Chapter 5

106 8 0
                                    

Beberapa bulan terakhir ini pikiran Nick dipenuhi oleh semua kata-kata Logan Russells, suami dari wanita yang dia cintai. Jika orang lain berpikir mudah untuknya berdamai dengan lelaki itu, mereka salah. Hanya saja Nick berusaha menerima keadaan yang kini dia jalani, hidup tanpa wanita yang dia cintai karena telah menjadi milik orang lain. Sempat dia berpikir jika perpisahan Rose dengan Logan adalah peluang untuknya kembali, tapi semua asa itu kembali sirna ketika mendengar cerita Logan.

Apa yang telah dilakukan Logan pada Rose bukanlah hal benar, dia tidak menyalahkan naluri lelaki normal. Dan yang kini semakin membuat pikirannya tidak tenang adalah kondisi kesehatan Rose yang semakin menurun. Berdamai dengan ego bukanlah hal mudah untuknya, tetapi dia harus. Semua ini Nick lakukan untuk Rose Scott, wanita yang masih bertahta di hatinya.

“Hey! Mengaoa kau melamun sejak tadi?” tanya wanita cantik yang sejak tadi duduk di hadapan Nick, dia mengibaskan tangan di depan wajah serius lelaki itu.

“Ck. Kau ini, selalu saja mengganggu,” keluh Nick karena merasa pikirannya terganggu oleh gadis di hadapannya.

“Sejak tadi kau mengabaikan ceritaku, aku jadi kesal. Jadi apa yang sejak tadi kau pikirkan? Wanita yang kini memutuskan kembali pada istrinya itu?” sinisnya.

“An—“

“Maaf, hanya saja nyawamu seperti terbang entah ke mana. Bukankah kau juga membantu mereka? Jangan katakan kalau kau sekarang menyesalinya? Dasar lelaki tidak berpendirian!”

Nick hanya diam mendengarkan semua ucapan sinis dan tajam dari Anna Foster, gadis cantik yang sudah menjadi pengikut setianya sejak lebih dari setahun lalu. Menyesal? Apakah benar dia menyesali keputusan yang telah dibuatnya sendiri? Rasanya tidak, hanya saja dia terlalu memikirkan keadaan Rose, sampai lupa jika sesuatu mungkin saja telah terjadi saat ini.

“Kau tidak ingin mencoba menjadi kekasihku saja?” goda Anne yang ditanggapi dengan dengusan oleh Nick.

“Kau itu Anne Foster, gadis berpendidikan dan jangan merendahkan dirimu sendiri hanya karena kau menyukaiku,” tegur Nick yang entah sudah kesekian kalinya agar gadis itu tidak semakin terluka karena menyukainya.

“Apa salahnya kalau aku menyatakan perasaan padamu? Rasanya sah-sah saja, tidak ada larangan.”

“Jadi apa tujuanmu datang ke kantorku hari ini, anak nakal?” Nick menyipitkan mata ke arah Anne yang tengah memberinya senyuman lebar.

“Temani aku membeli beberapa mainan dan boneka untuk keponakanku, ya?” Anne memberikan wajah memohonnya pada Nick yang menghela napas lelah sebelum akhirnya mengangguk tanda setuju.

“Baiklah. Akan kutemani, tetapi jangan lama-lama, karena aku harus ke Kejaksaan sore nanti,” ucap Nick sembari berdiri dan memakai jasnya.

Anne sudah seperti anak angsa yang mengekor induknya, mengikuti langkah lebar Nick berjalan keluar dari ruang kerjanya. Semua karyawan di kantor ini tahu siapa Anne Foster dan apa hubungan gadis cantik itu dengan putra bungsu Paul Jacob. Mereka menaruh hormat pada gadis itu, walau terkadang tingkah lakukanya seperti anak kecil.

Sepanjang perjalanan dari kantor menuju sebuah pusat perbelanjaan di London, Anne terus saja berceloteh yang sayangnya hanya diabaikan oleh Nick. Lelaki itu lebih memilih diam dan tidak menanggapi semua ucapan Anne yang terdengar seperti aduan korban penipuan. Coba saja Anne seorang pengacara, pasti akan banyak lawan yang kalah jika beradu argumen dengannya. Kini mobil sport Nick telah memasuki parkiran di basement gedung pusat perbelanjaan tempat tujuannya dan Anne. Keduanya berjalan memasuki area gedung dan sempat mencuri perhatian pengunjung lain.

Siapa yang tidak mengenal Nick Jacob? Seorang pengusaha muda, kaya dan juga Jaksa berprestasi yang dimiliki Inggris. Banyak kasus korupsi dan kejahatan lainnya berhasil dia tangani, dan gadis yang berada di sisinya juga mencuri perhatian. Putri bungsu dari seorang pemilik perusahaan keamanan terbesar di Eropa, Adam Foster.

“Jadi kau ingin membeli apa untuk keponakanmu? Laki-laki atau perempuan?” tanya Nick ketika keduanya telah berada di salah satu toko mainan dan perlengkapan bayi.

“Dia laki-laki dan aku ingin memberinya beberapa mainan yang lucu,” jawab Anne antusias ketika berdiri tepat di depan pakaian bayi yang menurutnya sangat menggemaskan.

“Berapa usianya?”

“Baru lahir. Tetapi apakah tidak masalah membeli pakaian yang besar-besar seperti ini?” Anne menatap Nick dengan wajah penasaran sembari memegang sebuah pakaian bayi laki-laki yang lebih besar.

“Tidak masalah. Toh dia akan menjadi besar, jadi kau belikan yang besar juga tidak masalah untuknya.”

Mata Nick ikut mengabsen beberapa pakaian bayi laki-laki di depannya, dia gemas sendiri melihat pakaian mungil itu. Dia teringat akan kedua keponakan laki-lakinya, Niall dan Edrick, dan Nick memutuskan untuk membeli beberapa mainan dan pakaian untuk keduanya. “Kau membeli apa?” tanya Anne ketika melihat beberapa pasang pakaian di tangan Nick.

“Hanya bebera pakaian untuk keponakan-keponakanku, oh, ya. Sepatu ini lucu dan edisi terbatas, berikan ini untuk keponakanmu. Anggap saja hadiah dariku,” Nick memberikan sebuah sepatu bayi berwarna putih ke tangan Anne.

“Terima kasih. Kakakku pasti akan senang jika mendapat hadiah darimu,” ucap Anne memeluk Nick riang.

Nick dan Anne tengah sibuk memilih-milih beberapa pakaian dan mainan bayi ketika seorang wanita cantik mengampiri keduanya. Wanita itu tampak cantik dan anggun dalam balutan gaun berwarna biru gelap, sangat pas membalut kulit eksotisnya. “Hai, Nick. Kau sedang berbelanja rupanya. Tetapi kenapa di sini?”

“Carys? Aku menemani Anne membeli hadiah untuk keponakannya yang baru lahir,” ucap Nick dengan jari telunjuknya mengarah ke trolly yang berisi belanjaan Anne dan beberapa miliknya.

Wanita yang dipanggil Carys itu hanya tersenyum dan melirik sekilas pada belanjaan Anne. “Aku juga datang ke sini untuk berbelanja hadiah atas kelahiran putra pertama sahabatku. Sepertinya Miss Foster berbelanja sangat banyak sekali,” ucap Carys.

“Iya. Aku baru memiliki keponakan laki-laki lagi dan rasanya aku ingin membeli semua isi toko ini karena semuanya lucu,” kekeh Anne yang membuat Nick memutar bola matanya malas.

“Jangan! Kalau kau membeli semuanya, lalu bagaimana aku bisa membeli hadiah untuk putra sahabatku?”

“Bercanda, Kak. Oh, ya, Nick juga membeli sepatu untuk keponakanku, lucu kan?” Anne mengangkat kado sepatu bayi yang diberikan Nick untuk keponakannya.

“Wah. Bagus dan lucu sekali, pasti akan sangat pas di kaki mungil keponakanmu,” Carys terlalu antusias melihat sepatu bayi yang ditunjukkan oleh Anne.

“Dasar wanita,” kesal Nick meninggalkan kedua wanita itu.

The Prosecutor Billionaire - Serial The Jacob 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang