Selena menggigiti kuku jarinya gelisah. Perkataan Astrid siang tadi benar-benar mengusik ketenangannya. Dan jika benar kalau berita soal dirinya yang tidur bersama dengan Edbert sudah menyebar, bisa dipastikan kalau relasi yang baru terjalin bersama Edbert dengan bantuan alkohol itu akan sia-sia.
"Argh sial!"
Selena mencengkeram erat surainya hingga ke akar rambut.
"Padahal gue berhasil deket sama Edbert, walaupun gue nggak dapet info apa-apa soal tuh cowok. Tapi si Tom sialan itu malah ngomong ke semua orang kalo gue abis tidur sama Edbert,"
"Kalo gini caranya rencana gue bakal gatot, mana nih cerita udah agak melenceng dari cerita aslinya. Berarti nggak menutup kemungkinan gue bakal segera mati buat yang kedua kalinya!"
Kepala Selena serasa dipukul kuat dengan balok kayu, rasanya berat dan pening disaat bersamaan. Bahkan meski hari semakin larut, ia tak bisa memejamkan mata. Ditambah lagi sepertinya Carlos sudah mendengar berita itu, sampai Carlos bersikeras ingin menemuinya sejak kedatangannya dari kantor. Beberapa pelayan juga secara terang-terangan memberi tatapan sinis, diantara mereka juga ada yang mencibirnya karena dianggap telah merebut milik Anastasia.
"Sialan, kalo kaya gini terus lebih baik gue bunuh juga si Anastasia!"
"Sekalian sama antek-anteknya biar hidup gue bisa tenang, eh!"
Kalimat Selena terhenti dikerongkongan dan berganti dengan seringai. Menggeleng kecil, Selena beranjak dari ranjangnya dan memilih untuk keluar kamar, meninggalkan teman-temannya yang sudah terlelap. Hari ini ia akan pergi menemui Tom untuk meminta penjelasan pria itu, tentu saja Selena harus mengendap-endap agar tidak ada yang melihat aksinya. Berhubung paviliun pelayan pria ada disebelah barat, jadi Selena harus melangkah agak jauh.
Sesampainya didepan kamar Tom, Selena sempat mengedarkan pandangan sejenak. Setelah itu ia lekas memutar kenop yang beruntungnya tidak dikunci, sebelum masuk ia kembali mengedarkan wajah, lalu melangkah masuk. Didalam kamar yang luasnya sama seperti kamar Selena, ada empat buah ranjang yang disusun menjadi dua tingkat. Bedanya kamar itu hanya diisi oleh tiga pria, dimana Tom tidur seorang diri diranjang bawah.
Enak banget lo bisa tidur setelah nyebarin rumor nggak jelas!.
Selena mematahkan lehernya yang terasa sedikit kaku, perlahan kakinya mulai mengayun menuju ranjang Tom. Begitu sampai didekat Tom, Selena lekas membekap mulut pria itu dan sukses membuatnya berontak.
"Hmp,"
Tom terus berontak, sementara tangannya berupaya menyingkirkan sosok perempuan yang berada tepat didepan wajahnya.
"Diam!" desis Selena rendah.
Mata Tom menyipit bersamaan dengan tenaganya yang melemah, guna memastikan apa yang dilihatnya adalah benar.
"Helena?"
Kan, gue emang bego!.
Saat Selena lengah, Tom dengan cepat menepik tangan perempuan itu hingga menjauh dari mulutnya. Tanpa membuang waktu ia lekas berdiri dari posisi berbaringnya, hingga keduanya saling berhadapan.
"Apa yang kau lakukan?!" desis Tom rendah.
"Menurutmu apa?" balas Selena santai.
"Kau ingin membunuhku?"
"Benar."
"Apa?"
Tom terperangah, kemudian berdecih di detik ketiga.
"Kenapa? Apa kau dendam karena kejadian saat dikantin waktu itu?"
Sejenak Selena hanya bisa menautkan alis bingung. Baiklah ia akui, selain bodoh dan tak bersumbu, Selena juga memiliki ingatan jangka pendek. Tapi terkadang memori itu akan muncul kembali ketika dipancing.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROLOG (TERBIT)
RandomHidup sebagai salah satu tokoh protagonis dalam cerita? Alisha, perempuan yang pergi untuk mencari pekerjaan justru harus terjebak dalam sebuah novel dewasa. Masalahnya didalam novel yang ia tempati, Alisha berperan sebagai protagonis yang selalu di...