Jangan lupa diVote ya hehe, maaciw!
Salam sayang dari Arkham.
.
.
.
-🐛🐜🐝-
"Yayah, kapan jalannya?" Tanya Arkham untuk kesekian kalinya. Ya sejak pulang sekolah tadi Arkham dan Nata belum keluar dari terjebak kemacetan yang memang jika jam jam ini akan sangat padat kendaraan.
"Sabar dek, tunggu dulu nanti juga jalan. Kalau adek lebih sabar nanti ayah kasih hadiah." Arkham hanya mampu mengangguk lesu.
Arkham menolehkan pandangannya ke samping kiri, melihat keluar jendela. Sampai netranya terfokus pada satu objek yaitu seorang anak kecil yang tengah memunggut makanan dari tong sampah. Dimana makanan tersebut baru saja dibuang oleh seseorang.
Arkham mencebikkan bibirnya kebawah, netranya berembun karena berkaca kaca. Mungkin sebentar lagi airmatanya akan tumpah. Dan ya--
"Hiks," Nata terkejut tentu saja mendengar Arkham tiba tiba menangis.
"Loh, loh adek kenapa? Kan ayah bilang tunggu dulu, apa perlu kita turun dan jalan kaki sampai rumah hm?" Tanya Nata, tangannya mengusap punggung Arkham pelan.
Arkham menggeleng keras, "Hiks, Y-yayah lihat itu," ujar Arkham sembari menunjuk kearah anak tadi.
Nata mengernyit heran saat pandangannya melihat anak kecil yang tengah duduk sambil memakan roti, "Why? Tidak ada yang aneh, anak itu hanya memakan roti. Lantas mengapa adek menangia hm?"
"K-kasian yayah, tadi lotinya diambil dali tempat sampah hiks .., pasti sudah kotol, ayo yayah kita tulun telus beliin makanan yang banyak buat dikasih sama dia, ayo yayah kasian yayah. Itu lotinya sudah kotol, nanti kalau dia sakit pelut bagaimana hiks," ujar Arkham dengan sesegukan.
Arkham terlihat mengendalikan tangisannya, kemudian menarik napasnya perlahan. "Coba deh yayah bayangin kalau itu Alkham. Bagaimana pelasaan yayah?"
"Tentu saja ayah tidak akan membiarkan adek seperti itu. Tidak akan pernah terjadi." Sahut Nata cepat.
"Maka dali itu ayo yayah! Ayoo .. tulun, kebulu dia pelgi dali sana." Nata melihat sekitar, kemacetan masih sangat panjang masih ada waktu untuk menuruti ajakan mulia dari sang putra
"Yaudah ayo, tapi setelah itu kita langsung kembali kesini. Setuju?"
"Setuju!"
Kini ayah dan anak itu turun dari mobilnya, berjalan kearah cafe yang ada diseberang jalan untuk membeli makanan. "Adek mau beli apa?" Tanya Nata saat sudah memasuki cafe dan pelayan memberikan daftar menunya
"Apapun telselah yayah, yang penting bisa buat meleka yang membutuhkan kenyang." Jelas Arkham yang dibalas anggukan oleh Nata.
Perlu waktu sekitar dua puluh menit untuk menunggu pesanan makananya datang, dan selama itu hanya diisi celotehan Arkham yang menceritakan kegiatannya hari ini.
Sudah menjadi kebiasaan seorang Arkham, dan bukan rahasia alam lagi melihat betapa lengketnya kedua insan tersebut.
"Ini pak pesanannya," ujar pelayan wanita sembari memberikan beberapa kantong yang berisi makanan tersebut beserta total yang harus dibayar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkham (END)
Teen Fiction🐋🌱 "Tadi yang katanya suruh sarapan duluan karena sibuk bermain dengan Adul siapa kakak?" Tanya Arlen pada Erza yang sebenarnya sedang menyindir si bungsu "Ertugrul Abang," sahut Erza. "No! Stop panggil adek Eltuglul, adek tidak mau kakak, susahhh...