....🚩bagian enam puluh sembilan : awal mula pekerjaan🚩....

24.3K 4.1K 89
                                    

Seperti yang Abraham katakan sebelumnya, ia memang memungut Harry semenjak pria itu masih anak-anak. Karena itu Harry tau seluk belum mansion milik Abraham, termasuk celah hingga pengaturan pengawal disana. Berbekal informasi itu Harry segera menyusup masuk lewat pagar beton belakang mansion, yang tingginya hampir tiga meter hanya dengan berbekal kedua tangan dan kakinya saja.

Begitu dirinya berhasil melewati pagar beton, Harry tak lantas masuk ke mansion megah itu. Dia lebih dulu mengawasi pergerakan para pengawal disana, lantaraan ia yakin Abraham tak akan tinggal diam setelah aksi kurang ajarnya. Dengan tatapan mengintai Harry terus mengawasi situasi sekitar, dan begitu ada celah ia segera melompat dan dengan cepat berlari menghindari pantauan kamera CCTV.

Saat sampai di pintu belakang Harry dibuat kebingungan lantaran ada banyak suara pelayan dari dalam sana, alhasil Harry harus segera memutar kepala untuk mencari cara lain menemukan nyonya besar pemilik mansion.

"Aku akan menggunakan itu saja!" gumamnya.

Dengan cepat Harry berlari kemudian memanjat pipa besar yang terhubung dari bawah hingga atas. Pipa saluran air yang lumayan besar itu cukup membantu pergerakan Harry, bahkan karenanya Harry bisa menghindari para pengawal yang memulai kembali rutinitas berjaga mereka.

Di jam seperti ini biasanya nonya akan berada di perpustakaan, jadi aku harus segera kesana!.

Harry terus memanjat, dan begitu sampai dipuncak mansion, ia lekas berjalan memutar untuk mencari posisi perpustakaan. Begitu menemukannya ia kembali turun secara perlahan dari saluran pipa lain. Karena posisi perpustakaan tidak bisa dijangkau dengan mudah, jadi Harry harus melintasi pijakan tembok yang ukurannya jauh lebih kecil dari kaki Harry sendiri.

Tak ayal beberapa kali Harry hampir terjatuh, ditambah keberadaan salju yang membuat ujung sepatunya terasa licin. Saat sampai dibalkon terdekat, Harry menggunakan kesempatan itu untuk menarik nafas panjang. Setelahnya ia segera melompat ke balkon lain, hingga sampailah ia di balkon ketiga dimana perpustakaan berada.

"Sial!" umpat Harry lantaran jendela balkon terkunci rapat.

Tak ada cara lain, Harry tak bisa meninggalkan Andrea sendirian di hutan. Jadi dengan bermodalkan tekad ia mengayunkan sikunya ke arah jendela.

Bugh

Bugh

Brak

Suara kaca jendela yang pecah membuat perempuan yang berada didalam perpustakaan terperanjat. Ia ingat kalau hanya ada dirinya saja didalam ruangan besar itu, dan tidak mungkin pencuri mampu membelah keamanan mansion yang makin ketat.

"Atau jangan-jangan itu mereka?!"

Membelalak mata, dengan sigap ia mengambil sebuah buku dan mencengkeramnya dengan erat. Dengan mata penuh waspada perempuan paruh baya itu berjalan perlahan menuju jendela.

"Harry?"

Harry yang sebelumnya tengah berjalan santai diatas kepingan kaca mulai memutar pandangan.

"Nyonya Patricia?"

Patricia, perempuan itu menjatuhkan bukunya diatas lantai dan berlari ke arah Harry.

"DIMANA ANDREA?!"

"APA YANG KAU LAKUKAN PADA ANAKKU, HAH?!"

"KEMBALIKAN DIA!!" teriaknya, menggoyangkan bahu Harry dengan penuh amarah.

"Nyonya, Andrea membutuhkan bantuan anda!"

"Apa maksudmu? Apa yang kau lakukan pada anakku?!"

PROLOG (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang