Chapter 12

85 8 0
                                    

Burung berkicau di bawah langit mendung, suasana pagi ini di mansion Paul Jacob terasa berbeda. Sejak semalam Nick pulang dalam keadaan mabuk dan sangat kacau. Bahkan Paul terpaksa menyiram kepala putra bungsunya itu dengan air es. Dia tahu bagaimana rasa kehilangan Nick atas kepergian Rose, tetapi tidak seperti ini caranya. Luke dan keluarga kecilnya telah tiba dari New York untuk menghadiri upacara pemakaman Rose. Rencananya misa akan dilakukan di salah satu Gereja besok hari.

“Paman, aku dengar dari Daddy, Kak Rose kemarin meninggal?” tanya suara lembut dan manja itu pada Paul yang tengah membaca koran di ruang santai.

“Benar, temui Kakakmu. Dia pasti sangat membutuhkanmu, Halsey,” ucap Paul pada keponakan kecilnya yang jauh terlihat lebih ceria dari terakhir kali mereka bertemu.

Halsey berjalan menuju lift di sudut mansion yang akan membawa tubuhnya ke lantai di mana kamar Nick berada. Gadis itu baru kembali dari pelariannya kemarin sore, saat kabar Rose koma didengarnya. Rencananya dia ingin datang ke rumah sakit dan menghibur Nick, tapi baru saja dia berjalan keluar mansion kabar duka itu datang. Halsey sangat tahu jika kakak sepupunya itu sangat mencintai Rose, bahkan rela melakukan apapun demi wanita itu.

“Ternyata nasib percintaan kita sama tragisnya, Kak. Kau gagal dengan Kak Rose dan aku gagal dengan Alex,” gumam Halsey pelan sebelum pintu lift terbuka.

Gadis cantik itu berjalan menyusuri koridor mansion yang sama mewahnya seperti milik ayahnya. Halsey berdiri diam di depan pintu besar berwarna putih yang terlihat suram di matanya. Sebenarnya bukan pintu itu yang suram, tetapi sesuatu di balik pintu yang membuat Halsey nampak ragu. Akhirnya dia memutuskan untuk langsung masuk tanpa mengetuk pintu.

“Kakak, Halsey pul—“ kalimat dan keceriannya berhenti ketika melihat betapa kacaunya kamar lelaki itu.

“Hey, Sweetheart. Kau sudah lelah melarikan diri?” tanya Nick dengan senyum hangatnya yang dipaksaan.

Halsey langsung berlari ke arah Nick yang tengah duduk bersandar di kepala ranjang. Gadis itu naik ke atas ranjang dan memeluk Nick dengan erat. Dia tidak sanggup melihat kakak sepupu yang selalu memiliki waktu untuknya jadi seperti ini. Nick selalu menjadi pribadi yang hangat baginya, paling mengerti dirinya dan paling menyayanginya dari keluarga Jacob lainnya.

“Kakak jangan seperti ini, Halsey sedih,” isaknya sambil mengeratkan pelukan.

“Tidak apa-apa, Sweetheart. Kakak hanya perlu melampiaskan kemarahan, sakit dan kecewa ini,” lirih Nick sembari membelai lembut punggung Halsey yang bergetar karena tangis.

“Tetapi tidak seperti ini caranya, mana Kakakku yang selalu tegar dan menguatkanku saat terpuruk?”

“Baiklah, aku akan kembali menjadi Kakakmu itu,” ucap Nick saat melepaskan pelukan Halsey dan menatap mata abu-abu yang sudah dibanjiri air mata.

“Kak Rose sudah tenang di sana dan saatnya Kakak untuk bahagia di sini, buktikan pada Kak Rose bahwa semuanya akan baik-baik saja,” isak Halsey saat menghapus air matanya yang tidak berhenti jatuh.

“Sssttt... Adikku yang manis jangan menangis, I promise anything will gonna be ok. I am ok and you must be ok. Tunggu sebentar, Kakak akan ganti baju dan kita ke gereja tempat Rose disemayamkan,” ucap Nick beranjak dari duduknya dan berjalan menuju walk in closet untuk berganti pakaian.

Cukup lama Halsey menunggu sembari menatap foto di atas nakas, ada Nick tersenyum memeluk Rose dari belakang. Keduanya nampak bahagia berfoto di depan biang lala di taman bermain, tidak ada bayangan jika senyum itu akan lenyap. Halsey kembali terisak teringat bagaimana baiknya Rose padanya saat ia terpuruk karena hubungannya dan Alex memburuk. Padahal saat itu Rose juga memiliki masalah dalam pernikahannya, tetapi wanita itu masih bisa memberi dukungan padanya.

The Prosecutor Billionaire - Serial The Jacob 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang