Chapter 3

124 8 0
                                    

Sepanjang perjalanan dari taman bermain hingga ke kediaman orang tua Rose, mobil Nick sangat hening. Hanya ada deru mesin mobil menjadi teman keheningan kedua orang itu. Nick menyesali peucapannya pada Rose, begitu pula sebaliknya. Seandainya perasaan ini sesederhana apa yang orang lain katakan, mungkin keduanya tidak akan hidup seperti ini.

“Nick,” panggil Rose memecah keheningan yang tercipta di antara mereka berdua.

“Ya.”

“Apa Sarah akan kembali kemari?” tanya Rose teringat kondisi sahabatnya.

“Tentu saja, rumah dan ayah dari putranya berada di sini,” jawab Nick jujur.

“Aku merindukannya, terakhir bertemu saat ia mengerjakan proyek renovasi milik Olivier Roux di Kanada,” ucap Rose menatap lurus ke jalanan.

“Dia hanya butuh waktu untuk meyakinkan diri sendiri, dan pada akhirnya dia memilih untuk merelakan Dave untuk perempuan lain,” lirih Nick.

“Jadi dia masih mencintai Dave?”

“Masih, tetapi ya kurasa dia cukup pintar untuk memilih. Ada lelaki yang selalu berada di sisinya kapanpun dan setia tanpa pernah mengkhianatinya. Hanya saja Andrew terlalu lemah untuk tidak memperjuangkan cinta Sarah.”

“Kudengar dari Halsey kau menghajar Andrew,” ucap Rose yang teringat akan kata-kata Halsey beberapa bulan lalu saat bertemu di kantor Sunroof.

“Woofff. Selalu saja gadis tengil itu berulah. Jadi apa lagi yang dia katakan?” Nick menghela nafas berat ketika memikirkan apa yang adik kecilnya katakan, karena dia tahu kalau adiknya itu selalu asal bicara.

“Dia hanya bilang kalau kau memukul Andrew, selebihnya tidak ada.”

“Dasar, anak itu,” geram Nick tertahan.

“Aku tidak mengerti kalau Halsey masih sepolos itu, bahkan umurnya sudah dua puluh satu tahun,” ucap Rose heran dengan tingkah Halsey.

“Tentu saja dia masih polos, tidak ada yang berani mendekatinya. Kalau ada yang berani mendekati dan menyakitinya, akan ku patahkan leher lelaki itu. Adik kami sangat berharga, cukup Sarah yang merasakan sakit dan terluka,” lirih Nick menerawang jauh saat di mana Sarah terpuruk karena rasa sakitnya.

“Seandainya saja saudaraku seperti kalian, mungkin aku tidak akan mengalami semua ini,” Rose menatap nanar cincin pernikahan yang melingkar di jari manis tangan kirinya.

Nick merasa miris melihat keadaan Rose yang sepertinya sangat terpuruk, tetapi dia tidak bisa berbuat apapun untuk wanita itu. Wanita yang masih sangat dia cintai, karena bukan karakternya untuk mencapuri kehidupan orang lain. Kecuali diminta.

Akhirnya sampai juga mobil sport mewah Nick di depan pagar besi coklat, kediaman keluarga Scott. Setelah Rose meninggalkannya sendiri di dalam mobil tanpa mengajaknya masuk, dan Nick memutuskan untuk pergi ke perusahaannya. Dia perlu mengurus beberapa dokumen yang diminta sang kakek. Hidupnya terlalu datar setelah berpisah dari Rose dan wanita itu menikah dengan lelaki lain. Tidak ada hasrat untuk menjalin cinta dengan perempuan manapun, karena hanya Rose yang tulus mencintainya. Tanpa memandang siapa dirinya dan siapa keluarganya, yang ada hanya Nick Jacob tanpa embel-embel The Jacob.

***

Beberapa minggu setelah pertemuannya dengan Rose, Nick memutuskan berangkat ke Manhattan untuk menjemput Sarah dan Niall. Setelah pertemuan mereka di Kejaksaan dan menghabiskan waktu di taman bermain waktu itu, Nick belum pernah lagi bertemu dengan Rose. Dan sekarang dia sudah berada di dalam pesawat jet milik keluarga Jacob, yang akan membawa tubuhnya sampai di New York.

“Seandainya dulu aku tidak melepasmu, mungkin kau tidak akan merasa tersakiti,” sesal Nick sembari melihat pekatnya langit dari balik jendela pesawat.

The Prosecutor Billionaire - Serial The Jacob 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang