"Dari mana saja kau?!" tanya Astrid cepat ketika kaki Selena melintasi pintu kamar.
Melirik Astrid sekilas, bola mata Selena kini berganti menatap Olivia yang tengah terisak. Disampingnya sendiri ada Giselle yang terlihat tengah menenangkan perempuan itu, meski beberapa kali Selena mendapati Giselle melempar tatapan sengit padanya.
"Ada apa?" tanya Selena akhirnya.
"Apa benar kau yang membakar foto orang tua Olivia?!"
Selena berkedip perlahan, tak lupa memasang eskpresi bingung karena pernyataan bercampur amarah yang Astrid lempar padanya.
"Kau menuduhku?"
"Ya!"
"Semalam kami baik-baik saja, tapi kenapa setelah memakan kue yang kau berikan, tubuh kami jadi lemas. Pasti kau pelakunya, benar bukan?" Astrid menambahkan penuh emosi.
Berbeda dari sebelumnya. Kali ini Giselle memilih memalingkan wajah dan enggan ikut campur, semua perkara yang terjadi ia serahkan sepenuhnya pada Astrid.
"Kau menuduhku?" tanya Selena lagi, tenang.
Mengangguk kecil, Selena nampak berpikir sejenak kemudian mulai melipat kedua tangannya. Tatapan bingung perempuan itu perlahan luntur dan diganti wajah malas yang dihiasi kerutan dangkal diatas keningnya.
"Jadi atas dasar apa kau menuduhku, apa kau punya bukti?" tantang Selena masih dengan ekspresi serupa.
Menyeka secuil jejak air mata di kedua pipi putihnya, dengan nafas tersenggal Olivia kembali mengeluarkan suaranya yang terdengar sangat lemah dan terasa cukup memuakkan ketika bersinggungan dengan telinga Selena.
"Kami ingat kalau waktu itu Anastasia ada di pekan raya, hiks. Jadi bisa jadi bukan dia pelakunya," ujar Olivia terisak.
Astrid dan juga Selena langsung memutar kepala mereka menghadap Olivia yang tengah mengutarakan pendapatnya. Bersama Giselle yang selalu menepuk pelan bahunya, Olivia kembali berujar dengan suara yang bergetar pilu.
"Dan soal foto Anastasia, semalam tubuh kami langsung lemas setelah memakan..."
"Dari mana kau tau kalau Anastasia ada di pekan raya?" Selena menyela, kali ini ia sengaja menambah secuil emosi dalam pertanyaannya lantaran Selena mulai jengah terjebak di novel antah berantah ini.
Olivia cengo "Hah?"
Selena mengangkat telunjuknya ke udara "Pertama, Giselle dan Astrid bilang kau pergi menemui kekasihmu, kalau tidak salah dia bernama Alan."
Bola mata Olivia seketika membulat, sementara dadanya terasa sesak saat jari Selena kembali terangkat ke udara.
"Kedua, Giselle dan Astrid baru tiba di pekan raya setelah peristiwa penembakkan itu. Hanya aku yang ada disana dari awal sampai akhir, dan aku pastikan aku tidak menemukan Anastasia disana. Edbert dan Austin juga sama, karena kalau Anastasia ada disana sudah pasti perempuan itu akan berlari ke arah Edbert saat tau sumber keributan itu adalah kami!"
"A... apa?!"
Tak hanya Giselle dan Astrid saja yang terkejut, namun Olivia juga terlihat kembali membulatkan mata. Meski hanya bertahan dalam hitungan detik, namun ekspresi itu berhasil ditangkap oleh iris Selena hingga membuatnya makin bersemangat menyerang.
"Ketiga, apa untungnya aku memberi kalian kue beracun atau bahkan membakar foto keluargamu? Sebelum ini aku sama sekali tidak kenal dengan kalian, ditambah kita tidak pernah bersinggungan soal masalah apapun. Jadi bisa kalian jelaskan kenapa kalian menuduhku?" papar Selena beruntun.
"Dan soal kue itu. Asal kalian tau kalau aku juga memakannya, bahkan sebelum kalian. Seperti yang kalian lihat aku juga tidur di kamar ini jadi apa kalian memiliki cukup bukti untuk menuduhku melakukan hal seperti yang kalian tuduhkan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PROLOG (TERBIT)
RandomHidup sebagai salah satu tokoh protagonis dalam cerita? Alisha, perempuan yang pergi untuk mencari pekerjaan justru harus terjebak dalam sebuah novel dewasa. Masalahnya didalam novel yang ia tempati, Alisha berperan sebagai protagonis yang selalu di...