Kalau ada typo tandain ya .. maaciw💙
.
.
.
-🐛🐜🐝-
"Bang Allen, kak Aldan." Teriak Arkham dari lantai atas. Setelah benar benar pulih, Arkham baru diperbolehkan keluar dari kamarnya. Dan sekarang adalah kesempatannya untuk berbuat ulah kembali. Mwehhe
Arlen maupun Ardan langsung menoleh kesumber suara, namun tidak ada siapa siapa di sana. "Kak Aldaaan," panggil Arkham lagi.
Ardan tersenyum, awas saja jika bocah nakal itu keluar dari tempat persembunyiannya, akan Ardan habisi. Tunggu saja.
"Bang Alleeen, oh bang Allen." Teriak Arkham lebih keras. Supaya kedua manusia dibawah sana mencarinya.
Ardan dan Arlen saling pandang kemudian bersama sama tersenyum seperti joker, "Keluar dek!" Titah Ardan.
Arkham terkikik lalu memasukkan tubuh buntalnya kedalam meja yang ada di lorong tangga kamarnya, mungkin saja bersembunyi didalam sini akan aman, pikirnya~
Saat tidak ada lagi suara dari Arkham, Arlen bangkit dan berjalan untuk kelantai 2 dimana suara adeknya terdengar jelas dipendengarannya.
"Dek, keluar!" Perintah Arlen setelah sampai di lantai 2, namun hening yang menyapanya. Dimana adeknya ini? Apakah masuk lagi ke kamarnya? Tapi tidak mungkin, karena adiknya itu rela menangis lebih dari 3 jam hanya untuk mendapatkan ijin keluar dari ayahnya.
Krek,
Grusak.
Suara apa itu?
"Bagaimana bang sudah ketemu si bokal?" Tanya Ardan yang baru saja datang. Arlen menggeleng saja.
"Sepertinya bocah nakal yang menjelma menjadi adek kita itu berada di dalam meja itu," ucap Arlen menunjuk meja yang terlihat bergerak gerak.
Ardan menoleh, benar meja itu bergerak. Mana mungkin jika di dalamnya tidak ada sesuatunya bisa bergerak sendiri. Mistis sekali.
Arlen berjalan mendekat, tangannya terulur ingin membuka penutup meja tersebut namun, "Hua, sakiitt." Teriakan dari dalam meja serta meja yang terbuka mengurungkan niat Arlen.
"Huhu, sakit abang." Adu Arkham pada Arlen menunjukkan tangannya yang membiru.
Arlen dengan cepat menarik Arkham ke gendongannya membawa Arkham ke ruang tamu, dan menyuruh Ardan mengambilkan kotak P3K.
"Makanya dek jadi anak itu janga keaktifan. Kamu dulu itu suntik Imunnya salah obat apa gimana?" Cerocos Ardan.
Arkham mencebikan bibirnya ke bawah, tak terima dengan ucapan kakaknya yang sebenarnya memang benar.
Arlen dengan telaten mengobati luka memar pada tangan kiri Arkham, entah kelakuan apa yang sudah Arkham perbuat hingga membuat tangannya terluka seperti ini, "Abang yakin adek nanti dikurung lagi sama Ayah,"
Arkham menggeleng ribut mengapa dirinya di kurung, kan dia diam.
Mon maap, dimohon nyadar adeknya:)
"Mengapa Alkham dikulung lagi bang? Alkham kan sekalang diam, dan juga tidak nakal,"
"Mengerjai abang dan kakak, membuat tangan kamu terluka dan berbohong. Itu yang nama nya bukan nakal?" Tekan Arlen.
"Peace, abang hehe," Arkham tersenyum sembari mengangkat kedua tangannya. "Ndak lagi lagi, hehe."
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkham (END)
أدب المراهقين🐋🌱 "Tadi yang katanya suruh sarapan duluan karena sibuk bermain dengan Adul siapa kakak?" Tanya Arlen pada Erza yang sebenarnya sedang menyindir si bungsu "Ertugrul Abang," sahut Erza. "No! Stop panggil adek Eltuglul, adek tidak mau kakak, susahhh...