Gawat! Arin terlanjur suka dengan Soobin, si duda anak satu yang ditinggal sang mantan istri untuk mengejar karirnya sebagai aktris ternama.
Tapi siapa sangka, anak Soobin itu ternyata Odi, si buntalan berduri yang sudah diadopsinya selama kurang l...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Odi-yaa, appa berangkat dulu. Annyeong," ucap seorang pria dewasa yang kini melambaikan tangannya pada sang anak, Odi. Terlihat rapi dengan setelan jas dan sepatu pantofel berwarna hitamnya, pria itu akhirnya berjalan mantap menuju pintu apartemen, lalu menuju basement untuk mengendarai Hyundai Palisade warna hitamnya menuju kantor tempatnya bekerja.
Melewati banyak gedung-gedung perkantoran, kafe dan tempat makan minimalis, pertokoan yang menjual berbagai merk baju dan fesyen ternama. Pria itu sangat menikmati waktu paginya. Bibir mengerucutnya mengikuti irama dari lagu yang sedang dimainkan pada pengeras suara. Kacamata hitam berbentuk kotak bertengger nyaman pada lekukan hidungnya yang tinggi. Lihatlah betapa sempurna paras pria muda itu dari sisi pinggir.
Setelah berkendara selama tiga puluh lima menit lamanya, kini pria itu telah sampai pada sebuah gedung megah yang dominan dengan warna biru cerah pada setiap sudut kacanya. Itu adalah tempatnya bekerja. Gedung dengan tulisan Dreamhue berwarna perak mengkilap menjilat-jilat netra siapapun yang melihatnya dengan kilauan yang tajam.
Mobil berhenti tepat pada bagian depan pintu utama gedung. Pria itu akhirnya membuka pintu mobil, melepas kacamata hitam, lalu berjalan mantap meninggalkan mobilnya saat itu juga. Sedangkan seorang pria dengan setelan jas hitam dan kemeja putih yang sudah berdiri di dekat pintu masuk mulai berjalan usai membungkuk hormat pada pria yang baru turun dari mobil tersebut.
Melanjutkan perjalanan masuk ke dalam kantor megah, hingga masuk ke dalam lift menuju lantai lima belas, pria itu terus menjadi pusat perhatian dari para pekerja di kantor tersebut.
Lift berdesing pelan, tidak sampai satu menit, pintu terbuka, pria itu kembali melangkah maju dengan gagahnya. Satu tangannya masuk ke dalam saku celana, menambah kesan jantan dan dewasa yang menguar begitu hebat.
"Annyeonghaseyo, daepyo-nim," ucap seorang gadis yang duduk pada kursi kerjanya.
"Oh, annyeonghasimnika, daepyo-nim."
"Eoh, pagi, Ji su-yaa, Kai." Kedua pekerja itu balik tersenyum karena mendapat balasan berupa senyum tipis dari sang atasan.
Satu tangannya yang bebas menekan kenop pintu dengan tegas, pria itu langsung melangkah masuk ke dalam ruangan. Pada meja besarnya, terdapat sebuah plakat nama transparan dengan desain sederhana namun memberikan kesan besar bagi siapapun yang melihatnya.
CHOI SOOBIN -CEO-
Begitulah tulisan pada plakat nama di atas meja itu. Pria itu sendiri cukup senang memandangi plakat tersebut, sebuah bukti dari pada kerja kerasnya beberapa tahun silam.
Tok.. tok.. tok..
Pintu coklat muda itu diketuk dari arah luar sebanyak tiga kali. Soobin yang sedang memeriksa berkas yang sudah tersedia pada meja kerjanya terus terdiam walaupun sudah mendengar bunyi ketukan pintu.