Sebelumnya Edbert menunggu Selena seorang diri didalam rumah kaca. Awalnya Edbert hendak meminta maaf atas pelakuan kasarnya, apa lagi ia melakukan itu tanpa mengecek rekaman CCTV terlebih dahulu. Tapi niatnya berubah setelah beberapa jam menunggu tapi Selena tak juga menampilkan batang hidungnya.
"Apa perempuan itu mencoba mempermainkan diriku?"
Edbert menangkat arloji di pergelangan tangan kirinya. Ini sudah terlalu lama dan kesabaran Edbert tidak seluas itu, sampai ia harus menunggu kedatangan seorang pelayan. Alhasil sambil membawa serta seluruh amarah yang berkumul dalam kepala, Edbert pergi menuju paviliun pelayan. Menurut prediksinya, Selena pasti sedang sarapan, mengingat sekarang adalah waktunya.
Tinggal beberapa meter lagi hingga kaki Edbert menyentuh paviliun yang ia design khusus bagi para pelayan, namun irisnya tanpa sengaja menangkap keberadaan Selena. Meski jarak keduanya lumayan jauh, tapi mata tajam Edbert mampu menangkap dengan jelas potret wajah Selena.
Dia tidak menemuiku karena sibuk mengobrol?. Edbert berdecih pelan.
Ternyata perempuan itu memang tidak pantas diberi kesempatan!.
Langkah Edbert makin cepat, sampai akhirnya ia tiba dibelakang tubuh pelayan yang kemarin mendorong Anastasia dari tangga. Edbert tak langsung bicara, tapi ia yakin Selena menyadari kehadirannya, apa lagi posisinya tepat berada di depan perempuan itu.
"Jadi kenapa kau memberikan kue ini?"
Apa kau coba mempermainkan diriku?!.
Tangan Edbert terkepal marah meski air mukanya masih terlihat datar. Selain berani menatap matanya, ternyata Selena juga berani mengabaikan dirinya. Dan sungguh Edbert tak akan membiarkan Selena hidup tenang setelah ini.
"I... itu... Anggap saja sebagai permintaan maaf untuk masalah kemarin, haha iya, anggap saja begitu."
"Se..."
"Tuan Edbert?!"
Bibir Edbert kembali mengatup. Sementara keningnya dibuat mengeriting saat melihat Selena memasang tampang terkejut.
Tidak mungkin kalau dia tidak melihatku!.
"Tu... tuan Edbert?!"
Edbert melirik Ema tanpa minat, lalu fokusnya kembali tertuju pada Selena dan senyum menyebalkan milik perempuan itu. Tapi belum juga berkata-kata, Edbert sudah dibuat terkejut tatkala Selena menumpahkan seluruh isi perutnya. Bahkan ruam kemerahan mulai menghiasi setiap jengkal tubuhnya. Tak lama tubuh Selena terlihat melemas dan secara refleks Edbert berlari sebelum Selena benar-benar hilang kesadaran.
"SELENA!"
Tepukan kecil Edbert berikan pada pipi Selena, sayangnya perempuan itu tak menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Justru sebaliknya, nafas Selena terdengar makin memberat.
"CEPAT PANGGILKAN DOKTER!" titahnya tak terbantahkan.
Tanpa membuang waktu Edbert lekas berlari bersama Selena yang ada dalam pelukannya.
"DIMANA KAMAR SELENA?!"
"Ikuti saya tuan!" ucap Giselle, berlari mendahului Edbert.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROLOG (TERBIT)
RandomHidup sebagai salah satu tokoh protagonis dalam cerita? Alisha, perempuan yang pergi untuk mencari pekerjaan justru harus terjebak dalam sebuah novel dewasa. Masalahnya didalam novel yang ia tempati, Alisha berperan sebagai protagonis yang selalu di...