....🚩bagian delapan belas : aturan pertama🚩....

39.3K 4.9K 24
                                    

Sesampainya di paviliun pengawal, Selena sempat menghentikan kakinya kala mendapati Anastasia juga tengah berada disana. Bahkan perempuan itu sedang asik berbincang dengan Austin, entah apa yang keduanya bicarakan, tapi tawa Austin menguar memenuhi indra pendengaran Selena.

Anjir, gedeg banget gue sama tuh jalang!. Selena membatin jengah.

Selena menatap keduanya lekat, sebelum merotasikan bola mata malas. Ia tau kalau Anastasia coba membangun relasi dengan para pria disini, sama seperti dirinya. Tapi bukan berarti Anastasia harus ada disetiap tempat yang Selena kunjungi, ayolah, dunia tidak sempit itu.

Menyeringai kecil "Emang harus gue kasih pelajaran tuh cewek," gumamnya penuh hasrat.

Kali ini Selena kembali melangkahkan kakinya dengan penuh perhitungan. Rasa bencinya berusaha ia sembunyikan rapat-rapat, tak lupa memasang senyum hangat untuk memanipulasi keadaan.

"Iya, apa kau tau kalau..."

"Tuan Austin." panggil Selena, sukses memutus perkataan Anastasia.

Austin menoleh, begitu pula dengan Anastasia. Bedanya diatas bibir Austin ada lengkungan lebar yang membuatnya makin tampan. Sebenarnya Anastasia juga mempunyai lengkungan itu, hanya saja senyumnya terlihat palsu

"Nona Selena,"

"Giselle bilang anda mencari saya, apa itu benar?"

Austin mengangguk "Benar,"

"Haha syukurlah, saya pikir Giselle berbohong."

"Kenapa nona Selena berpikir begitu?"

Anastasia ternganga. Tunggu, jadi maksudnya kau ingin merebut posisiku, benar begitu Selena?. Batinnya, berdecih samar.

Ditatapnya wajah Selena penuh amarah. Meski Anastasia ingin sekali merobek mulut besar Selena, tapi ia tak bisa melakukan hal jahat itu lewat tangannya sendiri. Ia tak mau kalau citranya rusak didepan orang-orang.

"Tadi ada masalah kecil saat kami ke kota, jadi saya pikir Giselle akan membalas dendam dengan membohongi saya soal tuan Austin."

"Kalian dari kota?" beo Austin, terlihat mulai tertarik dengan cerita Selena.

"Iya, saya dan Giselle mendapat hari libur yang sama. Jadi Giselle membawa saya ke kota, katanya... dia ingin saya mengingat sesuatu,"

"Oh iya soal ingatan nona, apa nona berhasil mengingat sesuatu?"

Selena menggeleng dengan wajah sedikit tertunduk "Sayangnya belum." balasnya, tersenyum sendu.

Austin turut tersenyum, dan perlahan tangannya terangkat lalu menepuk bahu Selena lembut.

"Tidak apa-apa, semua butuh proses." ujarnya membuat wajah Selena kembali terangkat, begitu pula sudut bibirnya.

"Terima kasih tuan..."

"Oh iya, jadi bagaimana kondisimu Selena?" sela Anastasia.

Austin dan Selena menoleh bersamaan. Terlihat Anastasia sedang memamerkan senyum lembutnya yang membuat amarah Selena membuncah, hanya saja ia berusaha mengendalikan diri plus ekspresinya. Selain tak ingin kehilangan Austin, Selena juga tak bisa membiarkan Anastasia meraih kemenangannya dengan mudah.

Kunci menghadapi seorang manipulatif adalah dengan bersikap tenang, lalu mainkan api yang dia nyalakan dengan hati-hati. Dan saat semua lengah, kembalikan api itu pada pemiliknya lalu bersikaplah seolah-olah lo nggak tau apa-apa.

Putar balik keadaan, dan itu yang bakal gue lakuin ke lo!.

Selena tersenyum "Seperti yang anda lihat, saya baik-baik saja. Dan terima kasih untuk rasa simpati anda,"

PROLOG (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang