Lenguhan kecil lolos dari bibir mungil Selena, tak lama kelopak matanya terbuka hingga memperlihatkan iris birunya yang damai. Sejenak Selena hanya diam sambil berupaya meredam tulang-tulangnya yang terasa remuk, kepalanya juga coba mencerna soal apa yang terjadi.
Perlahan bola mata Selena mulai bergerak. Diatasnya ada sebuah kerangka besi berwarna hitam, disisi kanan dan depannya ada jendela kaca.
"Ini dimana?" pertanyaan singkat itu meluncur saat ia yakin kalau dirinya tidak berada di kamar ataupun ranjang.
"Kau sudah sadar?"
Bola mata Selena berlari ke sisi kiri, matanya langsung dibuat membola saat mendapati seorang pria tengah duduk sambil memperhatikannya. Untuk beberapa waktu Selena dibuat terpesona. Bagaimana tidak, pria dewasa dengan manik abu-abu muda itu terlihat menawan. Bukan hanya karena bola matanya yang lembut saja, melainkan karena alis dan rambutnya berwarna serupa.
Bahkan Selena yakin kalau sedari tadi pria asing itu tersenyum ke arahnya, jika memang benar apa yang dilihatnya. Sudah pasti itu senyum terindah yang pernah ia lihat dari tokoh pria dalam novel yang kini ditempatinya.
"Saya.. Ash,"
"Jangan terlalu banyak bergerak!"
Bahu Selena ditahan, alhasil punggungnya harus kembali bersentuhan dengan kursi mobil. Sebelumnya sandaran kursi mewah itu sengaja direndahkan agar Selena bisa berbaring, dan jujur ini terasa sangat nyaman. Entah di kehidupan lalu maupun sekarang, ini adalah kali pertama Selena duduk didalam kendaraan mewah. Jadi yah, dia akan menikmati sensasinya sejenak.
"Ah iya, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa saya bisa ada disini?"
"Kau pingsan tadi, jadi saya membawamu kemari. Sebenarnya tadi saya berniat membawamu ke kamar, tapi saya tidak tau dimana kamarmu. Ditambah tidak ada yang bisa saya tanya disini," paparnya.
Selena membelalak "Jadi anda yang sudah menolong saya?"
"Bisa dibilang begitu."
Buru-buru Selena mengambil posisi duduk, tubuhnya memang terasa remuk setiap kali digerakkan. Tapi tidak sopan rasanya jika Selena harus berbaring didepan penolongnya, ditambah ia juga menumpang di kendaraan pria itu.
"Kau tidak perlu bergerak,"
Selena mengangkat tangan kirinya ke udara, tanda bahwa ia bisa melakukannya sendiri. Gesturnya juga menjadi pertanda bahwa ia tak ingin disentuh oleh orang lain, pasalnya setiap sentuhan kecil yang ia peroleh, membuat setiap inci tubuhnya terasa ngilu.
"Ti... tidak masalah, saya baik-baik saja."
Kening pria itu mengkerut "Apa kau yakin tidak membutuhkan dokter?"
"Saya tidak apa-apa, terima kasih, jadi anda tidak perlu khawatir."
"Baiklah."
Terjadi keheningan sejenak, sampai akhirnya Selena terpaksa membuka suara.
"Nama saya Selena, bagaimana dengan anda? Siapa nama anda?"
Pria itu tersenyum lembut "Noah Maverick,"
Selena mengangguk kecil, tak lupa membalas jabatan tangan Noah yang terulur ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROLOG (TERBIT)
SonstigesHidup sebagai salah satu tokoh protagonis dalam cerita? Alisha, perempuan yang pergi untuk mencari pekerjaan justru harus terjebak dalam sebuah novel dewasa. Masalahnya didalam novel yang ia tempati, Alisha berperan sebagai protagonis yang selalu di...