....🚩bagian enam puluh tujuh : keberuntungan mutlak🚩....

25.8K 3.9K 101
                                    

Selena memandangi punggung Harry yang perlahan lenyap dari balik pintu, tak lama setelahnya ia mulai menyeka kedua pipinya guna menghilangkan jejak air mata disana.

Dia pasti bokap kandungnya Selena!. Batinnya mantap.

Kenapa Selena berani berspekulasi demikian? Semua karena ekspresi, nada bicara, marga, perkataan bahkan tingkah laku Harry yang langsung berusaha mengakrabkan diri dengan Selena. Padahal sebelumnya Harry pernah mengatakan kalau dirinya cukup sulit berinteraksi dengan orang baru, tapi nyatanya Harry tak sesulit tu untuk berkomunikasi dengan Selena. Seolah Harry memang sudah lama mengenal dan menunggu momen untuk bertatap muka hanya berdua saja dengan Selena, karena itu untuk menebas rasa penasarannya, Selena sengaja memancing Harry dengan perasaan aslinya.

Awalnya Selena hanya ingin tau bagaimana respons Harry saat mendengar kata 'ayah' keluar dari mulut Selena. Dan sungguh diluar dugaan, Selena sempat menangkap binar keterkejutan bercampur bahagia yang memenuhi wajah Harry. Karena itu Selena sengaja menimbun kata ayah itu dengan kalimat lain dengan tujuan memancing rasa penyesalan dari dalam diri Harry. Dan beginilah akhirnya, usaha Selena membuahkan hasil manis.

Tapi gue nggak boleh asal percaya aja sih, secara... dia kan anak buahnya Alan!. Selena membatin, salah satu tangannya meraba bagian bawah meja untuk menemukan alat penyadap yang sengaja Edbert tinggalkan.

"Pinter juga." gumamnya kagum kagum lantaran alat itu sudah tidak berada ditempatnya.

Menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan, Selena mulai bangkit dan berjalan menghampiri salah satu mata-mata Edbert.

"Aku harus pergi sebentar,"

"Nona mau kemana?" tanya pria didepannya.

"Hanya membeli tisu dari swalayan didepan sana," balas Selena, menunjuk swalayan diseberang jalan.

"Kalau begitu biar saya antar."

Selena lekas menggeleng, bahaya juga jika rencananya harus gagal karena mata-mata Edbert terus membuntutinya seperti bayangan.

"Aku hanya pergi sebentar,"

"Tapi nona..."

"Kalian tidak perlu khawatir, dan... tolong sampaikan pada Edbert agar tidak perlu khawatir. Karena aku akan baik-baik saja, mengerti?"

"Baiklah jika itu yang nona inginkan."

Yes!. Selena bersorak riang dalam hati.

"Kami akan mengawasi nona dari sini, dan tolong segera hubungi kami jika terjadi sesuatu disana." timpal yang lain.

Selena mengangguk paham "Baiklah."

Tubuh Selena berbalik. Perlahan kakinya mengayun keluar dari restoran, bersamaan dengan senyum sumringahnya yang mulai terbit diatas bibir tipisnya.

"Kita lihat apa lo emang bokap kandung Selena." gumamnya.

Saat berada di trotoar Selena lekas mengeluarkan sapu tangan yang sebelumnya Harry serahkan, untuk selanjutnya ia genggam dengan erat. Setelahnya wajah Selena mengedar, memandangi kendaraan yang melintas didepannya. Selama beberapa saat menunggu akhirnya netra Selena mengangkap siluet mobil yang melaju dengan kencang menuju ke arahnya.

"Lebih dekat!" gumamnya.

Selena menyeringai samar karena jarak yang terbentang diatas aspal panas itu sangat mudah terpangkas, bahkan hanya dalam hitungan detik saja.

"Ayo lebih dekat!"

Saat dirasa jarak antara dirinya dan mobil sudah tepat, Selena segera mengayunkan kakinya ke tengah jalan yang lumayan ramai. Tak lama suara klakson terdengar hingga membuat kaki Selena terhenti, wajahnya juga turut berputar menghadap kendaraan yang sedari tadi memberinya suara klakson yang memekakkan pendengaran.

PROLOG (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang