Seminggu berlalu dan kini tiba waktunya untuk berhadapan dengan Selena. Hanya saja pagi ini kondisi kesehatan Alan memburuk, hingga membuatnya harus berbaring ditempat tidur. Dan sebagai gantinya Harry yang dikirim keluar untuk menghabisi Selena.
"Ingat, jangan sampai ada kesalahan!" ujar Alan mewanti-wanti.
"Baik tuan."
Tak lama seorang perawat datang. Setiap pergerakan yang diambil perawat perempuan itu tak luput dari pengawasan Harry, bahkan sampai dia menghentikan trolinya didekat ranjang Alan.
"Saatnya minum obat tuan," ujar perawat itu sopan.
"Baiklah."
Dua butir pil di keluarkan dari dalam botol tepat diatas telapak tangan Alan, setelahnya kedua pil itu segera masuk kedalam mulut Alan dan disusul oleh segelas air sebagai pendorong. Sejak awal hingga akhir, Harry selalu mengawasi pergerakan kedua orang itu. Termasuk ketika dua butir obat itu tenggelam dalam sistem pencernaan Alan, intinya sama sekali tak ada yang terlewat oleh matanya.
Bagus.
Begitu semuanya tertelan habis, Alan segera mengirim perawat itu keluar. Sampai tersisa dirinya dan Harry saja disana, orang kepercayaan Alan yang sudah mengabdi selama lebih dari 13 tahun lamanya.
"Ingat kata-kataku, jangan sampai ada kesalahan. Bagaimanapun caranya Selena harus mati saat ini juga!"
Harry mengangguk patuh "Saya mengerti tuan!"
"Kalau begitu pergilah!"
"Baik!"
Harry berbalik, dia memasukkan pistol yang telah disiapkannya kedalam saku. Setelahnya ia mulai melangkah pergi, bersama dua orang pria yang mengawalnya hingga keluar mansion.
"Terus awasi tuan Alan!"
"Baik tuan!"
Setelah mengatakan itu Harry segera naik keatas motornya, kali ini ia sengaja membiarkan rambutnya tergerai. Begitu kepalanya terlindung oleh helm full face miliknya, Harry segera menyalakan mesin motor lalu melajukannya dengan cepat membelah jalanan hutan. Sesekali ia mengamankan pistolnya agar tidak terjatuh atau bahkan terlihat oleh orang lain, karena kali ini ia membawa sebuah misi penting.
"Tunggu aku Selena!"
Genggaman Harry di perkuat, membuat laju motornya berada diatas rata-rata. Bahkan hanya butuh beberapa menit saja baginya untuk sampai di restoran yang sudah disepakati sebelumnya.
"Kau harus tenang!" gumam Harry.
Pria itu menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan berharap rasa gugup yang sedari tadi menyerang dadanya mereda, setelah mendapat secuil keberanian ia lekas melepas helm full facenya kemudian turun dari atas motor sport hitamnya.
"Bersikap biasa saja agar tidak ada yang curiga, lagi pula aku yakin Selena tidak mungkin datang kemari sendirian!"
Setelah mengatakan itu untuk dirinya sendiri, Harry bergegas mengayunkan kakinya masuk kedalam restoran. Mungkin karena hari masih pagi jadi jumlah pengunjung disana tidak terlalu ramai, namun tetap saja Harry tak bisa menemukan kursi kosong dan itu bisa menjadi alasan untuknya nanti. Untuk sesaat Harry nampak memperhatikan situasi sekitar untuk mencari mata-mata yang mungkin dikirim Edbert.
Gotcha!
Manik Harry berhasil menemukan beberapa orang mencurigakan, bahkan setengah dari isi restoran mungil itu adalah orang suruhan Edbert. Jika kalian tanya bagaimana Harry mengetahuinya, anggap saja itu sebagai insting yang ia miliki setelah bertahun-tahun melatih setiap indra yang dimilikinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROLOG (TERBIT)
RandomHidup sebagai salah satu tokoh protagonis dalam cerita? Alisha, perempuan yang pergi untuk mencari pekerjaan justru harus terjebak dalam sebuah novel dewasa. Masalahnya didalam novel yang ia tempati, Alisha berperan sebagai protagonis yang selalu di...