Kelopak mata pucat terangkat perlahan, hingga memperlihatkan sepasang iris biru lautan yang nampak jernih. Untuk sesaat perempuan pemilik surai cokelat keemasan itu terdiam diatas ranjangnya, sambil memperhatikan sekitar. Tepat diatas wajahnya ada papan kayu, yang kalau ditelisik lebih lanjut adalah sebuah ranjang susun.
Tak berhenti sampai disana, perempuan itu melarikan iris birunya ke sisi lain. Alisnya berkerut saat sadar bahwa tempatnya berada sekarang bukanlah kamarnya, lalu ia berupaya untuk bangkit dari posisinya berbaring.
"Gue dimana?"
Iya, itu adalah Alisha. Ia dibuat kebingungan saat sadar bahwa itu bukanlah kamarnya, semua yang ada didepannya bisa dikatakan mewah. Entah itu dari arsitektur kamar yang dihiasi berbagai pahatan, ranjang yang bersusun di sisi kiri dan kanan kamar, serta hal-hal mewah lain yang sudah pasti tak mampu dibeli olehnya.
"Ash, kepala gue!" Alisha menggeram rendah.
Sambil memegangi kepalanya yang berdenyut hebat, Alisha berupaya mengingat apa yang sebenarnya terjadi. Jika tak salah, sebelumnya ia sedang menaiki burung besi yang terbang membelah angkasa. Selanjutnya mesin angkasa itu terjun bebas diatas hamparan hutan, tepat setelahnya Alisha tak mampu mengingat apapun.
"Apa gue selamat?"
Bodoh, Alisha menggeleng geli karena pertanyaan bodoh yang meluncur dari mulutnya. Siapapun tau jika Alisha masih hidup, terbukti dari banyaknya oksigen yang melintasi organ pernafasannya. Tapi masalahnya jika dia selamat, bagaimana mungkin Alisha tak merasakan sakit pada tubuhnya.
Tapi jika yang ia alami ketika di pesawat hanyalah mimpi, berarti ia sudah berada di tempat yang seharusnya. Jika benar begitu, bagaimana mungkin Alisha bisa melupakan segalanya dan langsung berada didalam kamar asing ini?.
"Halah bodo amat, otak gue nyut-nyutan kalo diajak mikir!"
Mencoba menepis segala pemikiran berat dari kepalanya, Alisha memilih untuk abai dan kembali ke pembaringan. Namun belum juga merebahkan punggungnya, sebuah ketuka di pintu membuatnya kembali terduduk.
"Astaga Selena!" pekik seorang perempuan berbaju pelayan.
Alisha mengedarkan wajah, dengan tampang polos ia menunjuk dirinya sendiri.
"Gue?"
"Astaga akhirnya kau sadar juga!"
Mata Alisha dibuat membelalak ketika perempuan asing itu memeluk erat tubuhnya dengan penuh suka cita, tak lama dua perempuan lainnya juga melakukan hal sama. Terkejut, memekik lalu memeluk tubuh Alisha.
"Selena, kau baik-baik saja?"
Alisha tersenyum canggung tanpa membalas pelukan para perempuan asing itu.
Bentar, kenapa cara ngomong mereka agak aneh ya?. Bingung Alisha.
"Astaga, astaga, astaga!"
Perempuan berambut sebahu melerai pelukan keempatnya, wajah mereka terlihat penuh haru.
"Aku tidak percaya, akhirnya kau bangun setelah koma."
"Koma?"
Perempuan berkulit gelap mengangguk membenarkan "Iya, dua hari ini kau koma setelah jatuh pingsan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
PROLOG (TERBIT)
RandomHidup sebagai salah satu tokoh protagonis dalam cerita? Alisha, perempuan yang pergi untuk mencari pekerjaan justru harus terjebak dalam sebuah novel dewasa. Masalahnya didalam novel yang ia tempati, Alisha berperan sebagai protagonis yang selalu di...