Suasana Philips Jacob’s Hospital tampak ramai seperti biasanya. Namun ada pemandangan yang berbeda kali ini, seorang lelaki tampan sedang terlihat cemas dan panik di depan sebuah ruangan bersalin. Wajahnya merah padam karena kekhawatiran itu begitu jelas menyelimuti dirinya. Dia memikirkan bagaimana nasib wanita yang dia cinta, walau yang akan dilahirkan wanita itu bukanlah darah dagingnya sendiri. Baru saja dia tiba di rumah sakit ketika tim dokter yang dia tahu menangani Rose selama ini berlarian di koridor. Hal itu jelas saja membuat Nick semakin panik. Diq pun ikut berlari menuju sebuah ruang bersalin dan melihat Logan Russells dengan wajah cemasnya.
“Tenanglah, Nick,” ucap Belinda berusaha menenangkan Nick.
Nick sengaja menghubungi Belinda untuk menemaninya di sini. Karena hanya wanita itu yang bisa mengendalikan emosi dalam dirinya. Wanita itu menggenggam erat tangan Nick yang terasa dingin, menguatkan lelaki itu mendengar suara parau Rose. Rasanya begitu menyakitkan mendengar raungan kesakitan Rose dari balik pintu ruang bersalin. Tetapi sekali lagi Nick tidak bisa melakukan apa-apa selain berdoa untuk keselamatan Rose.
Tidak berapa lama Dokter JB Foster keluar dari ruang bersalin dengan wajah lelah. Dia menyampaikan kabar yang semakin membuat Nick merasa terpuruk, bersamaan dengan Logan yang menepuk pelan bahunya. “Kau harus merelakannya, semua ini sudah pilihan yang ia tentukan untuk mengakhiri semuanya,” ucap Dokter cantik itu.
“Maafkan aku, Sir Nick. Rose menitipkan ini untukmu, dan maafkan aku karena gagal membuatnya bertahan untukmu dan anak kami,” isak Logan tidak bisa menutupi kesedihan di wajahnya.
“Nyonya Russells koma,” ucap Dokter Foster melirik Belinda sekilas.
“Jadi apa harapan hidupnya masih ada, Kak?” tanya Belinda pada sang kakak yang sejak tadi menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
“Sangat tipis dan itu artinya kalian harus bersiap-siap dengan segala kemungkinan terburuk, Sir,” Dokter Foster berlalu setelah menatap Nick yang masih tertunduk sedih melihat surat yang diberikan Logan padanya.
Lelaki itu tidak pernah merasa sehancur ini, baru beberapa bulan ini dia bisa melihat senyum Rose kembali. Walau tubuhnya sudah kurus dengan perut besar, tetapi wanita itu masih berusaha menujukkan bahwa dia baik-baik saja. Saat bertemu 3 bulan lalu dan membuatnya bersembunyi dengan Anne, ternyata Rose dan Logan lebih dulu mengetahui keberadaannya.
Dan beberapa hari setelahnya Logan kembali menemui Nick di Kejaksaan, lelaki itu meminta Nick untuk menemui Rose. Karena ternyata Rose sudah dirawat intensif di Philips Jacob’s Hospital karena tumor di rahimnya. Kondisi wanita itu jauh dari kata baik-baik saja, dan hal itu semakin membuat Nick merasa sakit.
Sedangkan di sudut koridor ada seseorang yang tengah memperhatikan Nick. Saat ini Nick terduduk di lantai rumah sakit dan dalam pelukan Belinda. Dia meremas surat yang diberi Logan tanpa membacanya. Pemandangan yang membuat hati seseorang yang sejak tadi melihat keadaan itu merasa sakit.
“Seandainya kau memperlakukanku seperti itu, Nick. Seandainya yang kau butuhkan itu aku untuk memelukmu dan menjadi pendengar segala kesusahanmu. Semoga kau dan Belinda bahagia,” lirihnya sebelum berlalu pergi dari tempat persembunyiannya.
Sekarang Rose sudah di tempatkan di ICU, benar-benar tempat steril. Dan sejak tadi juga Nick berada di dalam menemaninya dengan seijin Logan. Lelaki itu nampak berulang kali menyeka air mata yang keluar dari sudut matanya saat membaca surat yang di tulis oleh Rose.
Dear My Nick,
Apa kabarmu hari ini My Prosecutor? Semoga kau sehat dan harimu menyenangkan, sama seperti yang aku rasakan saat ini. Kau ingat akan mimpi-mimpi kita dulu saat masih bersama? Menikah dan hidup bahagia dengan anak-anak kita, tetapi maaf karena semua itu tidak bisa menjadi nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prosecutor Billionaire - Serial The Jacob 4
RomanceNB : Mengandung adegan dewasa dan kekerasan. Harap bijak dalam membaca. Nick Jacob, seorang Jaksa terkenal dan berprestasi di Inggris. Sebagai bagian dari keluarga bangsawan Britania Raya, Nick selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Tapi tidak den...