Bag 14.

2.3K 206 7
                                    

-🐛🐜🐝-

"Ku dengar bungsu Ardinata masuk rumahsakit, benarkah itu?"

Yang ditanya mengangguk, "Kurasa kedatanganku membawa dampak buruk untuknya. Dan itu sangat membuatku senang tentu saja."

"Maksudmu?"

"Ya, aku belum sempat menceritakannya, setelah aku berkenalan diri waktu itu. Dia langsung pergi ke toilet. Dan daddy tau tidak, dia pingsan. Atau malah sekarat haha!"

"Bisa saja kau berucap."

"Tentu, sampai saat ini pun dia belum masuk sekolah. Aku tanya kepada temannya yang menjengkelkan itu, namun tak memuat informasi yang signifikan. Sangat membosankan."

"Jadi rencana apa yang akan kau susun?" Tanya Robert pada putranya.

Juan menyeringai seakan puas dengan apa yang ia pikirkan. "Aku akan membuat trauma dia semakin parah terlebih dahulu,"

"Dengan cara?"

"Mendekati, dan mengulang apa yang sudah aku lakukan padanya dulu haha!" Tawa keras Juan menguar.

"Kau yakin akan berhasil?" Tanya Robert

"Tentu, mengapa tidak? Setelah itu aku akan mengikuti rencana daddy untuk menyekapnya di gudang tua. Mengingat ternyata dia memiliki masalah pada pernapasannya. Tidak menutup kemungkinan dia akan mati. Mati ikut menyusul Mommyku, yang sudah keluarganya bunuh!"

"Aku bangga padamu, kau sangat cerdik dan licik." Ungkap Robert

Juan terkekeh, "Didikanmu tentu saja Daddy."

"Aku rindu dengan Mommy, andai saja si sialan itu tidak membunuhnya, pasti mommy masih ada di sini menemaniku." Gerutu Juan.

"Hm, kau benar. Daddy juga sangat merindukan mommymu. Huh! Rasanya ingin sekarang saja aku membalaskan dendamku pada Ardinata itu."

"Sabar Dad. Tunggu saja tanggal mainnya. Jangan mendahului skenario."

Robert mengangguk, "Ku peringatkan kembali, awas saja jika kau kepincut dengan wajah imut anak bungsu Ardinata itu."

"Huh, harus berapa kali aku menjawabnya. Tidak akan. Daddy tak perlu khawatir." Jawab Juan kesal.

"Yasudah. Kembalilah ke kamarmu, Daddy ada urusan."

***

Arkham menatap takut saat atensinya melihat Alvaro di dalam ruang rawatnya. Meskipun di sana ada Keyno dan Arden namun entah mengapa rasa takutnya tak dapat ia kendalikan.

Alvaro mendekat ke ranjang pesakitan Arkham, kemudian duduk di kursi yang sudah disediakan, "Adek," panggil Alvaro.

Arkham masih setia menutup rapat kedua maniknya, melihatnya saja takut apalagi sosoknya duduk di dekatnya seperti ini. "Pelgi! Alkham ndak pula pula soal takut sama Juan! Alkham benal benal takut hiks!" Teriakan serta racauan Arkham yang membuat ketiganya terkejut.

Bayangan ketika Alvaro membentaknya kemarin serta kata kata yang Alvaro ungkapkan memenuhi isi kepala Arkham.

"Pelgi dali sini, pelgi! Jangan ganggu ganggu Alkham lagi. Jangan bayang bayangin Alkham lagi. T-tolong p-pelgi. T-tolong uhuk! Uhuk!" Keyno panik saat Arkham kesulitan untuk mengambil napasnya, Keyno segera berlari keluar untuk memanggil dokter.

Arkham (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang