....🚩bagian empat puluh satu : dasar hati yang diusik🚩....

32.1K 4.8K 144
                                    

Edbert duduk memandangi jendela besar yang berdiri kokoh tepat disamping kirinya, sementara kedua orang tuanya sibuk mengatur emosi lantaran sedari awal putra mereka tetap bersikeras pada pendiriannya. Bahkan sebagai bentuk protes Edbert mengubah kedua orang tuanya layaknya radio rusak, tak ia lihat maupun didengar.

"Kalau kau memang sudah melupakan Viona dan tidak menyukai Anastasia, kenapa kau selalu berada didekat perempuan itu?"

"Mama sedang bicara denganmu Ed, jadi dengarkan dia!" Xavier berucap tegas dan sukses membuat kepala Edbert berputar.

"Kenapa?"

Jawaban singkat tanpa dosa itu makin memancing emosi Alice selaku orang tua, sementara Xavier yang memang tercipta sebagai sosok yang sabar hanya bisa mengulas senyum sembari mengusap dadanya pelan.

"Dengar Ed, usiamu sudah 33 tahun!"

"Kau dengar, 33 tahun!" Alice sengaja mempertegas jumlah umur Edbert sambil menunjukkan tiga jarinya yang terangkat ke udara.

"Meski mama dan papa pernah bilang kau bebas menikah kapanpun dan dengan siapapun, tapi ini terlalu lama Edbert Benjamin Ryder!"

"Sudah 15 tahun mama dan papa ingin melihat garis keturunanmu, tapi apa yang kau lakukan?"

Alice mendengus kesal "Kalau begini caranya lebih baik mama bakar saja semua design dan kantormu itu!" gerutunya dengan wajah tertekuk masam.

Salah satu alis Edbert merangkak naik, menurutnya respon sang ibu terlalu berlebihan. Apa lagi kedua orang tuanya bersikeras ingin memiliki cucu hanya karena iri dengan teman-teman mereka yang sudah memiliki cucu lebih dari satu.

"Kalian tidak akan bahagia jika berpaku pada perkataan dan cara pandang orang lain!"

"Kau sudah pintar bicara rupanya!" kesal Alice dengan matanya yang menyipit.

Edbert tak menghiraukan, ia kembali membuang wajah ke luar jendela. Baginya pemandangan dedaunan yang berguguran jauh lebih menarik dari pada menyaksikan drama keluarga yang akhir-akhir ini terlalu sering terjadi. Heran juga pikirnya karena Alice dan Xavier selalu mengincar dirinya, padahal Noah saja dibebaskan dalam mengambil keputusan.

"Mama tidak mau tau, inginya tahun ini kau harus menikah. Dan jika kau belum menemukan pasangan, mama putuskan kau harus menikah dengan Anasta..."

"Selena Martinez,"

Kalimat Alice terhenti di kerongkongan, sementara matanya dan sang suami sudah membelalak karena terlalu terkejut.

"Kau bilang apa nak?" tanya Xavier, berharap ada pengulangan.

Mendesah kecil, Edbert menghadap kedua orang tuanya dengan ekspresi dingin. Jauh berbeda dengan Alice dan Xavier yang balas menatapnya penuh harap.

"Selena Martinez, aku hanya akan menikah dengan perempuan itu."

Perlahan senyum diwajah Xavier dan Alice tersungging cerah. Namun berbeda dengan sang istri, senyum Xavier justru tak bertahan lama karena sesuatu yang mengganjal dalam benaknya.

"Tunggu, bukankah Selena Martinez adalah pasangan Noah saat pesta?"

Senyum Alice ikut luntur "Apa?!" pekiknya menghadap sang suami.

"Jangan bilang kau ingin merebut pasangan Noah, karena jika iya, mama dan papa tidak akan merestui kalian!" tegas Xavier.

"Aku tidak akan merebut apapun dan dari siapapun!"

"Lalu bagaimana dengan Selena?"

"Selena itu mantan kekasih Carlos, dan dia datang ke pesta hanya sebagai rekan dansa Noah. Hanya sebagai rekan, kalian ingat itu!" balas Edbert sengaja menekankan enam kata terakhir.

PROLOG (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang