Sudah seminggu lebih berlalu sejak pemakaman Rose, lelaki tampan bernama Nick Jacob itu masih mengurung diri di kamar. Menyendiri dalam sepi dan rasa dukanya yang mendalam akan kepergian Rose. Bahkan sudah ribuan kali dia membaca surat terakhir dari Rose untuknya, mengulang setiap kata-kata terakhirnya. Semakin dibaca, maka akan semakin rumit pemikirannya. Siapa sosok yang dimaksud oleh Rose? Dokter JB Foster atau Belinda? Karena hanya kedua wanita itu yang pernah bertemu dengan Rose.
“Nick,” suara lembut Jasmine berusaha untuk membangunkan putranya yang masih bergelung di dalam selimut.
“Morning, Mum,” sapa Nick parau khas bangun tidur.
“Sampai kapan masa cutimu di Kejaksaan?” tanya Jasmine sembari membuka tirai-tirai tebal yang menghalangi cahaya masuk ke kamar Nick melalui jendela.
“Minggu depan, Mum,” jawab Nick menenggelamkan wajah di atas paha ibunya.
Walau telah tumbuh dewasa seorang anak, selamanya tetaplah seorang anak, yang butuh kehangatan dan ketulusan orang tuanya. Begitu juga dengan Nick yang saat ini sangat membutuhkan belaian lembut dari Jasmine Smith. Kehilangan Rose merupakan pukulan keras untuknya, dan terlebih lagi Belinda juga meninggalkannya. Belum lagi pencariannya akan sosok Trysha dan Carys yang ikut menghilang. Seakan semesta tidak berpihak padanya, dia hanya ingin tahu siapa Trysha sebenarnya.
“Ada hal lain yang kau pikirkan, nak?” tanya Jasmine sembari membelai lembut surai coklat kepirangan milik putranya.
“Ada seorang wanita yang telah mencuri perhatianku, Mum,” jawabnya jujur sembari duduk di hadapan sang ibu.
“Anne? Belinda? Jovi? Atau Carys?” tanya Jasmine menyipitkan matanya untuk tahu isi hati putranya.
“Kenapa harus nama mereka yang Mummy sebutkan?” Nick memutar bola matanya malas karena nama keempat perempuan itu yang disebutkan Jasmine.
“Karena hanya mereka yang kami tahu dekat denganmu selama ini.”
“Tetapi kenapa harus ada Dokter Foster di dalamnya? Aku kurang suka dengan wanita dingin itu, dan terlalu biasa saja menyikapiku. Bahkan kata-katanya cenderung tajam dan menusuk,” ucap Nick menumpahkan rasa kesal pada Dokter Foster yang selama ini selalu bersikap tidak acuh padanya.
“Tetapi Mummy lihat dia lebih hangat dari penggambaranmu,” Jasmine memberi handuk bersih yang baru saja dia ambil pada Nick.
“Mungkin,” jawab Nick tidak acuh sembari berjalan menuju kamar mandi.
Di dalam kamar mandi Nick berdiri tepat di bawah pancuran air, dia membiarkan seluruh tubuhnya basah. Dengan begitu dia berharap semua beban di pikiran dan hatinya bisa luruh bersamaan dengan air yang jatuh. Lebih setahun dia mencari sosok Trysha, tapi tidak ada titik terang. Bahkan Mr. Trevor yang paling ahli sebagai kepala detektif di perusahaan detektif swasta miliknya pun tidak berhasil menemukan Trysha. Ada sesuatu yang perlu dia pastikan, karena senyum wanita itu bisa menghipnotisnya bahkan memberi rasa tenang untuknya. Sayang Nick tidak mengingat dengan jelas wajah wanita itu karena mabuk.
“Di mana kau, Trysha?” gumam Nick sangat pelan.
***
Philips Jacob’s Hospital
“Tolong panggilkan Dokter Foster ke ruanganku sekarang,” pinta Paul pada asistennya yang baru saja hendak neranjak meninggalkan ruangan pria paruh baya itu.
“Baik, Sir,” sahutnya sebelum menutup pintu ruang kerja Direktur rumah sakit.
Tidak berapa lama pintu ruang kerja Paul terbuka, menampilkan senyum ramah dokter cantik berkaca mata itu. Rambut coklatnya dikepang dengan anak rambut sengaja dibuat keluar sedikit berantakan. Dokter Foster duduk di hadapan Paul yang mempersilakannya dengan tangan. Dia tidak tahu apa yang akan dibicarakan pria paruh baya itu, tapi sepertinya semua ini ada hubungannya dengan Nick Jacob.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prosecutor Billionaire - Serial The Jacob 4
RomanceNB : Mengandung adegan dewasa dan kekerasan. Harap bijak dalam membaca. Nick Jacob, seorang Jaksa terkenal dan berprestasi di Inggris. Sebagai bagian dari keluarga bangsawan Britania Raya, Nick selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Tapi tidak den...