan tak terjawab dari Vasco, aku segera menelfonnya dan kami berbincang hingga larut.

~ ~ ~

"Hah.. rasanya ingin bolos saja hari ini." Meski bicara begitu aku dengan malas bersiap, "loh?" Vasco sudah berdiri di depan ku. "YA! aku udah bilang kan jangan terlalu banyak gerak!" sementara dia malah tak peduli, "ayo berangkat, nanti telat."

Vasco menggandeng tangan ku, hari ini dia tak seceria biasanya dan banyak diam, apa karna belum terlalu pulih? entah lah aku tak berani bicara jika Vasco mode serius begini, jalannya memang sudah normal tapi hanya bekas lebam di wajah dan lainnya yang tertutup baju.

Vasco seakan menyadari ku yang hanya diam, "hey, kenapa diam?" tanya nya, "gapapa, kamu kalau belum pulih kenapa sekolah?" tanya ku, "udah kok, bosen dirumah ga ada kamu, ntar kamu ga semangat karna aku ga disana~" Vasco tersenyum berbeda dengan ku, seakan ada yang mengganjal di hatiku, apa yang Vasco pikirkan aku tak biasa dengan Vasco yang seperti ini.

"Sayang..." Vasco memecah keheningan, "iya?" tanya ku, "terakhir yang aku ingat cuma wajah kamu yang nangis sebelum aku tak sadar kan diri, setelah itu apa yang terjadi? ayah mu gimana? Hyungseok, Zin, Jay Haneul Mijin gimana?" aku menghentikan langkah ku, menatap matanya.

"Mereka semua baik-baik aja, ayah sejak itu gatau kemana, kami ga pernah berhubungan lagi  ga ada yang perlu dipikirin sayang..." ucap ku berusaha meyakin kan nya.

"Kamu ga berhubungan sama ayah kamu? karna aku? jangan..." aku mengerutkan alis, "jangan apa?" tanya ku, "jangan sampai hubungan ayah anak rusak karna aku, aku ga mau itu terjadi.." ucap Vasco lesu, aku menarik nafas dalam.

"...Iya, aku pasti bakal tetap ngobrol sama ayah, kamu ga perlu khawatir lagi, ya?" Ucap ku mengakhiri pembicaraan yang tak ingin ku bahas, "tapi, kenapa setiap aku nanya kejadian waktu itu mereka yang disana ga jawab apa-apa?" tanya Vasco lagi, "karna sekarang kamu udah dapat jawaban dari aku, jangan tanya mereka lagi ya, janji?" aku mengarahkan kelingkin ku padanya dan diterima Vasco, "iya, janji~"

Vasco tersenyum namun berbeda dari senyum yang biasanya, aku tau Vasco masih penasaran dengan jawaban sebenarnya, aku takut bagaimana reaksinya jika tau yang sebenarnya.

...

"Oh Vasco, Sarang!" kami berbalik dan melihat Bumjae disana, "hai Bumjae~" ucap kami bersamaan, "Bumjae jaga Vasco ya, kalian duluan saja." ucap ku pada Bumjae, "Baiklah kalau begitu kami duluan Sarang, sampai jumpa."

Mereka pergi lebih dulu aku hanya memperhatikan punggung Vasco, aku takut Vasco masih mencoba mencari tahu jawabannya, aku takut dia mengetahui kebenarannya, bagiku yang terpenting adalah dia, bukan yang lain.

Dear My Euntae Lee (Vasco)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang