Bag 27

1.7K 165 11
                                    


Assalamualaikuuuum.

Gimana kabarna bestie?

Enjooyyy!

-🐝🐜🐛-

"Yayah,"

"Kenapa nak?" Tanya Nata heran, bagiamana tidak sepanjang perjalanan ke bandara Arkham terus saja memanggil dirinya.

Arkham tersenyum lebar menatap Nata, "Sayang yayah," bisik Arkham pelan.

"Apa dek?" Sahut Syella menyambung, samar samar mendengar bisikan Arkham.

"Enggak bubu. Hehe," cengir Arkham.

"Adek bahagia mau berobat ke Amerika?" Tanya Syella iseng.

Arkham menatap bundanya, menarik pelan jemari Syella untuk menyuruhnya mendekat. "Kata yayah, Alkham halus senyum, Alkham halus keliatan bahagia di depan yang lain. Bial meleka ndak kebelatan Alkham tinggal."

"Terpaksa hm?" Tanya Syella

"No! Bukan telpaksa, Alkham mau kok belobat kaya apa yang yayah minta. Olang mau di buat sembuh kok ndak bahagia sih bubu!" Syella sebenarnya tau bagaimana kegusaran yang tercetak jelas di wajah putranya. Pasti berat bagi Arkham untuk jauh dari saudaranya yang lain.

"Nangis aja ga papa nak," ucap Syella lembut saat melihat kedua manik Arkham yang berkaca kaca. Bahkan jika sekali kedip saja airmatanya akan mengalir.

"Hiks!, ndak bisa jauh dali abang sama kakak. Bohong kalau Alkham senang buat ke Amelika. Tapi Alkham juga pengin bisa jalan lagi, bisa lali lali lagi. Tapiiii ndak kuat bubu! Hiks .." Syella mengelus teratur punggung Arkham, memberikan ketenangan diatas kegusaran yang Arkham rasakan.

Nata hanya mendengarkan semua keluh dan kesah yang Arkham rasakan. Salahkah jika ia egois untuk kali ini? Nata hanya ingin yang terbaik untuk kesembuhan fisik dan mental putranya. Meski traumanya berangsur membaik tak menutup kemungkinan trauma itu kembali.

Nata sangat paham atas kejadian yang membuat Arkham mengalami kondisi seperti ini, memberikan bekas luka mendalam yang sulit untuk di lupakan. Karena memang Arkham hanya sosok remaja rapuh yang dipaksa untuk kuat.

"Udahan yuh nangisnya, nanti sesak napasnya oke?" Arkham mengangguk. Mengusap jejak Airmatanya dengan pelan.

"Yayah," panggilnya.

"Iya dek, ada apa?"

"Telpon abang Allen dong!" Belum sampai di Amerika saja Arkham sudah rindu dengan saudaranya, apalagi dalam jangka waktu yang lama?

Nata mencari nomor Arlen pada ponselnya, kemudian mendial untuk panggilan video. Setelah beberapa saat sambungan tersambung, Nata memberikan ponselnya pada Arkham.

"Abang!" Pekik Arkham girang. Dapat Arkham liat sang abang yang tersenyum di sana. Tak hanya Arlen, seluruh keluarganya ada di sana. Mungkin tengah menikmati waktu bersama? Ya mungkin saja ..

"Heh bocah! Ngapain telpon? Baru juga berangkat." Kalian taulah siapa pelaku yang berucap seperti itu. Siapa lagi jika bukan si tukang rusuh. Erza.

"Ih, dasal silik! Ili bilang bos!" Balas Arkham tak santai. Semua yang ada di sana tertawa mendengar ungkapan Arkham. Ikut bahagia melihat sang bungsu bahagia.

"Kenapa dek?" Tanya Arlen.

Arkham tampak berpikir, entah topik apa yang ada di otak jenius miliknya. "Ndak papa, cuma em .. lindu hehe .." ungkap Arkham malu malu. Lihat saja saat ini Arkham menutup seluruh wajahnya dengan menggunakan kipas tangan yang berhasil ia rebut dari tangan ayahnya.

Arkham (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang