Bag 13

2.4K 209 5
                                    


-🐛🐜🐝-

Arkham menatap sendu Syella, dirinya ingin bicara namun Ventilator masih saja menyumpal mulutnya.

Dengan gerakan pelan Arkham meraih jemari Syella, menunjuk Ventilator-nya kemudian menggeleng. "Adek masih belum bisa napas sendiri nak, harus di bantu pake itu dulu. Gapapa ya tahan. Nanti kalau udah mendingan dan  bisa pake oxygen mask pasti dilepas kok. Lebih sabar lagi ya?"

Syella melihat airmata Arkham yang menetes disudut matanya. "Bunda tau kalau ini sakit nak, tapi lebih sakit lagi kalau adek maksain diri buat enggak pake alat ini. Nurut ya? Buat kebaikan adek juga. Tahan sayang,"

Arkham hanya bisa pasrah dengan apa yang ia alami kali ini. "Udah ya jangan nangis, mata adek udah sembab loh. Nanti diejek sama kak Erza mau? Dibilang kaya zombie nanti adeknya. Sekarang tidur ya," Syella mengusap airmata yang masih mengalir diwajah Arkham. Kemudian mengelus sayang surai hitam Arkham, supaya Arkham segera tidur.

Suara pintu terbuka mengalihkan atensi Syella. "Loh kak kok jam segini udah ke sini?" Tanya Syella heran saat mendapati Erza yang baru saja masuk.

"Pengin lihat adek dulu bun, baru berangkat ke kampus. Kangen kakak tuh sama adek."  Erza mendekati Arkham kemudian mengelus lembut tangan adiknya itu, sebelum keluar Erza menyempatkan mengecup kening Arkham cukup lama.

"Kakak berangkat dulu bun, cepat sehat adek." Setelah menyalami Syella Erza berlalu dari sana.

"Bunda keluar dulu ya," pamit Syella pada Arkham yang kini sudah tertidur dengan pulas.

Setela melepas pakaian khususnya, Syella berjalan untuk menuju ke kantin Rumahsakit, berniat untuk mencari sarapan. Namun di pertengahan jalan ia melihat Nata yang berjalan dari arah berlawanan darinya.

"Loh nggak ke kantor yah?" Tanya Syella.

"Enggak, kantor diurus sama mas Kerta, aku disuruh dia buat jaga Arkham sama kamu."

"Oh iya, belum sarapan kan? Ini tadi mbak Keyla nitip ini biar di makan sama kamu. Adek kamu tinggal sendiri?"

Syella mengangguk, "Tapi tadi aku udah bilang sama suster yang jaga buat temenin adek."

"Yaudah kamu makan dulu, biar aku yang jaga adek." Nata berlalu dari sana, menuju ruang dokter terlebih dahulu karena tadi sudah dikirimi pesan oleh dokter Nick selaku dokter yang menangani Arkham sejak kecil.

Nata mengetuk pintu ruang milik dokter Nick, setelah mendapat balasan lantas Nata membuka pintu lalu masuk ke dalamnya.

"Silahkan duduk pak Nata,"

"Jadi bagaimana keadaan Arkham dok?"

Dokter Nick terlihat mengambil napas sejenak. "Diluar dugaan saya, tapi dengan berat hati saya harus menyampaikan ini, asma yang di derita Arkham sudah mencapai tahap kronis, dan membutuhkan pengawasan yang begitu detail. Karena selangkah saja salah dalam penanganan maka akan membahayakannnyawanya."

Ternyata benar selama ini Arkham menyembunyikan rasa sakitnya dari semua keluarganya. "Lakukan yang terbaik untuk anak saya dok."

"Pasti, dan saya meminta untuk bapak lebih memperhatikan kembali Arkham. Jangan sampai melakukan aktivitas yang berat berat. Dan tolong untuk dihindari dengan sesuatu yang berdebu yang akan memicu asma nya kambuh."

Setelah selesai berbincang mengenai kesehatan anaknya Nata berlalu dari ruangan dokter Nick dan pergi ke ruang ICU.

***

Juan menatap Alvaro yang sedang duduk di bawah pohon tepatnya di taman belakang sekolah. Sepertinya dirinya bisa memulai misi melalui sahabat Arkham yang satu ini.

Arkham (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang