Assalamualaikum!
Enjoyyy,
.
-🐛🐜🐝-
"Kenapa ndak boleh?!" Tanya Arkham untuk kesekian kalinya.
Setelah bangun dari tidur siangnya, Arkham meminta ijin kepada Nata untuk bermain sepeda ke taman komplek, namun penolakan yang Arkham dapatkan.
"Adek belum benar benar pulih nak, jadi tidak untuk bermain sepeda." Jelas Nata memberi pengertian kepada putra bontotnya yang sangat keras kepala itu.
Arkham berdecak sebal, kan yang merasakan bagaimana keadaan tubuhnya dirinya sendiri. Lalu darimana ayahnya tau jika dia belum pulih? Sok tau sekali ayahnya itu.
"Boleh ya yayah? Plis deh habis ini Alkham bakal nulutin apapun yang yayah bilang. Janji!" Bujuk Arkham sekali lagi, berharap bisa berhasil meluluhkan ijin sulit dari ayahnya.
Kerta yang mendengarkan perdebatan sepasang ayah dan anak itu hanya mengela napasnya lelah, tiada hari tanpa debat pikirnya. Jika jauh saja saling mencari namun jika dekat seperti kucing dan anjing. Tidak pernah akur.
"Yaudah sih, kalau yayah ndak kasih ijin bial Alkham ijin papah aja wlee,"
Nata terkekeh mendengar ucapan Arkham, "Coba aja kalau dikasih ijin."
Arkham berjalan mendekat Kerta, lalu menaiki kursi yang diduduki Kerta dan mencium kedua pipi dan tengan kerta membuat Nata mendengus sebal melihat itu semua. Enak saja dirinya belum mendapatkan ini malah kalah start. Huh!.
"Papah, Alkham boleh ya main sepeda? Sama abang kok, ndak sendili ke tamannya. Alkham gabut loh di lumah telus, kasih ijin ya pah?" Arkham menggoyangkan lengan Kerta berharap dirinya dikasih ijin.
Kerta menoleh ke arah Nata meminta pendapat, karena ia tidak berani untuk memberi ijin keluar Arkham. "Gini aja deh, minta ijin papi gimana? Kan papi lebih tau kondisi Arkham hm?"
"Oh iya, yaudah Alkham telpon papi dulu kalau gitu. Dahh yayah untuk kali ini yayah kalah wlee," ejek Arkham sekali lagi.
Nata hanya mendengus mendengar celetukan Arkham, awas saja nanti.
Lain halnya dengan Arkham yang kini sibuk menghubungi Nick, percuma menunggu ijin dari Nata, sampe Arkham ubanan pun tidak akan diberi ijin. "Huh, papi kemana sih lama banget ngangkat telpon."
Selang beberapa menit panggilan tersambung, cepat cepat Arkham menyapa dengan riang Papinya itu.
"Halo papi!" Panggil Arkham keras.
Nick dengan cepat menjauhkan ponselnya dari telinga, suara keras Arkham membuat telinganya berdengung. Sungguh tak tanggung tanggung dalam berbicara, "Ada apa dek? Pelan pelan atuh nak,"
"Hehe, maapin papi. Itu Alkham mau tanya, Alkham boleh kan sepedaan ke taman. Tadi kata papah suluh tanya sama papi. Soalnya yayah ndak kasih ijin. Emang benel benel yayah tuh ndak bisa diajak keljasama."
"Emang udah beneran enakan badannya?"
Arkham tampak berpikir, "Udah, iya udah enakan. Boleh ya papi? Pliss,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkham (END)
Teen Fiction🐋🌱 "Tadi yang katanya suruh sarapan duluan karena sibuk bermain dengan Adul siapa kakak?" Tanya Arlen pada Erza yang sebenarnya sedang menyindir si bungsu "Ertugrul Abang," sahut Erza. "No! Stop panggil adek Eltuglul, adek tidak mau kakak, susahhh...