Bag 3

6.8K 507 9
                                    

Kalau ada typo tandain yaa! Maaciw💙.

Sante kawan santeee!

.

.

.

-🐛🐜🐝-

Dengan langkah panjangnya Nata berjalan tergesa setelah mendapat panggilan dari anak tengahnya jika trauma Arkham kembali.

Nata menyesal akan perbuatannya tadi, mengapa bisa dirinya lupa akan satu hal, jika putranya memiliki trauma. Lagi lagi itu karena dirinya.

Nata membuka pintu kamar Arkham dengan kasar. Terlihat putra tengahnya masih berusaha membangunkan sang bungsu. "Masih belum mau bangun kak?"

Ardan menggeleng, "Belum ayah, adek terus meracau tidak jelas."

Nata mengangguk kemudian duduk di samping Arkham tertidur, tangannya terangkat akan menepuk pipi Arkham, tapi ..

"M-maaf, m-maaf y-yayah, adek tau adek salah. T-tapi jangan, j-jangan hukum adek sepelti ini. A-adek m-mohon yayah." Racauan lirih Arkham mampu menyentil hati Nata. Rasa bersalah menyelimuti dirinya. Tidak seharusnya ia berbuat seperti tadi.

"Arkham, adek, sayang bangun heyy," Nata menepuk nepuk pelan pipi Arkham.

"Adek bangun sayang." Dengan perlahan kelopak mata bulat itu terbuka. Namun reaksi terkejut tercetak jelas pada manik Arkham.

"Y-yayah?" Lirih Arkham, namun kepalanya setia menunduk dalam.

Dengan pelan Arkham berusaha memberanikan diri untuk mendongak, dan hal pertama yang dilihatnya ialah manik teduh Nata, kemudian Arkham menoleh ia melihat ada kakaknya disana, "kakak, kelual yuk." Cicit Arkham

"Kakak mau mandi dulu ya dek, adek sama Ayah dulu, nanti baru sama kakak, oke?" Namun Arkham menggeleng. Ia tidak mau bersama ayahnya. Ayahnya tidak suka dirinya, ayahnya marah dengannya.

"Dek," panggil Nata, tangannya hendak mengelus rambut Arkham namun dengan cepat ditepis oleh Arkham membuat Nata terkejut untuk kesekian kalinya.

Arkham memejamkan matanya, berusaha menguasai dirinya sendiri, dan berusaha melawan rasa cemas berlebihan yang hinggap pada dirinya. "M-maaf Yayah, adek tidak akan begitu lagi, adek tidak akan melanggal pesan yayah lagi, adek tidak akan bandel bandel lagi. M-maafin adek yayah. Tolong j-jangan kaya dulu lagi, adek tidak sanggup."

Dengan cepat Nata merengkuh tubuh Arkham, tak peduli dengan Arkham yang terus memberontak. "Tidak sayang, ayah tidak marah. Ayah tidak akan pernah seperti dulu lagi. Sudah ya? Jangan takut oke?"

Arkham diam berusaha mencerna apa yang ayahnya sampaikan.

"T-tapi yayah tidak peduli dengan Alkham t-tadi, yayah ngelewatin Alkham dan tidak mau m-menyapa Alkham," Nata merasa tertampar dengan ucapan lirih Arkham. Tidak seharusnya ia berlebihan seperti ini.

Nata mengembuskan nafasnya pelan, kemudian mengangkat dagu Arkham agar mau menatapnya, "Adek dengar ayah mau?" Arkham mengangguk saja.

"Maafin ayah dek, disini ayah yang salah, ayah tidak sadar melakukan apa yang udah ayah lakukan sama adek tadi. Maafin ayah mau?"

"T-tapi Alkham juga s-salah, yayah belhak m-malah dengan Alkham. Yayah boleh hukum Alkham t-tapi jangan h-hukum Alkham dengan membenci Alkham yayah, hiks." Pecah sudah pertahanan Arkham manik sembabnya kembali mengeluarkan lelehan bening.

Arkham (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang