“Apa kau merindukannya?”
“Tentu saja dan maafkan aku karena tidak pernah bisa berhenti untuk mencintainya atau melupakannya,” lirih Nick sembari memeluk tubuh ramping sang istri.
“Selalu ada maaf untuk lelaki yang kucinta, suamiku, dan ayah dari anak-anakku, cinta dari saudaraku.”
“Terima kasih karena kau telah hadir dalam kehidupanku yang rumit ini, mendampingiku dan melahirkan anak-anak kita.”
“Aku cinta padamu, Nick.”
“Aku lebih mencintaimu, sayang.”
“Jadi apakah besok kita mengunjunginya? Beberapa waktu terakhir ini kau sangat sibuk, sehingga aku selalu ke sana sendirian,” tanyanya pada Nick.
“Baiklah, mungkin aku perlu bicara dengannya besok.”
Pasangan suami istri itu tengah menikmati dinginnya angin malam di balkon kamar tidur mansion mewah Nick Jacob. Lelaki itu tampak memeluk tubuh indah sang istri dari belakang, mengecup leher jenjangnya dengan lembut. Memberi rasa tenang dan nyaman untuk istri yang dia cintai. Walau jauh di dalam lubuk hatinya nama itu masih tetap ada, tidak bergeser sedikitpun. Karena dia sadar kedua nama itu memiliki tempat dan porsinya sendiri di dalam hatinya.
Trysha memalingkan wajahnya sehingga menghadap wajah Nick. Dia mengecup lembut bibir suaminya yang menyunggingkan senyum di sela ciuman mereka. Menyalurkan segala rasa cintanya pada lelaki yang telah membuatnya melahirkan tiga orang anak yang lucu dan cerdas. Bryan adalah tipe lelaki dingin sama seperti ayahnya, bicaranya selalu tepat sasaran. Jacelyn adalah gadis manis dan cantik, namun bermulut tajam seperti kedua orang tuanya. Sedangkan si bungsu Charles sangat ramah dan ceria, karena saat hamil Trysha selalu ingin dekat dengan Halsey, Anne, dan Claudia.
Keduanya larut dalam suasana intim layaknya sepasang suami istri yang dimabuk cinta. Padahal pernikahan mereka berlangsung selama lebih dari 7 tahun, tetapi keduanya masih bertingkah seperti pasangan pengantin baru. Bahkan Nick yang terkenal protektif pun bisa menyerah pada Trysha yang sama keras kepalanya. Dokter cantik yang juga pemimpin perusahaan mata-mata terbaik di Britania Raya itu benar-benar membuat Nick tidak berkutik.
Keesokan harinya di mansion milik Nick, suara gaduh sudah mulai terdengar di ruang makan. Seperti biasa ada Bryan dan Jacelyn yang saling lempar ucapan tajam. Sedangkan si bungsu tertawa menyaksikan kedua kakaknya. “Kalian bisa lebih tenang?” tegur Nick mulai bosan mendengar pertengkaran kedua anaknya.
“Mummy pusing selalu mendengar kalian meributkan hal yang tidak penting,” tambah Trysha dengan tatapan dinginnya.
“Benar kata Bibi Halsey,” ucap Bryan setelah melihat kedua orang tuanya bergantian.
“Apa yang dikatakannya?” tanya Nick penasaran apa yang dikatakan adiknya itu.
“Daddy dan Mummy adalah kombinasi yang pas. Cara bicara dan menatapnya saja sama,” jawabnya acuh dan kembali mengiris roti panggang di piring.
“Benar, Kak,” ucap Jacelyn setuju sebelum meminum susu hangatnya hingga tandas.
“Nick...” desis Trysha melirik suaminya yang hanya bisa memijat pelipisnya.
“Jangan salahkan aku, Halsey memang seperti itu. Biarpun sudah memiliki tiga anak, tetapi tingkahnya masih seperti remaja,” ucap Nick membela adiknya dari emosi sang istri.
“Kalian hari ini bermain di rumah Kakek Paul dulu, ya, Sayang. Hari ini Mummy dan Daddy akam pergi mengurus sesuatu,” ucap Trysha menatap ketiga anaknya yang balas menatapnya penuh tanya.
“Kenapa?” tanya Charles yang telah menyelesaikan sarapannya dan beralih ke pangkuan sang ayah.
“Mummy dan Daddy ada yang harus diurus sebentar, nak,” ucap Nick membelai rambut pirang putra bungsunya.
“Mummy ke rumah sakit?” tanya Jacelyn.
“Tidak. Hanya sebentar, dan setelah itu kita akan pergi ke taman bermain,” ucap wanita cantik itu dengan senyuman hangatnya.
“Asikkkk! Naik biang lala!” teriak Charles dan Jacelyn.
Kedua anak Nick dan Trysha itu memang sangat menyukai biang lala, mungkin ini semua karena pengaruh Nick dan masa lalunya. Setidaknya itulah yang dirasakan Trysha tiap kali menyaksikan kedua anaknya heboh setelah menaiki biang lala.
Akhirnya Nick dan Trysha meninggalkan ketiga anak mereka di mansion Paul Jacob. Rencananya hari ini keduanya akan berkunjung ke suatu tempat yang sudah beberapa waktu tidak mereka kunjungi bersama. Pemakaman tempat di mana tubuh seorang wanita cantik terbaring, Rose Scott. Wanita yang sangat dicintai Nick dan pembuka jalan Trysha untuk masuk ke dalam kehidupan Jaksa tampan itu.
“Apa kabarmu hari ini, Rose?” tanya Nick setelah meletakkan mawar putih di atas makam.
“Maaf karena kami baru mengunjungimu, Rose,” ucap Trysha mengambil tempat di sisi suaminya.
“Hari ini adalah peringatan delapan tahun kepergianmu, dan rasanya masih asing untukku tanpa kehadiranmu,” lirih Nick sembari membelai marmer bertuliskan nama seorang wanita cantik berambut merah.
“Terima kasih karena kau telah membuatku bertemu wanita hebat di sampingku ini. Dan ternyata kau benar tentang semua itu, aku bisa memilih untuk jatuh cinta padamu. Tetapi aku tidak bisa memilih takdir yang Tuhan berikan untukku, untuk kita,” lanjutnya sembari menggenggam tangan sang istri.
“Rose... Terima kasih karena kau telah membuatku bertemu dengan Nick. Kau yang terus menguatkan aku dengan ucapan-ucapanmu. Jika Tuhan tidak pernah ingkar janji pada takdir yang telah Dia tuliskan untukku,” lirih Trysha menyeka air mata yang keluar dari sudut matanya karena teringat saat-saat di mana dia merawat wanita cantik itu.
“Terima kasih karena cintamu membuat kami bersatu,” lirih keduanya sembari menatap birunya langit, seakan berkata bahwa Rose Scott sedang tersenyum bahagia menyaksikan mereka dari surga di atas sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prosecutor Billionaire - Serial The Jacob 4
RomanceNB : Mengandung adegan dewasa dan kekerasan. Harap bijak dalam membaca. Nick Jacob, seorang Jaksa terkenal dan berprestasi di Inggris. Sebagai bagian dari keluarga bangsawan Britania Raya, Nick selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Tapi tidak den...