Bag 18

1.8K 165 10
                                    

Assalamualaikum

Enjoyy

.

-🐛🐜🐝-

Juan memasuki ruang kerja Robert, "Ada apa dad?"

Robert melepas kacamata yang bertengger di hidung bangirnya. Kemudian menutup laptop yang tertera grafik perusahaan.

"Daddy ingin berbicara serius denganmu."

"Hm?" Daddynya aneh pikir Juan, bukankah selama ini daddynya selalu berbicara serius dengannya?

"Daddy menarik perkataan daddy kemarin." Robert memulai berbicara.

"Maksudnya?"

Robert terlihat meneguk segelas air putih yang terletak di meja kerjanya. "Ya, daddy menginginkan anak itu sekarang. Kau culik saja, bagaimanapun caranya. Melihat hari ini kau sekolah siapa tau memang dia sudah masuk. Itu kesempatanmu untuk membawanya ke gedung tua."

"Mengapa tiba-tiba?" Tanya Juan merasa heran dengan keputusan daddynya.

"Lakukan saja apa yang daddy suruh, kita hancurkan Ardinata malam nanti."

***

"Ini teh kantong bubu sali mulni yang lasanya enak sekali. Semua suka alomanya nikmat bikin kita jadi semangaaaat~"

"Dudududu, Alkham lapel, Alkham haus. Pengin tidul ajaaa."

Syella menggelengkan kepalanya melihat keabsurdan putranya. Sejak bangun dari tidurnya, Arkham sama sekali tidak mau diam. Berceloteh ria, sambil berjalan memutari ruang keluarga.

"Kamu nggak capek dek?" Tanya Syella.

Arkham menghentikan langkahnya, tersenyum tipis kemudian menggeleng."Ndak ada kata capek dalam kamus Alkham bubu!"

"Yaudah, berhenti dulu. Sarapan terus berangkat sekolah."

"Di antal yayah!!" Pekik Arkham keras.

"Iya iya, yuk ke meja makan udah di tunggu yang lain tuh." Arkham berjalan di belakang Syella. Sambil menggoyangkan tubuh kecilnya.

"Bang Elland! Huaaa Alkham kangen tauu! Abang pelginya lama banget ndak pulang pulang." Arkham berlari memeluk erat tubuh besar abang keduanya itu.

Erland tersenyum, lalu membalas pelukan adiknya, "Abang, abang .."

"Hm?"

"Nanti sekolahnya di antal abang boleh?"

Erland diam, bukan maksud menolak tapi, ia kembali ada urusan yang tidak bisa di tinggal. "Maaf, tidak bisa." Jawab Erland kaku.

Namun jawabannya mendapat tatapan tajam dari orang orang yang duduk di meja makan, "Ndak bisa ya abang? Kenapa?"

"Ada urusan."

"Kenapa ulusan ndak mau ulus dilinya sendili, bial abang ndak sibuk sibuk ulusin ulusan telus." Ungkap Arkham kemudian menunduk. Sedih mendapat penolakan dari Erland.

Arkham (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang